Sabtu, 03 Juni 2023

Ramah Lingkungan Mulai Dari Diri Sendiri

Permasalahan sampah di desa selalu menjadi perhatian saya. Dari lahir sampai dewasa, saya hidup di desa dan melihat sampah merupakan problematika yang sulit untuk dihilangkan. Terutama budaya membuang sampah di sungai yang dianggap lumrah bagi masyarakat desa. Seperti yang kita ketahui, bahwa kebiasaan membuang sampah di sungai merupakan perilaku yang merugikan masyarakat luas dan tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan adanya efek buruk yang dapat mencemari ekosistem air. Sampah yang terperangkap di sungai dapat mencemari air, mengurangi kadar oksigen dalam air dan menghambat pertumbuhan makhluk hidup di dalamnya. Hal ini tentunya dapat berdampak negatif pada kehidupan akuatik dan habitat hewan di sekitarnya.

Air sungai yang tercemar oleh sampah dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia juga. Sampah organik yang membusuk di aliran sungai dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan wabah penyakit. Selain itu, jika masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air minum atau untuk keperluan rumah tangga lainnya, kualitas air yang buruk dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera dan infeksi lainnya.

Sampah yang terus-menerus dibuang ke sungai dapat mencemari lingkungan secara keseluruhan. Hal yang sering kita jumpai dari kebiasaan membuang sampah terus-menerus ke sungai adalah penyumbatan aliran air, yang dapat menyebabkan banjir. Saya yang rumahnya di tepian sungai, telah melihat fenomena tersebut setiap hari. Namun, sulit sekali untuk memberikan pengertian ke masyarakat agar mereka dapat mengelola sampah domestiknya agar tidak dibuang ke sembarang tempat, termasuk sungai. Biasanya, jika saya menegur warga untuk tidak membuang sampah ke sungai, hal tersebut justru menimbulkan pertanyaan baru dari mereka. Lalu, sampahnya dibuang kemana?

Dari situlah, muncul sebuah solusi. Selama lima tahun terakhir ini, di desa saya sudah mulai dibangun sebuah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang tujuannya adalah mengelola sampah warga. Iurannya pun tergolong ringan, dan bisa menjadi solusi bagi warga yang kebingungan untuk membuang sampah. Mulai dari solusi tersebut, masalah sampah yang dibakar hingga menimbulkan polusi udara pun semakin menurun. Meskipun masih ada masyarakat yang tetap membakar sampah dan membuangnya ke sungai, saya akan terus mengingatkan ke mereka agar segera ikut iuran sampah. Namun, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, mengubah perilaku merupakan perkara yang sangat sulit. Hal itulah yang saya alami di masyarakat desa di dekat tempat saya tinggal.

Inisiatif Diri Sendiri

Saya pun berinovasi bagaimana caranya agar masyarakat mulai tergerak untuk mengelola sisa sampah domestiknya. Maka dari itu, saya membuka sebuah usaha kecil-kecilan yang bernama “Variegrow” dengan produk berupa pupuk cair organik dari sisa dapur. “Variegrow” ini saya dirikan pada tahun 2021 saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Saat itu, tren tanaman hias di Indonesia sedang marak-maraknya, serta gaya hidup konsumsi produk organik juga sedang digencarkan. Hal tersebut yang membuat “Variegrow” menjadi produk pupuk cair organik yang cukup digemari di kalangan lokal regional.

Dari pengalaman itulah, saya mulai membuat modul pelatihan digital yang berisi bagaimana cara membuat pupuk cair organik dari sisa bahan rumah tangga. Materi tersebut saya sebarkan di grup WhatsApp secara gratis agar teman-teman bisa mengaksesnya dan mengimplementasikannya. Beberapa kali saya menggelar Live Instagram beserta tanya jawab di dalamnya seputar pertanian dan pembuatan pupuk cair organik. Berdasarkan pengalaman saya tersebut, saya menyimpulkan satu hal. Ramah lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri. Itulah konsep role model yang perlu disadari oleh masing-masing individu agar lingkungan sekitar senantiasa lestari karena perbuatan kita.

Membangun Kesadaran Masyarakat

Untuk mengatasi masalah yang sangat holistik tersebut, penting juga untuk membangun kesadaran masyarakat tentang urgensi menjaga kebersihan sungai dan membuang sampah dengan benar. Diperlukan pendidikan dan kampanye yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam membuang sampah ke sungai. Selain itu, pemerintah dan otoritas terkait juga harus bertanggung jawab dalam menyediakan infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai, seperti tempat sampah yang cukup dan sistem pengolahan limbah yang efektif.

Hal yang akan saya lakukan kedepannya adalah membuat program kampanye sosial melalui platform digital di “Variegrow”. Kampanye ini akan saya kolaborasikan dengan komunitas pecinta lingkungan dan alam. Saya yakin, dengan melibatkan warga setempat, organisasi non-pemerintah dan pemerintah daerah akan membuat program kampanye lebih berdampak luas. Selain itu, dengan keuntungan “Variegrow”, sedikit demi sedikit, saya akan membangun infrastruktur pengelolaan sampah, seperti menyediakan tempat sampah yang cukup dan strategis di tempat-tempat umum, termasuk di sepanjang sungai. Terakhir, saya juga akan mengajak tokoh masyarakat untuk dapat menjadi contoh teladan dengan menunjukkan perilaku yang benar dalam membuang sampah. Jika masyarakat melihat pemimpin mereka mempraktikkan tindakan yang baik, mereka lebih cenderung mengikuti jejak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar