Minggu, 24 Mei 2020

Peran BLK Saat Pandemi


Tahun 2020 merupakan saat-saat terberat bagi bangsa Indonesia. Tahun ini, Indonesia dilanda serbuan wabah Corona Virus Disease (Covid-19) dengan efek yang begitu simultan ke berbagai aspek, mulai dari kesehatan hingga perekonomian. Sejak pemerintah mengumumkan virus Covid-19 telah menyebar ke Indonesia, saat itu juga Indonesia melakukan tanggap darurat. Hal ini disebabkan penyebaran Covid-19 yang begitu cepat dan berpotensi menyerang semua kalangan, baik anak-anak, pemuda ataupun orang tua. Keberadaan dan ancaman virus Covid-19 ini dinilai telah mengubah pola hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam hal kebersihan.
Tak hanya di Indonesia, masyarakat global pun ikut terdampak oleh adanya wabah ini. Banyak negara yang kewalahan menangani Covid-19 ini, sampai-sampai di beberapa negara, pusat ibadah vital dunia pun ditutup sementara untuk memutus mata rantai persebaran virus. Tercatat, hingga Senin (18/5/2020), jumlah pasien terinfeksi positif corona di dunia berkisar 4.710.614 orang, 315.023 pasien meninggal dunia dan 1.732.344 dinyatakan sembuh. Data ini merupakan laporan dari 213 negara di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, per Senin (18/5/2020) terdapat 18.010 kasus Covid-19 sejak pengumuman kasus pertama pada 2 Maret 2020. Dari semua kasus yang terjadi, sebanyak 4.324 pasien Covid-19 mengalami kesembuhan. Namun, sampai saat ini ada 1.191 pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Indonesia.
Atas merebaknya kasus ini, masyarakat tetap dihimbau untuk menerapkan physical distancing, social distancing dan selalu menjaga kebersihan dimanapun berada. Anjuran untuk tetap di rumah saja dan menjauhi kegiatan berkerumun sebagai upaya untuk menghentikan penularan virus juga masih diberlakukan. Kini, kesadaran masyarakat akan kebersihan pun meningkat drastis.
Perubahan aktivitas masyarakat ini sedikit banyak turut berpengaruh ke sektor bisnis. Banyak usaha-usaha yang gulung tikar karena aktivitas masyarakat yang menjadi terbatas. Mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sampai perusahaan berskala besar ikut terkena imbasnya. Dampaknya, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga tak dapat dibendung. Daya beli masyarakat mengalami penurunan, yang tercermin dari bahan pokok yang mengalami deflasi 0,13%. Hal ini berarti permintaan atas bahan pangan turun. Sebagian besar individu terpaksa untuk mencari tambahan penghasilan melalui usaha berbagai cara. Pandemi ini terasa begitu sulit untuk diprediksi.
Tantangan Tenaga Medis
Tantangan lain yaitu tenaga medis yang kewalahan menerima banyaknya pasien di rumah sakit, terutama untuk pasien Covid-19. Kekhawatiran karena terpapar virus juga tak dapat dihindari tentunya. Ditambah lagi, mereka juga masih kekurangan alat pelindung diri (APD) ketika sedang bertugas. Sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19, mereka perlu mendapatkan prioritas untuk APD demi keselamatan. Hal ini dilakukan supaya mereka tetap bisa melayani pasien-pasien di rumah sakit tanpa rasa cemas.
Beberapa waktu yang lalu, sekitar bulan April 2020, jumlah pasokan APD di rumah sakit masih sangat terbatas. Selain itu, harganya juga sangat tinggi karena stoknya yang terbatas di pasaran, khususnya pasokan masker N95. Begitu pula dengan perlengkapan seperti baju hazmat, pelindung mata (goggles), masker bedah, sarung tangan pelindung (gloves), penutup kepala (cap), pelindung sepatu (shoe cover), celemek medis (apron), gaun (gown), sarung tangan (handscoon), pelindung wajah (face shield) sampai dengan sepatu boot, yang merupakan kebutuhan wajib untuk didapatkan oleh tenaga medis. Atas masalah tersebut, berbagai elemen masyarakat berinisiatif tinggi guna menggalang dana. Mereka tergerak untuk melakukan penggalangan mulai dari cara konvensional sampai via platform daring.
Kegiatan ini biasanya diinisiasi oleh para perusahaan, komunitas, influencer sampai patungan warga. Beberapa yang sempat viral di media sosial, antara lain bantuan dari aplikasi berbagi video pendek, TikTok, yang menggelontorkan dana sumbangan sebesar Rp 100 miliar. Bantuan dari TikTok ini pun diserahkan kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 guna membantu penyediaan alat medis yang dibutuhkan tenaga kesehatan di Tanah Air. Disamping itu, berdasarkan pemaparan CEO Kitabisa, Alfatih Timur, total jumlah dana yang sudah berhasil terkumpul dalam penggalangan dana bantuan Covid-19 hingga Jumat (15/5/2020) mencapai Rp 130 miliar. Kini kebutuhan jumlah APD di rumah sakit lambat laun terperpenuhi, atas inisiatif masyarakat yang luar biasa.
Kontribusi BLK
Dari sekian banyaknya bala bantuan, kita tentunya perlu berterima kasih kepada Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah berinovasi dan berkontribusi besar dalam upaya melawan pandemi Covid-19. BLK yang kita tahu sebelumnya bergerak di ranah edukasi vokasional dan pelatihan kerja, kini memanfaatkan fungsinya sebagai lembaga yang melawan Covid-19. Seperti kita ketahui, BLK beserta alumninya tercatat telah banyak berkontribusi dalam penanganan Covid-19 ini melalui berbagai cara.
Peran serta BLK antara lain yaitu telah menyediakan pelatihan tanggap Covid-19 di berbagai kota, misalnya di Bandung dan Banda Aceh. Seperti yang telah diinstruksikan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, bahwa BLK dan Balai Peningkatan Produktivitas (BPP) menggelar berbagai pelatihan tanggap Covid-19 sebagai upaya mitigasi dampak wabah tersebut. Beberapa program yang dikembangkan yaitu pelatihan memasak, pembuatan baju APD (hazmat), masker, pelindung wajah (face shield), hand sanitizer/cairan disinfektan, pelatihan instalasi wastafel, dan pembuatan peti COVID-19. Seperti diketahui, pelatihan tanggap Covid-19 ini telah memproduksi masker sebanyak 2.097.500 buah, faceshield 64.800 buah, hand sanitizer 136.250 liter, baju APD/Hazmet sebanyak 56.000 buah, 318.000 box nasi, wastafel COVID-19 1.584 buah, peti COVID-19 sebanyak 50 buah dan disinfektan 82.940 liter. Hasil produksi dari pelatihan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya oleh petugas rumah sakit dan puskesmas, petugas TNI/POLRI, posko penanganan Covid-19 dan BNPB, asosiasi kedokteran/tenaga kesehatan, relawan penanganan COVID-19 serta masyarakat umum lainnya.
Berbagai pelatihan di BLK tersebut tentunya dilakukan dengan mempertimbangkan protokol kesehatan. Upaya ini dinilai telah ikut membantu penanggulangan Covid-19 di Indonesia, melalui cara yang biasa BLK lakukan. Dalam hal ini, BLK telah berhasil melakukan refocusing terhadap program pelatihan di BLK sebagai upaya untuk mengantisipasi COVID-19 beserta dampaknya. Alhasil, BLK di masa pandemi ini telah menjelma menjadi sentra produksi masal APD. Selain memproduksi kebutuhan yang esensial tersebut, perekonomian masyarakat juga turut berdaya karena BLK memberikan insentif berupa uang saku pelatihan.
Jika kita telisik lebih dalam, peran serta BLK dalam menghadapi Covid-19 ini dilakukan secara merata oleh BLK di seluruh Indonesia. Semangat peserta training dan para alumni BLK pun patut diapresiasi. Sebagai contoh, BLK Bantul, Yogyakarta yang telah mendonasikan ribuan masker kain yang sesuai standar ke pemerintah daerah melalui PMI (Palang Merah Indonesia), Dinas Sosial Bantul dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Selain di Yogyakarta, setiap provinsi di Indonesia tercatat ada kegiatan BLK dalam penanggulangan Covid-19 ini.
Di Jawa Tengah, para alumni dan siswa pelatihan dari BLK Karanganyar dan BLK Kendal telah memproduksi masker kain dan APD secara masal, yang kemudian diserahkan kepada Gugus Penanganan Covid-19. Tak hanya memproduksi masker, beberapa BLK di Jawa Tengah seperti BLK Temanggung juga telah disulap sebagai tempat karantina pasien positif Covid-19.
Di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), BLK Padang memproduksi peti mati khusus jenazah pasien Covid-19. Bahkan belasan Polwan dari Polda Sumbar pun ikut dilatih menjahit masker di BLK Padang untuk membuat masker nonmedis guna membantu persediaan masker saat pandemi. Selain untuk masa pandemi, masker juga berfungsi sebagai sarana perlindungan diri dari kabut asap akibat letusan Gunung Merapi. Hal senada juga terjadi di BLK Muara Enim, Sumatera Selatan yang juga telah bekerja memproduksi ribuan masker untuk memasok logistik Satgas Gugus Tugas Covid-19.
Sedangkan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, BLKnya telah memproduksi masker untuk dibagikan secara gratis. Dari Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, para alumni BLK Tapin juga telah membuat ribuan masker kain yang bertujuan untuk mengatasi kelangkaan masker di pasaran sekaligus untuk penanggulangan Covid-19. Hal serupa juga datang dari BLK Nusa Tenggara Barat (NTB) yang telah memproduksi masker dan handsanitizer untuk masyarakat sekitar.
Seperti diketahui, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar juga menginstruksikan untuk penyerahan bantuan langsung tunai (BLT) dana desa bagi mereka yang telah kehilangan mata pencaharian. Kebijakan semacam ini juga telah diterapkan sebelumnya oleh BLK Kendari yang membagikan uang tunai dan beras bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. Kita tahu, bahwa selama pandemi ini, BLK telah banyak melakukan kontribusi kepada masyarakat dan pemerintah. Khususnya dalam membantu tenaga medis serta turut menurunkan atau menstabilkan harga masker di pasaran.
Respon cepat tanggap dan profesionalisme BLK ini menunjukkan bahwa mereka memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan fasilitas yang mumpuni. Terbukti, bahwa BLK mampu menjadi garda terdepan dalam membantu penyelesaian wabah ini. Hal yang perlu diingat, bahwasannya BLK merupakan salah satu pahlawan pembasmi Covid-19 di Indonesia.

Senin, 11 Mei 2020

Kampung Purba 4.0


Saat masih kelas 3 SD, saya selalu mendambakan bisa berkesempatan untuk berkunjung ke Museum Purbakala Sangiran bersama keluarga. Berawal dari tayangan di televisi yang rutin mengulas dunia fauna, saya sangat tertarik dengan dunia hewan. Terlebih, saat masih kecil saya begitu menyukai makhluk purba dinosaurus ataupun benda purbakala lainnya. Memang, waktu itu menjadi arkeolog adalah sebuah impian besar saya. Hal inilah yang membuat masa kecil saya itu dipenuhi dengan petualangan mencari fosil, yang dilakukan di sekitar rumah atau pelosok desa. Kekurangan ilmu dan informasi di masa kecil tersebut membuat saya percaya bahwa di semua tempat, jika digali akan ada artefak ataupun fosil makluk purba.
Biasanya saya mencari fosil di pematang sawah, tepian sungai atau di kebun-kebun tetangga. Dan tentu saja hasilnya nihil. Namun, beberapa kali saya juga beruntung mendapatkan bongkahan atau serpihan benda yang saya yakini adalah fosil, ketika tetangga saya mengeruk pasir sungai atau wadas sebagai bahan bangunan. Saya pun senang sekali berhasil menemukan fosil kepiting, cetakan daun dan serpihan tulang hewan. Hasil termuan tersebut saya koleksi dan saya buat miniatur museum di rumah sendiri.
Melihat putranya begitu tertarik terhadap benda-benda purbakala tersebut, bapak merekomendasikan saya untuk mengunjungi Museum Purbakala Sangiran. Jika ada kesempatan, kami pun akan berencana pergi kesana. Saat itu tahun 1999. Waktu berlalu, sampai sekarang tahun 2020 saya baru sadar belum pernah berkunjung ke Museum Sangiran tersebut. Entah karena lupa atau mungkin ada prioritas yang harus didahulukan. Namun, setelah 20 tahun sejak peristiwa pencarian fosil di pekarangan rumah tersebut, saya kembali teringat akan Museum Sangiran dan mulai bernostalgia saat masa kecil penuh imajinasi.
Kini saya sudah punya seorang putra yang berusia kurang lebih 1.5 tahun. Sama seperti ayahnya waktu kecil, dia juga begitu menyukai dinosaurus: semua baju, buku dan video hiburannya adalah tentang dinosaurus. Dia pun sudah bisa mengenali berbagai macam dinosaurus, baik di buku, televisi atau di poster. Jika saya bertanya nama dinosaurus, dia sudah bisa menunjukknya dengan tepat, seperti misalnya Diplodocus, Quatzalcoatlus, Kentrosaurus, Iguanadon, Stegosaurus, Tyranosaurus, Elasmosaurus dan lain sebagainya. Dia juga sudah bisa menyebutkan (walau menyebut dengan kosakata belum sempurna) fosil dinosaurus yang saya maksud adalah jenis apa, tatkala saya menunjuk gambarnya. Jika anak saya sudah besar nanti, saya ingin mengajaknya ke Museum Purbakala Sangiran supaya dia melihat berbagai macam koleksi makhluk purba disana.
Museum Purbakala Jaman Now
Saya berharap, museum purbakala yang diinisiasi oleh paleontolog dan geolog, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald itu di masa depan dapat semakin berkembang dan menjadikannya sebagai pusat pengetahuan biologi dunia. Tak hanya itu, kita juga perlu menyulap museum purbakala ini supaya terkesan kekinian dan memuat spiritjaman now”. Untuk itu, ada beberapa saran supaya kampung purba Sangiran ini punya magnet besar bagi para pengunjung, terutama untuk generasi alpha (lahir di antara tahun 2010 – 2024), yang cenderung mengutamakan kemutakhiran teknologi informasi.
Kelompok masyarakat inilah yang begitu gemar akan kecanggihan inovasi pada sebuah museum. Sebab, mereka lahir dan tumbuh besar dengan gawai pada genggaman. Mereka cenderung kurang menyukai hal-hal yang bersifat konvensional dan ketinggalan jaman. Untuk menyasar generasi alpha, kita perlu berinovasi dalam hal digitalisasi produk museum. Hal ini dilakukan supaya kedepannya generasi baru tersebut akan tertarik mengunjungi atau memanfaatkan produk Museum Sangiran. Nantinya mereka akan menganggap Museum Sangiran sebagai pusat pendidikan yang wajib untuk dikunjungi karena di dalamnya berisi konten informasi purbakala yang canggih.
Selama ini kita ketahui bahwa kata “museum” masih identik dengan kesan “kuno”. Terlebih bagi museum purbakala. Maka dari itu, kita perlu meng-upgrade-nya dari segi infrastruktur ataupun teknologinya. Siapa tahu, Museum Sangiran bisa berkembang hingga sebesar dan seterkenal Utah Prehistoric Museum, Museum für Naturkunde, Field Museum, Zigong Dinosaur Museum dan Iziko Museum. Karena saya yakin, koleksi di Sangiran tidak kalah lengkap dengan semua museum prasejarah internasional tersebut. Terbukti, dari semua fosil manusia purba di Indonesia menjadi pokok bahasan yang signifikan dalam buku fenomenal dan best sellerSapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia” karya Yuval Noah Harari. Harari menjelaskan bahwa fosil Manusia Jawa Purba di Museum Sangiran tersebut telah melengkapi mata rantai evolusi yang ada di dunia.
Hal yang kita bisa petik dari kecanggihan museum prasejarah internasional adalah bahwa: “koleksi boleh saja purba, namun inovasi yang ada di dalamnya turut mengikuti perkembangan teknologi dalam masyarakat dunia 4.0”.
Buku dan Video Animasi
Dalam ilmu digital marketing, konten seperti infografis dan video atau gambar bergerak merupakan elemen penting dalam efektivitas pemasaran di internet. Masyarakat “jaman now” cenderung akan mudah terpikat dengan strategi marketing jenis ini, karena mereka banyak menghabiskan waktunya berselancar di dunia maya. Maka dari itu, Museum Sangiran perlu mendalami strategi promosi ini, supaya daya jelajah pemasarannya bisa merambah ke seluruh nusantara. Jadi strategi pemasaran yang dijalankan nanti sudah tidak konvensional, serta semuanya dapat diakses melalui website resmi yang menarik tentunya. Ditambah lagi, perlu adanya optimalisasi media sosial supaya bersifat lebih interaktif dengan konten segar.
Memang, untuk membangun lingkungan kerja modern semacam ini dibutuhkan pelatihan dan pengembangan yang besar-besaran, dari segi infrastruktur sampai dengan sumber daya manusia (SDM). Ini merupakan tujuan jangka panjang bagi Museum Sangiran. Namun, ada juga pengembangan dan inovasi jangka pendek yang bisa dilakukan oleh pihak Museum Sangiran saat ini. Misalnya, pihak museum perlu melakukan inovasi terhadap media informasi dengan membuat konten buku yang di dalamnya penuh dengan animasi tentang koleksi benda purbakala di Sangiran. Animasi adalah cara yang efektif supaya suatu produk bisa disukai oleh semua kalangan, dari balita sampai orang dewasa.
Buku-buku yang berisi animasi tentang koleksi purbakala dan dikemas dalam format fabel (cerita anak-anak) misalnya, sangat penting untuk dibuat. Buku ini efektif untuk memperkenalkan sekaligus sebagai media edukasi bagi anak-anak balita. Seperti diketahui, penjualan genre buku anak-anak merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Jadi, kita perlu memanfaatkan peluang ini. Dari Museum Sangiran akan mendapatkan pemasukan dari penjualan publikasi buku anak-anak tersebut sekaligus mendapatkan promosi untuk datang ke museum.
Berdasarkan pengalaman, anak-anak cenderung menyukai hewan purba yang gagah dan sangar semacam gajah purba alias mammoth, macan purba ataupun kura-kura purba. Hewan-hewan tersebut sekiranya dapat menjadi referensi untuk membuat ide animasi di dalam publikasi buku, yang tentunya sangat potensial untuk dikomersialisasikan. Sasaran konten animasi purbakala ini nantinya dapat ditujukan untuk menarik minat anak-anak, khsusunya balita yang masih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun Pra-PAUD.
Selanjutnya, konten animasi tersebut dapat dikembangkan ke dalam format video edukatif. Seperti kita ketahui bahwa kelebihan fitur media sosial saat ini adalah menyampaikan beraneka macam hiburan yang informatif dalam berbagai bentuk gambar bergerak. Tentunya, konten animasi video ini sangat efektif dalam menarik perhatian khalayak di media sosial. Masyarakat cenderung akan lebih mudah menyukai dan nyaman dalam menyerap konten video animasi koleksi benda purbakala di Museum Sangiran. Kita perlu belajar dari perusahaan hiburan dan edukasi anak-anak, Pinkfong asal Korea Selatan yang mengupas habis animasi dinosaurus menjadi sesuatu yang menyenangkan. Menjadi lagu yang berisi informasi yang mendidik. Keberhasilan video animasi Pinkfong dalam mengemas konten purbakala dapat kita petik ilmunya.
Dari semua saran yang diberikan, ada inovasi terkini yang telah dikembangkan oleh Museum Sangiran yang patut diapresiasi. Kita perlu bangga bahwa saat ini, Museum Sangiran tengah mengembangkan layanan virtual museum yang dapat diakses oleh masyarakat luar kota atau daerah manapun. Dengan mengakses virtual museum tersebut, penonton akan disajikan lokasi nyata dari segala penjuru Museum Sangiran melalui video yang dapat diarahkan sesuka hati. Masyarakat umum tentunya dapat mengaksesnya melalui situs kebudayaan.kemendikbud.go.id, website sangiran.sragenkab.go.id dan berbagai saluran video di youtube tentang Museum Purbakala Sangiran.
Lomba Mapel
Inovasi dalam dunia natural science museum seyogianya juga merambah pada aspek scientific. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Seperti diketahui bahwa saat ini di Kabupaten Sragen sendiri telah beberapa kali menyelenggarakan Festival Sangiran Purba yang berlokasi di Museum Sangiran. Festival tersebut menampilkan beragam budaya, seperti Campursari Dewandaru, Gamelan Kontemporer, Tari Purba, Gejlok Lesung sampai Tari Sangir. Terlaksananya acara ini tentunya perlu diapresiasi dan patut dilestarikan. Mengingat, beragam arus budaya luar akibat globalisasi, telah hilir mudik masuk ke Indonesia begitu pesatnya melalui berbagai kanal informasi. Festival Sangiran Purba ini membawa angin segar dalam solusi atas pelestarian budaya bangsa.
Setelah sukses dengan festival tersebut, ada beberapa masukan yang dapat diterapkan. Seperti kita ketahui bahwa selain sebagai pusat pelesatarian budaya nusantara, Festival Kampung Purba bisa menjadi ajang kompetisi sains bagi pelajar di seluruh Indonesia. Bahwasannya, Museum Sangiran merupakan pusat pendidikan di Indonesia, bahkan sumber yang sangat diperhitungkan dalam peta pengetahuan dunia, khususnya biologi dan arkeologi. Maka dari itu, saran dalam hal ini adalah dengan mengadakan lomba mata pelajaran (mapel) tingkat nasional yang sarat dengan unsur akademik.
Museum Sangiran nantinya dapat bekerjasama dengan Universitas dan Institusi Pendidikan yang ada jurusan Arkeologi, Geografi dan Geologi, dalam menyelenggarakan lomba mapel tersebut. Kampus tersebut juga dapat berkontribusi untuk terlaksananya acara tersebut. Konsepnya mungkin dapat dijabarkan mirip Olimpiade Sains Nasional (OSN), namun lebih banyak berisi soal tentang kepurbakalaan di nusantara beserta kebudayaannya. Lomba mapel arkeologi, geografi dan geologi ini rasanya pas untuk dikompetisikan bagi jenjang pendidikan tingkat SMA atau sederajat.
Poin penting dalan penyelenggaraan lomba mapel ini adalah untuk menunjukkan bahwa museum sangiran adalah pusat ilmu pengetahuan dunia. Tentunya, kegiatan tersebut mengamini visi “Sangiran Untuk Pendidikan” dan dari sangiran untuk ilmu pengetahuan dunia. Semoga saran sederhana ini bisa menjadi masukan yang konstruktif bagi perkembangan Museum Purbakala Sangiran, sehingga destinasi wisata edukatif ini dapat menjadi sebuah kampung purba 4.0.