Tahun 2020 merupakan saat-saat terberat bagi bangsa
Indonesia. Tahun ini, Indonesia dilanda serbuan wabah Corona Virus Disease (Covid-19) dengan efek yang begitu simultan ke
berbagai aspek, mulai dari kesehatan hingga perekonomian. Sejak pemerintah
mengumumkan virus Covid-19 telah menyebar ke Indonesia, saat itu juga Indonesia
melakukan tanggap darurat. Hal ini disebabkan penyebaran Covid-19 yang begitu
cepat dan berpotensi menyerang semua kalangan, baik anak-anak, pemuda ataupun
orang tua. Keberadaan dan ancaman virus Covid-19 ini dinilai telah mengubah pola
hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam hal kebersihan.
Tak hanya di Indonesia, masyarakat global pun ikut terdampak
oleh adanya wabah ini. Banyak negara yang kewalahan menangani Covid-19 ini,
sampai-sampai di beberapa negara, pusat ibadah vital dunia pun ditutup
sementara untuk memutus mata rantai persebaran virus. Tercatat, hingga Senin
(18/5/2020), jumlah pasien terinfeksi positif corona di dunia berkisar 4.710.614
orang, 315.023 pasien meninggal dunia dan 1.732.344 dinyatakan sembuh. Data ini
merupakan laporan dari 213 negara di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, per
Senin (18/5/2020) terdapat 18.010 kasus Covid-19 sejak pengumuman kasus pertama
pada 2 Maret 2020. Dari semua kasus yang terjadi, sebanyak 4.324 pasien
Covid-19 mengalami kesembuhan. Namun, sampai saat ini ada 1.191 pasien Covid-19
yang meninggal dunia di Indonesia.
Atas merebaknya kasus ini, masyarakat tetap dihimbau untuk menerapkan
physical distancing, social distancing dan selalu menjaga kebersihan
dimanapun berada. Anjuran untuk tetap di rumah saja dan menjauhi kegiatan
berkerumun sebagai upaya untuk menghentikan penularan virus juga masih
diberlakukan. Kini, kesadaran masyarakat akan kebersihan pun meningkat drastis.
Perubahan aktivitas masyarakat ini sedikit banyak turut
berpengaruh ke sektor bisnis. Banyak usaha-usaha yang gulung tikar karena
aktivitas masyarakat yang menjadi terbatas. Mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) sampai perusahaan berskala besar ikut terkena imbasnya.
Dampaknya, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga tak dapat dibendung. Daya
beli masyarakat mengalami penurunan, yang tercermin dari bahan pokok yang
mengalami deflasi 0,13%. Hal ini berarti permintaan atas bahan pangan turun.
Sebagian besar individu terpaksa untuk mencari tambahan penghasilan melalui
usaha berbagai cara. Pandemi ini terasa begitu sulit untuk diprediksi.
Tantangan Tenaga
Medis
Tantangan lain yaitu tenaga medis yang kewalahan menerima
banyaknya pasien di rumah sakit, terutama untuk pasien Covid-19. Kekhawatiran karena
terpapar virus juga tak dapat dihindari tentunya. Ditambah lagi, mereka juga
masih kekurangan alat pelindung diri (APD) ketika sedang bertugas. Sebagai
garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19, mereka perlu mendapatkan
prioritas untuk APD demi keselamatan. Hal ini dilakukan supaya mereka tetap
bisa melayani pasien-pasien di rumah sakit tanpa rasa cemas.
Beberapa waktu yang lalu, sekitar bulan April 2020, jumlah
pasokan APD di rumah sakit masih sangat terbatas. Selain itu, harganya juga sangat
tinggi karena stoknya yang terbatas di pasaran, khususnya pasokan masker N95. Begitu
pula dengan perlengkapan seperti baju hazmat, pelindung mata (goggles), masker
bedah, sarung tangan pelindung (gloves), penutup kepala (cap), pelindung sepatu
(shoe cover), celemek medis (apron), gaun (gown), sarung tangan (handscoon),
pelindung wajah (face shield) sampai dengan sepatu boot, yang merupakan kebutuhan
wajib untuk didapatkan oleh tenaga medis. Atas masalah tersebut, berbagai
elemen masyarakat berinisiatif tinggi guna menggalang dana. Mereka tergerak
untuk melakukan penggalangan mulai dari cara konvensional sampai via platform daring.
Kegiatan ini biasanya diinisiasi oleh para perusahaan, komunitas,
influencer sampai patungan warga. Beberapa yang sempat viral di media sosial,
antara lain bantuan dari aplikasi berbagi video pendek, TikTok, yang menggelontorkan
dana sumbangan sebesar Rp 100 miliar. Bantuan dari TikTok ini pun diserahkan
kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 guna membantu penyediaan alat
medis yang dibutuhkan tenaga kesehatan di Tanah Air. Disamping itu, berdasarkan
pemaparan CEO Kitabisa, Alfatih Timur, total jumlah dana yang sudah berhasil
terkumpul dalam penggalangan dana bantuan Covid-19 hingga Jumat (15/5/2020)
mencapai Rp 130 miliar. Kini kebutuhan jumlah APD di rumah sakit lambat laun
terperpenuhi, atas inisiatif masyarakat yang luar biasa.
Kontribusi BLK
Dari sekian banyaknya bala bantuan, kita tentunya perlu
berterima kasih kepada Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah berinovasi dan
berkontribusi besar dalam upaya melawan pandemi Covid-19. BLK yang kita tahu
sebelumnya bergerak di ranah edukasi vokasional dan pelatihan kerja, kini
memanfaatkan fungsinya sebagai lembaga yang melawan Covid-19. Seperti kita
ketahui, BLK beserta alumninya tercatat telah banyak berkontribusi dalam
penanganan Covid-19 ini melalui berbagai cara.
Peran serta BLK antara lain yaitu telah menyediakan
pelatihan tanggap Covid-19 di berbagai kota, misalnya di Bandung dan Banda Aceh.
Seperti yang telah diinstruksikan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida
Fauziyah, bahwa BLK dan Balai Peningkatan Produktivitas (BPP) menggelar
berbagai pelatihan tanggap Covid-19 sebagai upaya mitigasi dampak wabah
tersebut. Beberapa program yang dikembangkan yaitu pelatihan memasak, pembuatan
baju APD (hazmat), masker, pelindung wajah (face shield), hand sanitizer/cairan disinfektan, pelatihan instalasi wastafel,
dan pembuatan peti COVID-19. Seperti diketahui, pelatihan tanggap Covid-19 ini
telah memproduksi masker sebanyak 2.097.500 buah, faceshield 64.800 buah, hand
sanitizer 136.250 liter, baju APD/Hazmet sebanyak 56.000 buah, 318.000 box
nasi, wastafel COVID-19 1.584 buah, peti COVID-19 sebanyak 50 buah dan
disinfektan 82.940 liter. Hasil produksi dari pelatihan tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat khususnya oleh petugas rumah sakit dan puskesmas, petugas TNI/POLRI,
posko penanganan Covid-19 dan BNPB, asosiasi kedokteran/tenaga kesehatan,
relawan penanganan COVID-19 serta masyarakat umum lainnya.
Berbagai pelatihan di BLK tersebut tentunya dilakukan dengan
mempertimbangkan protokol kesehatan. Upaya ini dinilai telah ikut membantu
penanggulangan Covid-19 di Indonesia, melalui cara yang biasa BLK lakukan.
Dalam hal ini, BLK telah berhasil melakukan refocusing
terhadap program pelatihan di BLK sebagai upaya untuk mengantisipasi COVID-19 beserta
dampaknya. Alhasil, BLK di masa pandemi ini telah menjelma menjadi sentra
produksi masal APD. Selain memproduksi kebutuhan yang esensial tersebut,
perekonomian masyarakat juga turut berdaya karena BLK memberikan insentif
berupa uang saku pelatihan.
Jika kita telisik lebih dalam, peran serta BLK dalam
menghadapi Covid-19 ini dilakukan secara merata oleh BLK di seluruh Indonesia.
Semangat peserta training dan para
alumni BLK pun patut diapresiasi. Sebagai contoh, BLK Bantul, Yogyakarta yang
telah mendonasikan ribuan masker kain yang sesuai standar ke pemerintah daerah
melalui PMI (Palang Merah Indonesia), Dinas Sosial Bantul dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Selain di Yogyakarta, setiap provinsi di
Indonesia tercatat ada kegiatan BLK dalam penanggulangan Covid-19 ini.
Di Jawa Tengah, para alumni dan siswa pelatihan dari BLK Karanganyar
dan BLK Kendal telah memproduksi masker kain dan APD secara masal, yang
kemudian diserahkan kepada Gugus Penanganan Covid-19. Tak hanya memproduksi
masker, beberapa BLK di Jawa Tengah seperti BLK Temanggung juga telah disulap
sebagai tempat karantina pasien positif Covid-19.
Di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), BLK Padang memproduksi peti
mati khusus jenazah pasien Covid-19. Bahkan belasan Polwan dari Polda Sumbar
pun ikut dilatih menjahit masker di BLK Padang untuk membuat masker nonmedis guna
membantu persediaan masker saat pandemi. Selain untuk masa pandemi, masker juga
berfungsi sebagai sarana perlindungan diri dari kabut asap akibat letusan
Gunung Merapi. Hal senada juga terjadi di BLK Muara Enim, Sumatera Selatan yang
juga telah bekerja memproduksi ribuan masker untuk memasok logistik Satgas Gugus
Tugas Covid-19.
Sedangkan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim),
Kalimantan Tengah, BLKnya telah memproduksi masker untuk dibagikan secara gratis.
Dari Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, para alumni BLK Tapin juga telah
membuat ribuan masker kain yang bertujuan untuk mengatasi kelangkaan masker di
pasaran sekaligus untuk penanggulangan Covid-19. Hal serupa juga datang dari
BLK Nusa Tenggara Barat (NTB) yang telah memproduksi masker dan handsanitizer untuk masyarakat sekitar.
Seperti diketahui, Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar juga
menginstruksikan untuk penyerahan bantuan langsung tunai (BLT) dana desa bagi
mereka yang telah kehilangan mata pencaharian. Kebijakan semacam ini juga telah
diterapkan sebelumnya oleh BLK Kendari yang membagikan uang tunai dan beras
bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. Kita tahu, bahwa selama pandemi ini,
BLK telah banyak melakukan kontribusi kepada masyarakat dan pemerintah.
Khususnya dalam membantu tenaga medis serta turut menurunkan atau menstabilkan
harga masker di pasaran.
Respon cepat tanggap dan profesionalisme BLK ini menunjukkan
bahwa mereka memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan fasilitas
yang mumpuni. Terbukti, bahwa BLK mampu menjadi garda terdepan dalam membantu
penyelesaian wabah ini. Hal yang perlu diingat, bahwasannya BLK merupakan salah
satu pahlawan pembasmi Covid-19 di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar