Minggu, 17 Oktober 2021

Kehadiran Bank Sampah Di Pedesaan

 

Isu persampahan di pedesaan masih menjadi persoalan yang cukup elusif untuk digentaskan. Kita masih sering menemui penduduk desa yang membuang sampah di sungai, bahkan sisa konsumsi warga di tumpuk di pinggir jalan yang bukan semestinya. Di desa, seperti yang saya alami, selain dibuang sembarangan, sampah juga masih dikelola secara mandiri dan dibakar jika sudah menumpuk di rumah. Akibatnya, terjadi polusi udara yang cukup fatal karena tak jarang anak-anak dan balita yang mengalami Bronkitis karena paparan tabun pembakaran sampah tersebut. Untuk menangani problem tersebut, beberapa pakar dan pegiat lingkungan akan menyarankan dibentuknya “Bank Sampah” untuk menyelesaikan perkara ini.

Kehadiran Bank Sampah di desa adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan saat ini, terutama untuk menanggulangi permasalahan sampah skala rumah tangga. Bank Sampah yang ada di desa biasanya menjadi bagian dari unit Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang keuntungannya dapat dimanfaatkan oleh desa untuk kegiatan operasional. Maka dari itu, sosialisasi pentingnya pembangunan BUMDes berupa Bank Sampah perlu dimasifkan kembali oleh pemerintah. Seperti diketahui, proyek Bank Sampah sudah ada sejak tahun 2008. Program ini pun dinilai telah menjadi salah satu sarana penggerak perekonomian di desa yang cukup efektif. Meskipun BUMDes Bank Sampah tersebut nantinya tidak mendapatkan profit yang tinggi, namun setidaknya lingkungan desa menjadi lebih bersih dan terawat.

Andaikan saja, di setiap desa di Indonesia terdapat BUMDes Bank Sampah, maka bisa dibayangkan betapa lestarinya lingkungan tempat tinggal kita di masa depan. Sungai-sungai menjadi bersih tanpa adanya sampah plastik dan sebagainya. Pinggir jalanan juga tak ada sampah non organik yang berserakan. Serta tentu saja tidak ada asap yang membumbung tinggi nan pekat yang membahayakan kesehatan di sekitar rumah warga. Tentu saja hal ini akan membuat lingkungan dan badan kita menjadi lebih sehat.