Senin, 05 September 2022

Urgensi Eksistensi Startup Digital di Daerah

 

Indonesia merupakan bangsa yang inovatif. Pendapat ini jelas terbukti karena Indonesia telah menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah startup digital terbanyak di dunia. Negara Indonesia posisinya di bawah Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan India. Data yang bersumber dari penelitian Center for Human Genetic Research (CHGR) pada tahun 2020, menyebutkan bahwa jumlah startup digital di Indonesia mencapai 13.000 startup. Bahkan sekarang jumlahnya jauh lebih banyak dari tahun itu. Potensi strategis ini tentunya sangat bermanfaat bagi penyelesaian permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa startup digital di Indonesia merupakan embrio dari inovasi sosial untuk menyelesaikan problematika di masyarakat. Mulai dari startup dengan level Cockroach sampai Decacorn, semuanya ada di Indonesia. Negara Indonesia didukung oleh SDM para anak muda yang melek informasi dan teknologi, sehingga keberadaan startup begitu berkembang pesat. Dari puluhan ribu startup yang ada di Indonesia saat ini, sebagian besar adalah sebuah inovasi sosial alias social enterprise.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah bahwa jumlah startup digital di Indonesia persebarannya tidak merata. Berdasarkan data dari kementerian dan lembaga riset, menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen jumlah startup digital terpusat di area Jabodetabek. Sisanya tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi 5 persen di kota-kota besarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu membangun ekosistem startup digital ini agar eksis di daerah-daerah. Seperti diketahui bahwa ciri khas startup di Indonesia sebagian besar adalah menyelesaikan permasalahan di tingkat regional atau daerah. Maka dari itu, dengan banyaknya startup digital yang tumbuh di daerah akan menyelesaikan persoalan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran, yang dialami oleh masyarakat.

Melihat fenomena tersebut, maka urgensi akan eksistensi startup digital di daerah adalah sebuah harapan besar. Meskipun pada kenyataannya, membuka bisnis startup digital tidak akan semudah yang dibicarakan. Tentunya, akan muncul berbagai risiko yang dapat menghantui para pelaku usaha, agar startup mereka tetap berdiri. Bisnis startup menekankan pada pemberian problem solving untuk suatu permasalahan tertentu dengan lebih memanfaatkan teknologi digital yang berkembang saat ini. Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah daerah setempat, inkubator dan akselerator bisnis yang jumlahnya kini semakin banyak, agar mereka dapat mencari bibit unggul calon startup yang potensial di daerah.

Hal yang pernah saya alami adalah membanguns startup digital di bidang job portal yang bernama Swadaya27.com. Berkat dukungan dari Kementerian dan berbagai dinas terkait di daerah, saya dapat mengembangkan startup yang beroperasi dipedesaan ini. Startup saya juga beberapa kali mengikuti inkubator yang dilakukan oleh pihak swasta. Saya merasakan bahwa dukungan terhadap startup digital yang berinovasi pada solusi sosial begitu besar. Di era sekarang ini, kita dapat mengembangkan startup digital dimanapun berada.

Ketika startup sudah memulai menjamur di daerah-daerah, hal yang perlu diantisipasi selanjutnya adalah pada kemungkinan kegagalan. Kita tahu, bahwa hanya sedikit startup yang dapat menghasilkan profit. Beberapa alasan gagalnya sebuah startup di daerah adalah tidak adanya konsumen yang tepat, tidak menemukan bisnis model yang cocok dan startup memerlukan kebutuhan dana yang besar. Namun semua itu dapat diantisipasi apabila kita rutin mengikuti mentoring bisnis secara terus-menerus dari para praktisi, lembaga swasta atau pemerintahan yang menyediakan konsultasi bisnis startup. Dari sesi mentoring rutin tersebut, startup di daerah dapat memetakan masalah yang dihadapinya dan mencari solusi terbaiknya.