Indonesia merupakan
bangsa yang inovatif. Pendapat ini jelas terbukti karena Indonesia telah
menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah startup digital terbanyak di dunia. Negara Indonesia posisinya di
bawah Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan India. Data yang bersumber dari
penelitian Center for Human Genetic
Research (CHGR) pada tahun 2020, menyebutkan bahwa jumlah startup digital di Indonesia mencapai
13.000 startup. Bahkan sekarang jumlahnya jauh lebih banyak dari tahun itu.
Potensi strategis ini tentunya sangat bermanfaat bagi penyelesaian permasalahan
sosial yang ada di masyarakat.
Dapat dikatakan
bahwa startup digital di Indonesia
merupakan embrio dari inovasi sosial untuk menyelesaikan problematika di
masyarakat. Mulai dari startup dengan
level Cockroach sampai Decacorn, semuanya ada di Indonesia.
Negara Indonesia didukung oleh SDM para anak muda yang melek informasi dan
teknologi, sehingga keberadaan startup
begitu berkembang pesat. Dari puluhan ribu startup
yang ada di Indonesia saat ini, sebagian besar adalah sebuah inovasi sosial
alias social enterprise.
Namun yang
menjadi permasalahannya adalah bahwa jumlah startup
digital di Indonesia persebarannya tidak merata. Berdasarkan data dari
kementerian dan lembaga riset, menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen jumlah startup digital terpusat di area
Jabodetabek. Sisanya tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi 5 persen di
kota-kota besarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu membangun ekosistem startup digital ini agar eksis di
daerah-daerah. Seperti diketahui bahwa ciri khas startup di Indonesia sebagian besar adalah menyelesaikan
permasalahan di tingkat regional atau daerah. Maka dari itu, dengan banyaknya startup digital yang tumbuh di daerah
akan menyelesaikan persoalan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran, yang
dialami oleh masyarakat.
Melihat fenomena
tersebut, maka urgensi akan eksistensi startup
digital di daerah adalah sebuah harapan besar. Meskipun pada kenyataannya,
membuka bisnis startup digital tidak
akan semudah yang dibicarakan. Tentunya, akan muncul berbagai risiko yang dapat
menghantui para pelaku usaha, agar startup
mereka tetap berdiri. Bisnis startup
menekankan pada pemberian problem solving
untuk suatu permasalahan tertentu dengan lebih memanfaatkan teknologi digital
yang berkembang saat ini. Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari berbagai
pihak seperti pemerintah daerah setempat, inkubator dan akselerator bisnis yang
jumlahnya kini semakin banyak, agar mereka dapat mencari bibit unggul calon startup yang potensial di daerah.
Hal yang pernah
saya alami adalah membanguns startup
digital di bidang job portal yang
bernama Swadaya27.com. Berkat dukungan dari Kementerian dan berbagai dinas
terkait di daerah, saya dapat mengembangkan startup
yang beroperasi dipedesaan ini. Startup
saya juga beberapa kali mengikuti inkubator yang dilakukan oleh pihak swasta.
Saya merasakan bahwa dukungan terhadap startup
digital yang berinovasi pada solusi sosial begitu besar. Di era sekarang ini,
kita dapat mengembangkan startup
digital dimanapun berada.
Ketika startup sudah memulai menjamur di daerah-daerah,
hal yang perlu diantisipasi selanjutnya adalah pada kemungkinan kegagalan. Kita
tahu, bahwa hanya sedikit startup
yang dapat menghasilkan profit. Beberapa alasan gagalnya sebuah startup di daerah adalah tidak adanya
konsumen yang tepat, tidak menemukan bisnis model yang cocok dan startup memerlukan kebutuhan dana yang
besar. Namun semua itu dapat diantisipasi apabila kita rutin mengikuti mentoring bisnis secara terus-menerus
dari para praktisi, lembaga swasta atau pemerintahan yang menyediakan
konsultasi bisnis startup. Dari sesi mentoring rutin tersebut, startup di daerah dapat memetakan
masalah yang dihadapinya dan mencari solusi terbaiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar