Minggu, 30 Desember 2012

Lima Album Indonesia Terbaik Tahun 2012


Noah – Seperti Seharusnya
Album yang berisikan 10 lagu ini merupakan album paling terkonsep yang akhir-akhir ini banyak dipromosikan di restoran cepat saji, di iklan, dan dengan konser yang mendapatkan penghargaan dari MURI. Album pertama NOAH yang berjudul ‘Seperti Seharusnya’ memang membuat daya tarik tersendiri bagi penggemar Ariel. Setelah mendengan hit single ‘Separuh Aku’ yang sering diputar di radio dan televisi, saya juga masih bisa mendengar karya tersebut memang masih terasa Peterpan. Bahkan antara Peterpan dan NOAH memiliki ciri khas nada dan gaya lirik yang hampir sama, bahkan malah tidak ada perubahan antara Peterpan dan NOAH.
Maka dari itu saya menyimpulkan bahwa perubahan dan ciri khas mereka tidak berubah. Bahkan saya sangat menginginkan hal ini terjadi. Untungnya saja mereka hanya berganti nama dan bertambah perosonil baru. Penambahan personil baru David juga sangat membuat musik NOAH semakin megah dan saya mendengarkannya mirip dengan Coldplay. Suara piano yang merupakan ciri khas Coldplay ini membuat lagu mereka semakin megah. Simak saja lagu ‘Raja Negeriku’ yang dibawakan secara menggema dengan tema nasionalisme melalui pertandingan olah raga.
Pada lagu yang diciptakan oleh Ariel dan Ryan D’masiv yang berjudul ‘Hidup Untukmu, Mati Tanpamu’ juga sangat identik dengan musik-musik khas band yang dilabeli oleh Musica. Bahkan lagu NOAH pada track ini sangat kental nuansa D’masiv. Jadi saya pikir bahwa label Musica merekrut band-bandnya dengan musik-musik dan nada vokal yang cukup identik. Selain itu, lagu terdengar seperti Nidji ketika membawakan ‘Jika Engkau’ dan ‘Ini Cinta’. Terbersit di kepala saya jika Musica mengkiblatkan musiknya pada Coldplay.
Sembari mendengrakan NOAH, saya juga bergantian mendengarkan track Coldplay pada album Viva La Vida. Bahkan lagu Raja Negeriku sempatnya saya berpikir dapat disandingkan dengan lagu-lagu Speed of Sound pada album Coldplay yang lama. Penelitian terbatas saya ini terkesan sangatlah subjektif sehingga artikel ini akan lebih mirip pada review album ketimbang analisa kritis. Selanjutnya, penelusuran saya berlanjut pada musik-musik anthemic Coldplay seperti ‘Yellow’ dan ‘Paradise’. Kemudian menemukan kalau NOAH ini menurut saya benar-benar mengkiblatkan kepada Coldplay.Setelah itu, saya dengarkan sampai selesai album NOAH ini, dengan di HP saya memutar Full album Viva La Vida. Dan saya melihat keidentikan album ini dan pencapaian yang telah dibuat Ariel CS ini sangatlah mirip. Menurut saya, ekplorasi musik dan berkembangnya sound yang mereka pilih bisa diibaratkan kalu album ‘Seperti Seharusnya’ ini adalah Viva La Vida-nya Ariel CS.

Seringai – Taring
Album yang paling ditunggu-tunggu bagi para serigala militia dengan berisikan 12 lagu campuran yang tetap brutal. Dibuka dengan mukadimah yang sangat mengena dikepala berupa “Canis Dirus”. Selanjutnya penekanan secara nyata dengan lagu berjudul “Taring” dengan lirik yang ditekankan oleh Arian13 ‘menghajar dunia, dari suasana duka. ‘Taringku buktikan, tahun-tahun berlalu, aku sempurnakan’ menunjukkan jika dalam membuat album ini sangatlah sulit dan butuh waktu yang lama. Lagu bertema Scifi yang berasal dari film Star wars juga secara sukses dibawakan. Hal ini menandakan bahwa tema sains fiksi bisa dibawakan dengan balutan musik metal melodic. Lagu ‘fett, sang pemburu’ yang paling unik dan terbaru dari tema Seringai  sebelumnya.
Tidak hanya itu, tema lama yang menunjukkan ketiadaan kutukan bagi umat manusia tercermin dalam nomor ‘tragedi’. Lagu dengan bassline yang sangat khas dari Sammy Bramantyo ini menjadi anthem bagi album ini. Tidak hanya bersenang-senang dengan tema anti moralitas khas anak muda, lagu ini juga memiliki nomor semangat brutal dalam konser. Simak saja lagu “Program Party Seringai” yang mengajak mossing seluruh pendengar.
Bisa dikatakan album ini menjadi album wajib yang harus dimiliki, dan sangat anthemic serta isotonik bagi dahaga album yang beredar tahun 2012. Bahkan dengan mengcover lagu tradisional Batak pun bisa sebegitu menyenangkan untuk di dengar. “lissoi” telah mengajak acara mabuk sampai pagi. Diakhiri dengan lagu “Gaza” dengan melodi gitar yang meraung bersautan-sautan dengan terompet Ucok The Autentics membuat lagu tanpa lirik ini memiliki makna tersendiri bagi pendengarnya.

Ras Muhammad & Daddy T – Berjaya
Tidak bisa disangkal, kolaborasi paling jenius tahun ini adalah antara Ras Muhammad dan Daddy T. Berjaya adalah buktinya. Album yang sangat terkonsep dengan kumpulan kolaborasi dengan berbagai artis reggae tanah dan kumpulan skit-skit yang melengkapinya membuat berjaya benar-benar dibuat serius. Detail dari musik dan liriknya menunjukkan suatu yang ‘next chapter’ dari album Ras Muhammad terdahulu dengan lirik yang lebih emansipatif.
Tidak seharusnya anak reggae terjebak dalam sunset dan sunrises belaka. Apalagi mengulang retorika no woman no cry, teriak dalam lagu berjaya sebagai pembuka. Generasi muda yang lebih emanispatif dalam melihat perkembangan zaman. Seharusnya juga ikut berubah dengan reggae yang modern. Selain itu, bentuk perlawanan terhadap keserakahan teknologi juga muncul pada track Teknologi yang diawali oleh skit dari Bob Marley. Secara keseluruhan ini adalah album wajib tahun ini yang bertemakan tentang emansipasi dengan berbagai latar belakang budaya Nasional, Ethiophia, dan Babylonia.

Andre Harihandoyo and Sonic People – Song For Rainy Days
Saya sudah membuktikannya, mendengarkan lima lagu dalam sons for rainy days Andre Harihandoyo and Sonic People di saat hujan dan langsung tertidur. Terlepas saya tipe yang mudah tertidur, lagu ini sudah membuat saya terjebak tiga kali ke neverland. Terutama pada lagu terakhir yang sekaliber dengan dongeng fabel. Lullaby mengandung zat penenang yang dibuat dengan bentuk gelombang audiosonik.
Lullaby adalah lagu nina bobok yang kontekstual dengan keadaan hujan di luar rumah. Menurut saya, album songs for rainy days merupakan album musik Indonesia yang didedikasikan untuk hujan. Coba dengarkan “Sleep child, dream on your pillow, Sleep child, the angels are here” yang diulang berkali-kali dengan suara rintik air hujan yang menenangkan sampai anda tertidur. Bahkan lagu ini lebih berpengaruh berkali-kali lipat membuat relaksasi dibandingkan CD audio hadiah buku ESQ.

Payung Teduh – Dunia Batas
Dengan hadirnya dan rilisnya album ini, tidak hanya meramaikan kancah musik Indonesia, akan tetapi juga memperkaya variasi musik yang ada. Dapat dikatakan album ini menjadi kepingan puzzle musik keroncong yang pernah terkenal pada era 60an. Meskipun keroncong berasal dari Portugis, akan tetapi keroncong yang ada pada album Dunia Batas ini memiliki ciri khas Indonesia dengan lirik sastra yang khas semenanjung malaka. Alhasil benar-benar sebuah penyegaran album Indonesia yang terlalu kebarat-baratan. Bisa dikatakan, keseluruhan dari track pada album ini menunjukkan penulisan sastrawi dalam lirik lagu menjadi poin utama, dan keroncong-jazz pun bisa menjadi alternatif musik keras monoton dengan lirik repetisi belaka.