Ikhtiar pencegahan korupsi merupakan suatu hal yang perlu
ada di seluruh lapisan masyarakat. Strategi pemberantasan korupsi memerlukan
kombinasi yang tepat antara Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan konsistensi pencegahan
supaya hasilnya dapat optimal. Bila OTT adalah kewenangan dari para penegak hukum,
maka pencegahan korupsi bisa dilakukan oleh siapa pun termasuk diri kita
sendiri. Kita sebagai masyarakat tentu dapat turut berkontribusi dalam inisiatif
pencegahan korupsi, sekecil apa pun itu.
Bila dilihat beberapa tahun ke belakang, format pencegahan
korupsi yang cukup populer di masyarakat adalah sebuah inisiatif berupa kantin
kejujuran. Kantin kejujuran ini merupakan sebuah gerakan pencegahan korupsi
yang digaungkan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak tahun 2007. Edukasi antikorupsi melalui
kantin kejujuran ini sebagian besar menyasar kepada sekolah-sekolah dari mulai Sekolah
Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Tak hanya pada
ranah pendidikan, lembaga pemerintah sampai kantor swasta pun sampai saat ini
masih ada yang menerapkan kantin kejujuran.
Keberhasilan
kantin kejujuran ini merupakan sebuah bukti adanya harapan bahwa integritas di
masyarakat kita masih ada. Kantin kejujuran biasanya akan berhasil dan bertahan
lama apabila adanya ikatan saling memiliki yang kuat antar anggota atau
konsumennya terhadap fasilitas kantin. Perlu ditekankan, untuk membangun supaya
kantin kejujuran dapat berhasil juga bukan perkara yang mudah dan instan. Perlu
waktu yang cukup lama supaya konsumen kantin kejujuran merasa sangat perlu untuk
berlaku jujur ketika membeli suatu barang. Sampai pada akhirnya kejujuran ini
dapat menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Selain itu perlu usaha ekstra dalam
mengingatkan pemakai kantin kejujuran apabila omzet dagangan tidak sebanding
dengan barang yang terbeli. Semuanya perlu proses yang panjang.
Meskipun
dalam praktiknya terdapat banyak tantangan dalam mengimplementasikan kantin
kejujuran, namun ternyata dampaknya cukup signifikan apabila diterapkan di
masyarakat. Nilai penting dari pelaksanaan kantin kejujuran yakni mengajarkan secara
langsung sikap tanggung jawab dan jujur tatkala konsumen ingin membeli produk
walau tanpa ada penjaganya sekali pun. Artinya, kantin kejujuran akan membentuk
mutualisme beserta rekatnya kohesi komunitas dalam suatu masyarakat.
Saat
memanfaatkan kantin kejujuran, budaya self-service
atau self-order juga akan turut tumbuh
karena masyarakat distimulus untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab. Dalam
ranah perniagaan, kantin kejujuran telah terbukti bermanfaat dalam mengefisiensi
biaya operasional sebab tidak perlu manpower
yang berlebih. Dari sisi hubungan antar personal pengguna kantin, tentunya akan
terjalin perasaan kebersamaan.
Inovasi Edukasi
Antikorupsi
Setelah
lahirnya kantin kejujuran, dapat dilihat bahwa edukasi antikorupsi yang
barbasis pada fasilitas publik cukup berdampak positif kepada masyarakat. Di
luar sana, masih banyak fasilitas publik yang belum tersentuh dan dimaksimalkan
pemanfaatannya sebagai sarana edukasi antikorupsi. Padahal, apabila fasilitas
publik tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tepat maka akan cukup
memberikan kontribusi positif terhadap semangat pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Selain
pusat perniagaan, area publik yang pada dasarnya cukup signifikan untuk dibuat
sebuah proyek sosial edukasi antikorupsi adalah toilet umum. Kita tahu bahwa
toilet umum di Indonesia masih banyak yang dipungut tarif dalam penggunaannya.
Sebagian besar juga masih ditunggu oleh penjaga yang duduk di belakang kotak
yang berisi uang tarif. Kondisinya pun sebagian besar masih ala kadarnya.
Seandainya apabila toilet umum ini bisa dibuat sebuah proyek edukasi
antikorupsi, maka kemungkinan akan ada perubahan signifikan yang terjadi pada
toilet umum di Indonesia.
Dengan
mengadopsi konsep dari kantin kejujuran, maka hal serupa juga dapat diterapkan
pada toilet umum. Toilet kejujuran dapat menjadi inovasi dalam edukasi
antikorupsi pada fasilitas yang digunakan bersama tersebut. Secara teknis,
toilet kejujuran dapat dilakukan pada toilet umum, baik itu di daerah pusat perbelanjaan,
sekolah, instansi pemerintahan, kantor swasta, terminal, stasiun, bandara,
pelabuhan, tempat wisata sampai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Nantinya, setiap toilet umum yang dikonsepkan (branding) sebagai toilet
kejujuran akan memberikan pengumuman bahwa toilet tersebut akan berisi pesan
dan semangat antikorupsi di dalamnya. Baik itu dapat berupa kutipan tokoh sampai
pada narasi yang membangun pola pikir masyarakat tentang bahaya korupsi bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apabila
toilet umum tersebut memang ada penjaganya dan menetapkan tarif seperti di
terminal ataupun di SPBU, maka harapannya nanti tidak perlu ada penunggunya
lagi. Nantinya masyarakat akan diajarkan untuk berperilaku mandiri, jujur dan
bertanggung jawab tatkala menggunakan fasilitas toilet kejujuran ini. Tak hanya
itu, toilet kejujuran tersebut juga akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang kebutuhan
kamar mandi yang berbayar seperti misalnya tisu kering, tisu basah, pembalut,
popok bayi dan sabun mandi. Pengguna toilet kejujuran dapat memanfaatkan
fasilitas tambahan tersebut dengan membayar sesuai dengan daftar harga yang
tertera.
Pelaksanaan
toilet kejujuran dengan tambahan fasilitas berbayar ini tercatat pernah
dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta sejak tahun 2015. Di
SD tersebut, toilet kejujurannya menyediakan kebutuhan pembalut hingga celana
dalam yang dapat digunakan oleh siswi ketika mengalami haid di lingkungan
sekolah. Sistem pembayarannya pun cukup kekinian
yaitu dengan e-money. Selain
menanamkan nilai integritas, toilet kejujuran di SD tersebut juga mampu
menumbuhkan sikap mandiri dan menyadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan
pribadi. Tak hanya berpengaruh pada budaya antikorupsi saja, toilet kejujuran
juga berdampak positif pada budaya hidup sehat di lingkungan masyarakat.
Hal senada juga dilakukan oleh SMA NU 03 Muallimin Weleri,
Kendal. SMA tersebut pada tahun 2020 ini telah menerapkan program toilet
kejujuran yang bekerjasama dengan komunitas antikorupsi “Swadaya Kendal”.
Melalui program yang diberi nama “Toilet Amanah” ini, SMA NU 03 Muallimin
Weleri menjadi pilot project dalam
implementasi program toilet kejujuran di lingkungan pendidikan Kabupaten Kendal.
Tujuannya ialah untuk menanamkan nilai integritas dan tanggung jawab saat
memanfaatkan fasilitas publik, khususnya di toilet umum. Toilet umum tentunya
dapat menjadi sarana edukasi supaya masyarakat sadar akan pentingnya sikap tanggung
jawab dan jujur ketika menggunakan fasilitas publik.
Ada anggapan yang menyatakan bahwa kebersihan masyarakat bisa
dilihat dari kondisi toilet umumnya. Pernyataan tersebut ada benarnya juga.
Toilet umum dapat menjadi representasi kualitas kebersihan masyarakat di suatu
daerah. Selain itu, ada nilai-nilai tanggung jawab dan keterikatan antar
anggota komunitas ketika menggunakan fasilitas umum. Semua itu dapat tercermin
pada kondisi toilet umum tersebut.
Tanggung Jawab Terhadap Fasilitas
Publik
Toilet kejujuran tidak hanya berdampak positif terhadap
perubahan perilaku manusia ke arah antikorupsi saja. Namun, secara nyata
program ini juga turut menjaga serta merawat sarana dan prasarana di toilet
umum. Masyarakat diharapkan dapat berperilaku tanggung jawab dan jujur dalam
memanfaatkan fasilitas publik ini sesuai dengan nilai-nilai antikorupsi. Tak
hanya itu, toilet kejujuran juga akan membuat fasilitas pada toilet umum
menjadi lebih lengkap. Sebagai sarana edukasi masyarakat untuk membudayakan
kejujuran dan tanggung jawab, toilet kejujuran perlu menjadi program nasional
seperti halnya kantin kejujuran.
Toilet kejujuran ingin mengedukasi supaya masyarakat semua dapat
ambil peran dalam menjaga kebersihan toilet umum. Sekali lagi, fasilitas publik
termasuk toilet umum merupakan tanggung jawab kita bersama. Terawat atau
tidaknya adalah tanggung jawab kita semua sebagai anggota masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar