Sabtu, 17 Oktober 2020

Tahun 86, Ada Apa?

 

Indonesia mempunyai tahun-tahun penting yang akan terus terekam di ingatan kolektif masyarakat. Jika ditanya, khalayak tentu akan mengingat tahun-tahun krusial seperti 1945, 1965 dan 1998 yang kental dengan distingsi perkara sosial-politik yang serius. Di luar perihal sosial politik tersebut, ada juga warsa-warsa prinsipil yang penuh dengan euforia spektaluler. Misalnya saja pada tahun 1986 di mana Indonesia nyaris saja masuk ke dalam Piala Dunia dengan tuan rumah Meksiko. Tentu kebanyakan orang Indonesia bungah sekali kala itu.

Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela pun sempat menyebut bahwa olahraga adalah merupakan peranti yang bisa menyatukan sebuah bangsa. Bahkan menurut Mandela, olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Kita tahu bahwa olahraga yang paling tersohor dan masih menjadi nomor wahid di Indonesia ialah sepak bola. Sampai sekarang ini, mayoritas masyarakat Indonesia masih kepingin Indonesia menjadi kampiun di Piala Dunia.

Berbagai siasat dan probabilitas telah ditempuh Indonesia supaya bisa menjadi kontestan Piala Dunia. Namun yang paling mendekati realitas yaitu pada tahun 1986. Kala itu, Indonesia masuk ke dalam grup kualifikasi Piala Dunia dan ada pada zona 3B Konfederasi Sepak Bola Asia alias AFC bersama India, Bangladesh hingga Thailand. Walau dibilang berisi pemain jempolan, Timnas asuhan Sinyo Aliandoe tersebut pada akhirnya bertekuk lutut saat menghadapi Korea Selatan, ketika memasuki babak kedua Zona B AFC. Pupus sudah harapan bangsa Indonesia untuk masuk ke dalam kontestasi Piala Dunia itu.

Setelah mengundi keberuntungan di turnamen kualifikasi Piala Dunia, Timnas Indonesia masih punya intensi besar di turnamen di Asian Games 1986. Akhirnya Timnas berhasil menapaki babak semifinal Asian Games 1986. Tak berhenti di situ, pada ajang South East Asian (SEA) Games 1987, Merah Putih pun berkibar di perhelatan internasional tersebut. Indonesia meraih medali emas setelah menaklukkan Malaysia di partai final. Beberapa pengamat sepak bola pun menyebut Timnas Indonesia bentukan tahun 1986 merupakan yang paling perkasa sejauh ini, jika hasilnya dilihat dari trofi antarbangsa.

Di samping itu, di tahun 1986 Indonesia juga tercatat telah menjadi tuan rumah untuk Far East and South Pasific Games for the Disabled (Fespic Games), yakni cikal bakal Asian Para Games. Kota Surakarta dipilih sebagai lokasi penyelenggaran perhelatan tersebut. Sarana dan prasarana pun dipersiapkan guna menunjang kejuaraan sport internasional itu, mulai dari renovasi sampai peremajaan Stadion Sriwedari. Boleh dikatakan, tahun 1986 merupakan tahun-tahun istimewa bagi performa olahraga nasional.

Di ranah sains pun Indonesia juga memiliki prestasi yang membesarkan hati. Pratiwi Sudarmono terpilih sebagai astronot perempuan pertama di Indonesia dan Asia, yang diberi misi untuk terbang ke luar sawang langit. Di tahun 1986, Pratiwi memang dijadwalkan akan mengangkasa. Namun pada tanggal 28 Januari 1986, telah terjadi insiden meledaknya pesawat ulang-alik Challenger. Atas kejadian itu, seluruh penerbangan ke luar bumi menjadi dibatalkan. Walau tak sempat ke luar bumantara, prestasi Pratiwi telah menjadi torehan sejarah yang tak terlupakan.

Lalu bagaimana dengan situasi jagat internasional pada tahun 1986? Ada beberapa afair yang langsung berhubungan dengan Indonesia, misalnya insiden pesawat ulang-alik Challenger yang membuat astronot kebanggan Indonesia gagal bertugas. Adapula peristiwa esensial yang terjadi di tahun 1986 dan berimplikasi ke Indonesia beberapa tahun setelahnya.

Peristiwa global yang paling prominen di tahun 1986 adalah gerakan sosial people power, yang pertama kali terjadi di Filipina pada bulan Februari. Revolusi sosial damai ini berlangsung sebagai akibat dari protes rakyat Filipina yang melawan Presiden Ferdinand Marcos, di mana telah bertakhta selama dua dasawarsa. Demonstrasi rakyat yang diinisiasi oleh Corazon Aquino --istri pemimpin oposisi Benigno Aquino Jr, itu meminta secara paksa agar presiden Marcos turun.

Kejadian di Filipina ini tentunya turut berimbas ke Indonesia beberapa tahun setelahnya. Pada Mei 1998, rezim Presiden Soeharto terguling karena dipicu oleh demo besar mahasiswa dan rakyat semacam itu, terlebih juga buntut dari adanya krisis moneter sejak Juli 1997.

Selain itu, 1986 selalu identik dengan detonasi reaktor Chernobyl di Ukrainia. Peristiwa ini dinobatkan sebagai kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Tragedi ini terjadi pada tanggal 26 April 1986 di pagi hari waktu Uni Soviet/Ukraina dan menyebabkan tersebarnya isotop radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat serta Eropa. Akhirnya ribuan penduduk diungsikan ke kota lain yang jauh dari jangkauan radiasi.

Tahun 1986 merupakan tahun yang mencatat peristiwa penting bagi Indonesia dan dunia. Kita lihat, banyak alterasi yang terjadi secara sosial, politik dan saintifik pada tahun tersebut. Kita tidak tahu apakah tahun 2020, sekarang ini, akan menjadi tahun yang bersejarah bagi Indonesia atau tidak. Tapi yang pasti, tahun ini dunia mengalami transformasi yang besar ekses pandemi virus COVID-19. Dan di Indonesia sendiri, telah menjadi negara yang paling terdampak akibat pagebluk tersebut. Kini, di penghujung 2020, situasi sosial kembali memanas di Indonesia setelah disahkannya RUU Cipta Kerja yang dinilai tak adil pada klaster tenaga kerja dan tentu berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Dengan segala sengkarutnya, mungkin saja tahun 2020 akan begitu bersejarah di Indonesia di kemudian hari. Mungkin sekali.