Senin, 26 Juli 2021

Menyelami Adicita Imaji Batik Priangan

Batik adalah buah kebudayaan masyarakat Indonesia yang telah diakui oleh dunia internasional, melalui The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2 Oktober 2009 sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda. Kesenian batik di Indonesia tumbuh sangat subur beserta bermacam-macam falsafah, serta datang dari berbagai daerah di nusantara dengan berbagai jenis coraknya. Setiap jenis batik mempunyai filosofi tertentu yang tertuang ke dalam imaji visualnya yang sangat beragam, di sesuaikan dengan kebudayaan lokal asalnya masing-masing. Setelah diselami lebih dalam ternyata makna historis dan antropologis, batik bukanlah sekedar karya busana, namun juga buah pikir masyarakat yang penuh dengan karakter serta perjuangan manusia di dalamnya.

Memahami batik berarti memahami tentang manusia. Kita bisa merasakan betapa leluhur kita memiliki cita rasa yang tinggi dalam aspek berkesenian. Warisan dari leluhur ini menjadi bukti bahwa aspek estetika selalu lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bahkan leluhur kita telah berhasil menuangkan adicita imaji yang ada dalam pikiran serta perasaan kolektif masyarakatnya ke dalam kain batik yang sarat akan identitas. Sedangkan salah satu jenis karya batik yang sangat menarik untuk diselami gagasannya adalah Batik Priangan.

Batik Priangan sungguh mempesona karena mempunyai ragam motif yang sangat kaya dan berwarna-warni. Sumber inspirasi coraknya pun berasal dari fenomena alam: flora dan fauna. Berdasarkan buku “The Dancing Peacock, Colours and Motifs of Priangan Batik” karya Didit Pradito, Herman Jusuf dan Saftiyaningsih Ken Atik, disebutkan bahwa peristiwa sejarah, kondisi alam raya dan tata nilai sosial-budaya menjadi sumber inspirasi para pembatik Priangan. Hal inilah yang membuat identitas Batik Priangan begitu kuat, serta khalayak umum dapat langsung mengidentifikasi dan mengenal corak khasnya ini.

Berdasarkan sumber letak geografisnya, Batik Priangan berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat seperti dari kabupaten Cianjur, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Sampai saat ini, tradisi kriya Batik Priangan masih lestari di kabupaten-kabupaten tersebut. Hal ini terlihat dari masih hidupnya industri-industri batik yang telah beroperasi lebih dari setengah abad. Berbagai pusparagam kelir Batik Priangan yang masyhur di masyarakat antara lain awi ngarambat alias bambu merambat, merak ngibing atau merak menari, laba-laba, burung keladi, gurami dan daun talas. Jenis corak tersebut termasuk dalam kategori Batik Priangan Tasikmalaya, di mana ciri khasnya adalah suasana keindahan flora dan fauna di tanah Priangan.  

Ada pula jenis Batik Priangan Garutan yang lekat dengan corak dasar bernuansa geometrik. Sedangkan pola yang seringkali didesain adalah corak belah ketupat. Sama halnya dengan Batik Priangan Tasikmalaya, Batik Priangan Garut sumber inspirasinya juga berasal dari kondisi lansekap pada masyarakat Garut yang hidup di kontur bentang alam berlereng-lereng dan sejuk. Alhasil beberapa motif estetiknya yang prominen antara lain bulu hayam alias bulu ayam, lereng kangkung, merak ngibing, lereng dan cupat manggu. Kesemua varian yang ada merupakan nilai kearifan lokal budaya Sunda dan akan terasa kian transenden saat sudah terpatri di atas kain.

Sebenarnya masih banyak lagi varian Batik Priangan yang ada di Jawa Barat berdasarkan khasanah historiografi. Berdasarkan buku “Batik Priangan (Sebuah Pengantar)” karya Yan Yan Sunarya, disebutkan bahwa ada beberapa motif kain batik Jawa Barat itu bahkan kini sudah tidak dikenal lagi, hingga sulit untuk dirunut kembali keasliannya (Morissan, 2005). Namun kita masih bisa melihat dokumentasinya pada Museum Tekstil Jakarta, tempat di mana adikarya kebudayaan seni kriya nusantara tersebut tersimpan. Untuk itu, demi melestarikan pendokumentasian buah kebudayaan tanah Priangan ini, pemerintah sangat perlu untuk membangun sebuah “Museum Batik Priangan”. Urgensinya sangat mendesak, karena menyangkut pelestarian artefak kebudayaan masyarakat yang sangat perlu untuk diselamatkan demi generasi mendatang.

Maksud dan tujuan dari pembangunan sebuah gedung “Museum Batik Priangan” adalah antara lain:

·         Sebagai usaha konservasi dan pelestarian budaya Batik Priangan agar tidak punah.

·         Sebagai sarana edukasi dan warisan bagi generasi muda.

·         Pusat informasi bagi publik apabila ingin belajar tentang Batik Priangan.

·         Sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan pameran, diskusi dan seminar tentang batik.

Apabila “Museum Batik Priangan” ini telah berdiri, maka kelestarian keindahan Batik Priangan akan terus terjaga selamanya. Tak hanya itu, walau sampai kapan pun juga sampai generasi berikutnya, siapa pun dapat menyelami keindahan adicita imaji Batik Priangan yang merupakan salah satu buah kebudayaan Sunda. Memahami Batik Priangan, dengan mengutip dari buku “The Dancing Peacock, Colours and Motifs of Priangan Batik” berarti kita akan bisa memahami karakter masyarakarakat Priangan pada umumnya, yang sederhana, apa adanya, terbuka, komunikatif, pluralis, cantik-molek dan bahkan sedikit genit. Semoga keindahan Batik Priangan ini akan akan tetap abadi sampai kapan pun dan dapat dinikmati oleh siapa pun.