Rabu, 17 Juli 2019

Menggali Potensi Wisata Halal di Kendal


Masih ingat dengan lagu Kota Santri karya kosidah Nasida Ria asal Semarang? Lagu itu menceritakan tentang daerah Kaliwungu, Kabupaten Kendal yang sangat kental akan nuansa Islamnya karena memiliki banyak pondok pesantren (Ponpes). Tak heran, daerah di sebelah barat Kota Semarang tersebut memiliki santri dari seluruh pelosok nusantara bahkan ada yang berasal dari mancanegara.
Wilayah Kendal yang banyak memiliki pondok pesantren tersebut, ada segudang potensi yang patut untuk dikembangkan. Dalam lima tahun terakhir ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengembangkan dan menggenjot sebuah program wisata halal supaya Indonesia dapat menjadi destinasi utamanya di mata internasional. Hasilnya, di tahun 2019 Global Muslim Travel Index (GMTI) menobatkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbaik 2019.
Dalam lima tahun terakhir ini, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang paling progresif dalam mengembangkan destinasi wisata halal. Indonesia pun mampu mengungguli pesaing utamanya, yaitu Malaysia. Penilaian ini didasarkan pada empat aspek, yaitu akses, komunikasi, lingkungan dan layanan.
Lalu, bagaimana dengan Kabupaten Kendal sendiri yang notabene memiliki kota santri Kaliwungu dan memiliki destinasi wisata alam yang lengkap? Potensi Kendal atas wisata halal perlu digali lebih dalam. Jika hal ini berhasil, bukan tidak mungkin Kendal akan mampu menyerap jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara dan meningkatkan pendapatan daerah.
Potensi Kota Santri
Kendal terkedal dengan Kota Santrinya karena terdapat ribuan Ponpes terutama di Kecamatan Kaliwungu. Secara sumber daya manusianya, kabupaten ini otomatis lebih mengerti untuk masalah halal dan syariat. Ditambah lagi, Kendal yang memiliki sejumlah destinasi wisata religi di dalamnya.
Secara letak geografis, Kendal memiliki banyak keuntungan karena terdapat pesisir pantai sampai kontur dataran tinggi. Wisata alamnya pun amat beragam, namun sebagian besar masih dinikmati oleh penduduk Kendal dan sekitarnya saja.
Padahal secara akses transportasi, Kendal saat ini memliki konektivitas yang luas dan mudah. Kendal yang letaknya di Pantura dan dilewati oleh Tol Trans Jawa yang menghubungkan antara Jakarta dan Surabaya ini, sangatlah potensial bagi perkembangan pariwisatanya. Saat ini, dari Jakarta ke Weleri dapat ditempuh dengan waktu lima jam oleh jalur tol tersebut.
Selain itu, terdapat juga Stasiun Weleri yang aksesnya mudah dari jalan raya. Stasiun ini hanya disinggahi oleh sebagian besar kereta api penumpang kelas ekonomi. Begitu pula dengan akses yang mudah menuju ke Bandara Ahmad Yani Semarang. Semua akses transportasi publik menjadi mudah untuk menuju Kabupaten Kendal.
Hal yang perlu menjadi catatan bagi pariwisata di Kendal adalah branding dan promosi untuk dijual ke publik di luar kabupaten. Ini merupakan tantangan utamanya apabila semua akses dan destinasi wisata sudah tertata dengan baik. Kemenpar juga perlu mendorong pengembangan destinasi wisata yang halal di Kendal supaya lebih tergali potensinya.
Infrastruktur Penunjang
Wisata halal bukan perihal wisata religi saja. Jenis wisata ini mengedepankan soal pelayanan bagi turis atau pelancong muslim. Bagaimana caranya saat di tempat wisata, turis tersebut mendapatkan kebutuhan makanan halal, toilet atau kamar mandi untuk bersih-bersih dan musholla untuk beribadah. Jadi, selama ke tempat wisata tersebut seorang muslim dapat beribadah dengan tenang.
Misalnya di tempat wisata wisata favorit seperti Pantai Sendang Sikucing, perlu dibangun infrastruktur kamar mandi atau bilas yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, disana juga perlu dibangun musholla yang khusus untuk wisatawan supaya mereka tidak kebingungan ketika hendak beribadah.
Mengingat sasaran pengunjung utama wisata halal adalah muslim, alangkah baiknya dibangun perhotelan atau penginapan syariah. Bahkan di negara yang mayoritas beragama non-muslim pun sudah banyak yang menerapkan prinsip halal bagi turis muslim, termasuk untuk penginapannya.
Kaliwugu sebagai Kota Santri, perlu menjadi ikon kota halal di Indonesia. Pusat Ponpes itu bisa menjadi percontohan dalam menggelar bazar makanan halal ataupun festival halal berskala internasional untuk menarik minat wisatawan mancanegara setiap tahunnya.
Wisata halal merupakan tren gobal yang perkembangannya harus terus diikuti. Seharusnya Indonesia melalui Kabupaten Kendal dapat melihat peluang pasar bagi destinasi wisata yang pelayanannya terjamin halal. Saat ini halal bukan hanya sekedar kebutuhan umat Islam, melainkan sudah menjadi tren  global yang bersifat universal.

Peneliti Forum Demokrasi Rakyat Madani (FDRM)
Warga Kabupaten Kendal

Optimalisasi Sinergi BLK


Masalah pengangguran masih menjadi isu yang krusial yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Meskipun dari tahun ke tahun, angka pengangguran tercatat turun oleh pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa per Februari 2019, angka pengangguran turun menjadi 6,82 juta orang dari sebelumnya pada Februari 2018 sebanyak 6,87 juta orang dan 7,01 juta orang pada Februari 2017. Dari tahun sebelumnya, pada Februari 2019, jumlah pengangguran berkurang sebanyak 50 ribu orang.
Berdasarkan jenjang pendidikannya, penyumbang angka pengangguran terbesar masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini masih menjadi menjadi tren dari tahun-tahun sebelumnya. Maka dari itu, perlu berbagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran ini, salah satunya yaitu memaksimalkan fungsi Balai Latihan Kerja dengan mensinergikan dengan pihak swasta atau industri.
Sinergi BLK dan SMK
Sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi, lulusan SMK perlu memaksimalkan fungsi di kota dan derahnya masing-masing. Hal ini dikarenakan, fungsi BLK di daerah dan kota belum difungsikan secara maksimal oleh para lulusan SMK. Maka dari itu Fungsi BLK juga perlu dioptimalisasikan, supaya dapat berperan aktif merekrut para peserta pelatihan lebih banyak. Tidak hanya itu, instansi pendidikan juga perlu mendorong supaya para peserta didiknya, khususnya SMK agar dapat memperoleh sertifikasi dan pelatihan di BLK.
Di SMK sendiri juga perlu adanya evaluasi terkait optimalisasi dan efektivitas hasil pendidikan di SMK bagi pasar dunia kerja. Meski begitu, masih ada peluang untuk menambah keterampilan siswa SMK melalui BLK. Sosialisasi supaya siswa SMK mau mengikuti pelatihan di BLK pun harus dimaksimalkan dan digencarkan juga.
Setelah BLK menjadi banyak peminatnya, saatnya melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang ada. Kurikulum dan materi pelatihan di BLK pun seharusnya juga tetap harus diupdate dan terus diperkaya menyesuaikan kebutuhan industri-industri supaya lulusan SMK dapat terserap secara maksimal. Kurikulum harus mengikuti mengikuti kebutuhan pasar yang lebih modern, misalnya keterampilan menjadi sales, marketing, driver dan messenger atau kurir yang sifatnya aplikatif di industri retail, ekspedisi maupun keuangan.
Dengan kurikulum yang lebih beragam, maka masyarakat juga akan memiliki banyak pilihan pelatihan yang akan digelutinya. Terlebih bagi angkatan kerja baru untuk generasi milenial, mereka pastinya mempunyai pandangan yang berbeda terkait dunia kerja dibandingkan generasi sebelumnya.
Sinergi BLK dan Swasta
Setelah itu, BLK juga perlu bekerjasama dengan lembaga rekrutmen dan training swasta atau perusahaan yang bergerak di bidang jasa rekrutmen pegawai yang memiliki banyak mitra perusahaan. Atau mungkin juga bisa bekerjasama dengan head hunter yang menawarkan banyak pekerjaan bagi para pencari kerja. Selain dapat menjembatani antara pencari kerja dengan perusahaan, lembaga pelatihan swasta juga dapat meningkatkan kualitas pencari kerja.
Sinergi antara BLK dengan swasta juga perlu ditingkatkan. Keduanya harus sama-sama berperan aktif dalam menciptakan pelatihan kerja berkualitas dan tepat guna. Selain itu, perusahaan juga perlu ikut berperan aktif dalam penyusunan kurikulum di BLK. Hal ini dilakukan supaya kompetensi sumberdaya manusia (SDM) di sekitar wilayah perusahaan tersebut dapat meningkat sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kerjasama antara BLK dengan swasta adalah investasi sumber daya manusia bagi perusahaan. Dengan pemberian modul atau kurikulum pelatihan ke BLK, perusahaan dapat menghemat biaya training atau meringankan dalam kegiatan rekrutmennya. Peran aktif perusahaan ini akan sangat besar manfaatnya demi meningkatnya kualitas SDM yang siap pakai di dunia kerja. 
Misalnya, untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau perushaan swasta lokal dapat berkontribusi dalam memberikan modul pelatihan (training) perusahaan ke BLK setempat. Begitupun sebaliknya, dari BLK daerah juga terdapat sinergi yang aktif dengan perusahaan dalam tukar informasi materi pelatihan tersebut.
Penyiapan tenaga produktif dan berdaya saing melalui pendidikan dan pelatihan vokasional terus dilakukan demi menghadapi bonus demografi. Salah satunya melalui sinergi antar sektor dengan penguatan pendidikan vokasional di dalamnya. Pengembangan SDM melalui revitalisasi kualitas pendidikan vokasi terus dipacu pemerintah sesuai dengan Roadmap Kebijakan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025.