Berbekal pengalaman hidup puluhan tahun, saya menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan nuansa mitos yang sangat kental di masyarakat. Mitos merupakan cerita atau narasi yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia, seperti asal-usul dunia, kehidupan manusia, dewa-dewa, makhluk gaib atau peristiwa-peristiwa penting dalam suatu budaya atau agama. Mitos sering kali berfungsi sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam, memahami kehidupan manusia, atau mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Sedangkan mitos yang akan saya sampaikan di sini adalah mistisme yang berkembang di desa-desa, tempat saya tinggal. Kenyataannya, bahwa setiap daerah dan desa tentu memiliki mitos tersendiri yang berkembang di suatu wilayahnya.
Seperti diketahui,
bahwa karakteristik mitos yaitu melibatkan makhluk gaib, dewa-dewa atau
kekuatan supranatural lainnya yang terlibat dalam narasi ceritanya. Hal ini
memberikan aspek mistis dan magis pada mitos. Biasanya, mitos juga sering
mengandung pesan moral dan norma-norma yang dihargai oleh suatu budaya.
Sedangkan yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini adalah kelindan antara
mitos di masyarakat dengan tanaman bonsai yang menjadi hobi saya.
Saya dibesarkan
oleh bapak yang sangat menggemari bonsai. Saat saya kecil di tahun 90-an,
bonsai bukan barang yang asing lagi bagi saya. Halaman rumah saya dipenuhi sesak
oleh bonsai yang sudah jadi ataupun yang masih dalam program perantingan. Hobi
saya saat kecil ini pun menjadi berbeda dengan anak-anak sebaya ataupun satu
sekolah dasar (SD) kala itu. Melihat bapak yang sering pulang ke rumah membawa
bonggol pohon, saya pun mengimitasi aktivitas tersebut. Saya melakukan hal yang
sama seperti apa yang bapak saya lakukan, ketika usia saya belum masuk sepuluh
tahun.
Saya sering keluar
masuk kebun liar hanya untuk mencari pohon yang cocok untuk dijadikan bonsai.
Kata bapak saya, pohon-pohon di kebun yang bagus untuk dijadikan bonsai antara
lain asam jawa, beringin, jambu biji, petai cina dan serut. Saya pun tekah khatam
dalam mendongkrak tanaman-tanaman prospektif tersebut dari kebun liar. Namun
dari sekian jenis tanaman tersebut, yang paling sulit saya temukan adalah
serut.
Serut atau Streblus
asper merupakan salah satu jenis tanaman untuk bonsai yang tersedia di
habitat sekitar kita. Namun keberadaannya di kebun sekitar, semakin lama
semakin sedikit karena aktivitas pendongkelan tanaman ini dari habitatnya.
Tanaman tropis ini diprediksi dapat tumbuh mencapai 25-30 meter di alam liar,
meskipun yang seringkali ditemui dalam ukuran yang lebih kecil. Batangnya kokoh
dan sulit untuk ditebas. Bahkan masyarakat di desa saya sulit untuk
mengidentifikasi bagaimana pohon serut tersebut bisa berkembang biak. Ada yang
mengatakan berkembang biak dari biji, meskipun jarang sekali penghobi bonsai
menjumpainya. Ada pula berkembang biak dengan akar menjalarnya di bawah tanah
yang kemudian tumbuh menjadi pohon baru.
Karena serut
tergolong tanaman langka, maka saya mencari pohon ini harus ke daerah-daerah
yang jarang disentuh manusia. Dan anehnya, serut tersebut tumbuh subur di
daerah yang sering dikeramatkan. Misalnya saja, di tepian sungai yang dilarang
oleh tetua desa untuk didatangi. Di sanalah pohon serut justru tumbuh rimbun.
Terkadang di pemakaman kuno dan bekas situs-situs bersejarah, rimbunan pohon
ini tumbuh subur. Tak jarang, ada yang menyebutkan bahwa serut memiliki
penunggu seperti makhluk astral yang terkadang mengganggu manusia. Mitos ini
berkembang di masyarakat hingga saat ini.
Seperti yang kita
ketahui sebelumnya, mitos akan selalu identik dengan tempat-tempat yang
dikeramatkan. Mitos sering disampaikan melalui tradisi lisan dari generasi ke
generasi tentang suatu hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Mitos
diwariskan melalui cerita, nyanyian atau ritual, yang akan membuat masyarakat
untuk mempercayainya, termasuk kisah tentang pohon serut dan penunggunya yang
berwujud genderuwo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar