Noah – Seperti Seharusnya
Album yang berisikan 10 lagu ini merupakan album paling
terkonsep yang akhir-akhir ini banyak dipromosikan di restoran cepat saji, di
iklan, dan dengan konser yang mendapatkan penghargaan dari MURI. Album pertama
NOAH yang berjudul ‘Seperti Seharusnya’ memang membuat daya tarik tersendiri
bagi penggemar Ariel. Setelah mendengan hit single ‘Separuh Aku’ yang sering
diputar di radio dan televisi, saya juga masih bisa mendengar karya tersebut
memang masih terasa Peterpan. Bahkan antara Peterpan dan NOAH memiliki ciri
khas nada dan gaya lirik yang hampir sama, bahkan malah tidak ada perubahan
antara Peterpan dan NOAH.
Maka dari itu saya menyimpulkan bahwa perubahan dan ciri
khas mereka tidak berubah. Bahkan saya sangat menginginkan hal ini terjadi.
Untungnya saja mereka hanya berganti nama dan bertambah perosonil baru.
Penambahan personil baru David juga sangat membuat musik NOAH semakin megah dan
saya mendengarkannya mirip dengan Coldplay. Suara piano yang merupakan ciri
khas Coldplay ini membuat lagu mereka semakin megah. Simak saja lagu ‘Raja
Negeriku’ yang dibawakan secara menggema dengan tema nasionalisme melalui
pertandingan olah raga.
Pada lagu yang diciptakan oleh Ariel dan Ryan D’masiv yang
berjudul ‘Hidup Untukmu, Mati Tanpamu’ juga sangat identik dengan musik-musik
khas band yang dilabeli oleh Musica. Bahkan lagu NOAH pada track ini sangat
kental nuansa D’masiv. Jadi saya pikir bahwa label Musica merekrut band-bandnya
dengan musik-musik dan nada vokal yang cukup identik. Selain itu, lagu
terdengar seperti Nidji ketika membawakan ‘Jika Engkau’ dan ‘Ini Cinta’.
Terbersit di kepala saya jika Musica mengkiblatkan musiknya pada Coldplay.
Sembari mendengrakan NOAH, saya juga bergantian mendengarkan
track Coldplay pada album Viva La Vida. Bahkan lagu Raja Negeriku sempatnya
saya berpikir dapat disandingkan dengan lagu-lagu Speed of Sound pada album
Coldplay yang lama. Penelitian terbatas saya ini terkesan sangatlah subjektif
sehingga artikel ini akan lebih mirip pada review album ketimbang analisa
kritis. Selanjutnya, penelusuran saya berlanjut pada musik-musik anthemic
Coldplay seperti ‘Yellow’ dan ‘Paradise’. Kemudian menemukan kalau NOAH ini menurut
saya benar-benar mengkiblatkan kepada Coldplay.Setelah itu, saya dengarkan
sampai selesai album NOAH ini, dengan di HP saya memutar Full album Viva La
Vida. Dan saya melihat keidentikan album ini dan pencapaian yang telah dibuat
Ariel CS ini sangatlah mirip. Menurut saya, ekplorasi musik dan berkembangnya
sound yang mereka pilih bisa diibaratkan kalu album ‘Seperti Seharusnya’ ini
adalah Viva La Vida-nya Ariel CS.
Seringai – Taring
Album yang paling ditunggu-tunggu bagi para serigala militia
dengan berisikan 12 lagu campuran yang tetap brutal. Dibuka dengan mukadimah
yang sangat mengena dikepala berupa “Canis Dirus”. Selanjutnya penekanan secara
nyata dengan lagu berjudul “Taring” dengan lirik yang ditekankan oleh Arian13
‘menghajar dunia, dari suasana duka. ‘Taringku
buktikan, tahun-tahun berlalu, aku sempurnakan’ menunjukkan jika dalam
membuat album ini sangatlah sulit dan butuh waktu yang lama. Lagu bertema Scifi yang berasal dari film Star wars
juga secara sukses dibawakan. Hal ini menandakan bahwa tema sains fiksi bisa
dibawakan dengan balutan musik metal melodic. Lagu ‘fett, sang pemburu’ yang
paling unik dan terbaru dari tema Seringai
sebelumnya.
Tidak hanya itu, tema lama yang menunjukkan ketiadaan
kutukan bagi umat manusia tercermin dalam nomor ‘tragedi’. Lagu dengan bassline
yang sangat khas dari Sammy Bramantyo ini menjadi anthem bagi album ini. Tidak
hanya bersenang-senang dengan tema anti moralitas khas anak muda, lagu ini juga
memiliki nomor semangat brutal dalam konser. Simak saja lagu “Program Party
Seringai” yang mengajak mossing seluruh pendengar.
Bisa dikatakan album ini menjadi album wajib yang harus
dimiliki, dan sangat anthemic serta isotonik bagi dahaga album yang beredar
tahun 2012. Bahkan dengan mengcover lagu tradisional Batak pun bisa sebegitu
menyenangkan untuk di dengar. “lissoi” telah mengajak acara mabuk sampai pagi.
Diakhiri dengan lagu “Gaza” dengan melodi gitar yang meraung bersautan-sautan
dengan terompet Ucok The Autentics membuat lagu tanpa lirik ini memiliki makna
tersendiri bagi pendengarnya.
Ras Muhammad & Daddy T – Berjaya
Tidak bisa disangkal, kolaborasi paling jenius tahun ini
adalah antara Ras Muhammad dan Daddy T. Berjaya adalah buktinya. Album yang
sangat terkonsep dengan kumpulan kolaborasi dengan berbagai artis reggae tanah
dan kumpulan skit-skit yang melengkapinya membuat berjaya benar-benar dibuat
serius. Detail dari musik dan liriknya menunjukkan suatu yang ‘next chapter’
dari album Ras Muhammad terdahulu dengan lirik yang lebih emansipatif.
Tidak seharusnya anak reggae terjebak dalam sunset dan
sunrises belaka. Apalagi mengulang retorika no woman no cry, teriak dalam lagu
berjaya sebagai pembuka. Generasi muda yang lebih emanispatif dalam melihat
perkembangan zaman. Seharusnya juga ikut berubah dengan reggae yang
modern. Selain itu, bentuk perlawanan terhadap keserakahan teknologi juga muncul
pada track Teknologi yang diawali oleh skit dari Bob Marley. Secara
keseluruhan ini adalah album wajib tahun ini yang bertemakan tentang emansipasi
dengan berbagai latar belakang budaya Nasional, Ethiophia, dan Babylonia.
Andre Harihandoyo and Sonic People – Song For Rainy Days
Saya sudah membuktikannya, mendengarkan lima lagu dalam sons
for rainy days Andre Harihandoyo and Sonic People di saat hujan dan langsung
tertidur. Terlepas saya tipe yang mudah tertidur, lagu ini sudah membuat saya
terjebak tiga kali ke neverland. Terutama pada lagu terakhir yang sekaliber
dengan dongeng fabel. Lullaby mengandung zat penenang yang dibuat dengan bentuk
gelombang audiosonik.
Lullaby adalah lagu nina bobok yang kontekstual dengan
keadaan hujan di luar rumah. Menurut saya, album songs for rainy days merupakan
album musik Indonesia yang didedikasikan untuk hujan. Coba dengarkan “Sleep child, dream on your pillow, Sleep
child, the angels are here” yang diulang berkali-kali dengan suara rintik
air hujan yang menenangkan sampai anda tertidur. Bahkan lagu ini lebih
berpengaruh berkali-kali lipat membuat relaksasi dibandingkan CD audio hadiah
buku ESQ.
Payung Teduh – Dunia Batas
Dengan hadirnya dan rilisnya album ini, tidak hanya
meramaikan kancah musik Indonesia, akan tetapi juga memperkaya variasi musik
yang ada. Dapat dikatakan album ini menjadi kepingan puzzle musik keroncong
yang pernah terkenal pada era 60an. Meskipun keroncong berasal dari Portugis,
akan tetapi keroncong yang ada pada album Dunia Batas ini memiliki ciri khas
Indonesia dengan lirik sastra yang khas semenanjung malaka. Alhasil benar-benar
sebuah penyegaran album Indonesia yang terlalu kebarat-baratan. Bisa dikatakan,
keseluruhan dari track pada album ini menunjukkan penulisan sastrawi dalam
lirik lagu menjadi poin utama, dan keroncong-jazz pun bisa menjadi alternatif
musik keras monoton dengan lirik repetisi belaka.