Masalah pengangguran masih menjadi isu yang krusial yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Meskipun dari tahun ke tahun, angka
pengangguran tercatat turun oleh pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat bahwa per Februari 2019, angka pengangguran turun menjadi 6,82 juta
orang dari sebelumnya pada Februari 2018 sebanyak 6,87 juta orang dan 7,01 juta
orang pada Februari 2017. Dari tahun sebelumnya, pada Februari 2019, jumlah
pengangguran berkurang sebanyak 50 ribu orang.
Berdasarkan jenjang pendidikannya, penyumbang angka
pengangguran terbesar masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Hal ini masih menjadi menjadi tren dari tahun-tahun sebelumnya. Maka
dari itu, perlu berbagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran ini, salah
satunya yaitu memaksimalkan fungsi Balai Latihan Kerja dengan mensinergikan
dengan pihak swasta atau industri.
Sinergi BLK dan SMK
Sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi, lulusan SMK
perlu memaksimalkan fungsi di kota dan derahnya masing-masing. Hal ini
dikarenakan, fungsi BLK di daerah dan kota belum difungsikan secara maksimal
oleh para lulusan SMK. Maka dari itu Fungsi BLK juga perlu dioptimalisasikan,
supaya dapat berperan aktif merekrut para peserta pelatihan lebih banyak. Tidak
hanya itu, instansi pendidikan juga perlu mendorong supaya para peserta
didiknya, khususnya SMK agar dapat memperoleh sertifikasi dan pelatihan di BLK.
Di SMK sendiri juga perlu adanya evaluasi terkait
optimalisasi dan efektivitas hasil pendidikan di SMK bagi pasar dunia kerja.
Meski begitu, masih ada peluang untuk menambah keterampilan siswa SMK melalui
BLK. Sosialisasi supaya siswa SMK mau mengikuti pelatihan di BLK pun harus
dimaksimalkan dan digencarkan juga.
Setelah BLK menjadi banyak peminatnya, saatnya melakukan
evaluasi terhadap kurikulum yang ada. Kurikulum dan materi pelatihan di BLK pun
seharusnya juga tetap harus diupdate dan terus diperkaya menyesuaikan kebutuhan
industri-industri supaya lulusan SMK dapat terserap secara maksimal. Kurikulum
harus mengikuti mengikuti kebutuhan pasar yang lebih modern, misalnya
keterampilan menjadi sales, marketing, driver dan messenger atau kurir yang
sifatnya aplikatif di industri retail, ekspedisi maupun keuangan.
Dengan kurikulum yang lebih beragam, maka masyarakat juga
akan memiliki banyak pilihan pelatihan yang akan digelutinya. Terlebih bagi
angkatan kerja baru untuk generasi milenial, mereka pastinya mempunyai
pandangan yang berbeda terkait dunia kerja dibandingkan generasi sebelumnya.
Sinergi BLK dan
Swasta
Setelah itu, BLK juga perlu bekerjasama dengan lembaga
rekrutmen dan training swasta atau perusahaan yang bergerak di bidang jasa
rekrutmen pegawai yang memiliki banyak mitra perusahaan. Atau mungkin juga bisa
bekerjasama dengan head hunter yang menawarkan banyak pekerjaan bagi para
pencari kerja. Selain dapat menjembatani antara pencari kerja dengan
perusahaan, lembaga pelatihan swasta juga dapat meningkatkan kualitas pencari
kerja.
Sinergi antara BLK dengan swasta juga perlu ditingkatkan.
Keduanya harus sama-sama berperan aktif dalam menciptakan pelatihan kerja
berkualitas dan tepat guna. Selain itu, perusahaan juga perlu ikut berperan
aktif dalam penyusunan kurikulum di BLK. Hal ini dilakukan supaya kompetensi
sumberdaya manusia (SDM) di sekitar wilayah perusahaan tersebut dapat meningkat
sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kerjasama antara BLK dengan swasta adalah investasi sumber
daya manusia bagi perusahaan. Dengan pemberian modul atau kurikulum pelatihan
ke BLK, perusahaan dapat menghemat biaya training atau meringankan dalam
kegiatan rekrutmennya. Peran aktif perusahaan ini akan sangat besar manfaatnya
demi meningkatnya kualitas SDM yang siap pakai di dunia kerja.
Misalnya, untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau
perushaan swasta lokal dapat berkontribusi dalam memberikan modul pelatihan
(training) perusahaan ke BLK setempat. Begitupun sebaliknya, dari BLK daerah
juga terdapat sinergi yang aktif dengan perusahaan dalam tukar informasi materi
pelatihan tersebut.
Penyiapan tenaga produktif dan berdaya saing melalui
pendidikan dan pelatihan vokasional terus dilakukan demi menghadapi bonus
demografi. Salah satunya melalui sinergi antar sektor dengan penguatan
pendidikan vokasional di dalamnya. Pengembangan SDM melalui revitalisasi
kualitas pendidikan vokasi terus dipacu pemerintah sesuai dengan Roadmap
Kebijakan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar