Anies Rasyid Baswedan merupakan nama yang lekat kaitannya
dengan pembaruan dan gebrakan visioner di berbagai ragam bidang. Sosoknya
cerdas, inovatif dan berani. Saat ini, Anies adalah salah satu figur yang
paling kerap dibicarakan di Indonesia, terutama di media massa. Kisah karir dan
inovasinya sangat memikat untuk ditelusuri. Mulai dari rektor Universitas
Paramadina di usia yang masih muda yaitu 38 tahun, sampai sekarang saat menyandang
sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Anies termasuk akademisi yang sukses. Keberhasilannya
sebagai akademisi tidak hanya terlihat dari posisi tertingginya di suatu
perguruan tinggi saja, melainkan dia juga menginisiasi gerakan ikonik berupa “Indonesia
Mengajar” yang lahir pada dekade silam. Gerakan di ranah pendidikan ini
tentunya sangat inspiratif dan powerful
dengan dampaknya yang besar bagi pendidikan di daerah terpencil. Tak heran,
banyak mahasiwa atau lulusan perguruan tinggi yang sangat tertarik untuk
mengikuti kegiatan ini. Sampai saat ini, Indonesia Mengajar masih tetap eksis
dan terus memfasilitasi para pengajar muda dalam mengabdikan dirinya untuk
masyarakat terpencil.
Selain berkiprah di dunia pendidikan, Anies juga seorang konseptor
dan penggerak massa yang handal. Pada tahun 2014, Anies merupakan juru bicara
(jubir) dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dan memenangkan kontestasi
Pemilihan Presiden (Pilpres) pada saat itu. Kemenangan pasangan ini juga atas
andil besar dari strategi tim suksesnya, termasuk Anies sebagai ujung tombaknya.
Setelah Pilpres usai, Anies ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Kebudayaan). Selama menjabat, Anies mengeluarkan kebijakan yang cukup
revolusioner dalam dunia pendidikan Indonesia kala itu. Beberapa kebijakan
tersebut antara lain, nilai Ujian Nasional (UN) bukan sebagai indikator mutlak
kelulusan siswa, memberangus perpeloncoan serta imbauan bagi orang tua agar
bisa mengantar anak di hari pertama sekolah.
Pertemuan Personal
Saat munculnya kebijakan nilai UN bukan menjadi syarat
kelulusan siswa, saya pun tertarik untuk mewawancarai beliau pada April 2015,
saat masih menjadi jurnalis. Saya SMS beliau untuk meminta wawancara eksklusif
guna keperluan liputan khusus dan mendalam.
Beliau mengiyakan dan meminta saya langsung datang saja ke rumahnya pada
hari sabtu pagi di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Setelah beberapa kali
naik busway dan mikrolet, akhirnya
saya sampai di jalan yang mengarahkan ke rumah beliau yang bergaya arsitektur khas
Joglo itu. Di ruangan tamu itu akhirnya kita berbincang-bincang. Dan beliau
menekankan bahwa aspek yang terpenting bagi siswa adalah sikap yang
menceriminkan integritas atau kejujuran. Beliau memang sangat peduli sekali
dengan kejujuran.
Tidak hanya itu, UN kala itu juga merupakan yang pertama
kalinya dilakukan berbasis komputer. Tujuannya adalah agar pemerintah dapat
meningkatkan kejujuran para siswa, karena dapat meminimalisir kecurangan. Nantinya
akan ada skor indeks integritas yang dirilis pemerintah bersamaan dengan
pengumuman hasil UN tersebut. Semakin besar skor integritas siswanya, maka
artinya akan semakin bagus juga prestasi sekolahnya. Di luar topik tersebut,
kami juga mengobrol sambil sarapan pagi bersama tentang banyak hal, mulai dari
Indonesia Mengajar, kesibukan di kementerian saat itu dan inovasi-inovasi baru
yang akan diluncurkan. Setelah berbincang hampir dua jam tersebut, saya dapat
menyimpulkan bahwa beliau adalah sosok yang penuh dengan inovasi dan gebrakan.
Setelah pertemuan di tahun 2015 tersebut, saya belum
berkesempatan lagi untuk mewawancarai beliau. Hingga pada suatu kondisi di mana
perkembangan politik membuat Anies harus mundur dari kursi Mendikbud pada tahun
2016. Banyak yang berspekulasi bahwa karir Anies telah usai. Namun pada saat
itu, karir politiknya justru semakin menanjak, khususnya pada saat maju sebagai
calon gubernur DKI Jakarta, bersama dengan Sandiaga Uno. Uniknya dari pasangan
ini adalah, keduanya merupakan jubir dari masing-masing pasangan calon dari Pilpres
2014. Dan pada akhirnya pun, pasangan Anies-Sandi berhasil memenangkan
kontestasi Pilkada DKI Jakarta di tahun 2017.
Semakin Cemerlang
Dari pengalaman Pilkada DKI lalu, Anies terbukti punya modal
massa yang sangat besar. Pendukungnya begitu loyal kepada Anies. Bahkan bisa
dikatakan, potensi figur alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) itu akan menarik
berbagai partai politik untuk mengusungnya pada 2024 kelak. Sampai saat ini,
nama Anies Baswedan selalu mencuat sebagai capres di berbagai lembaga survei. Dan
kini sosoknya menjadi simbol perlawanan kepada rezim yang sedang berkuasa.
Narasi yang selalu digulirkan oleh media massa dan diskusi publik selalu memuat
makna: “Anies vs Rezim”. Tidak mudah dan butuh keberanian yang kuat untuk
menjadi ‘oposisi’ dalam kondisi seperti ini. Namun, Anies mampu menjadi simbol
‘oposisi’ yang tangguh saat ini, karena kapabilitasnya di berbagai bidang.
Simbol perlawanan yang diwujudkan dalam sosok Anies Baswedan
ini dapat disebut sebagai ‘Anies Baswedan Effect’. Anies adalah benchmark untuk para kepala daerah yang
baru di Indonesia. Buktinya, Gubernur DKI ini mampu merealisasikan sebuah
inovasi untuk kemajuan Ibu Kota dan mendapatkan penghargaan atasnya. Beberapa
prestasi gemilang Anies yang pernah tercatat di tahun lalu antara lain 21
Heroes 2021 dari Transformative Urban
Mobility Initiative (TUMI). Kemudian ada Sustainable Transport Award 2021 dan DKI Jakarta berhasil
memenangkan penghargaan tersebut. Selanjutnya ada KPPU Award 2021, IDC Future Enterprise Awards 2021, Top Digital Awards 2021 dan Top Leader on Digital Implementation
2021. Itulah sedikit dari banyak prestasi yang pernah diraih oleh Anies yang
patut diapresiasi.
Selain itu, ‘Anies Baswedan Effect’ yang cukup menggemparkan
di tahun lalu adalah ketika Anies berani mengambil resiko dan berbeda pandangan
dengan pemerintah pusat terkait upayanya dalam menaikkan nilai upah minimum
provinsi (UMP) DKI Jakarta. Efek ini berbuntut panjang sampai membuat para
buruh melakukan aksi unjuk rasa di daerah lain karenna menginginkan kebijakan
serupa. Dengan prestasi dan keberanian seperti ini, tidak heran apabila Anies
selalu digadang-gadang untuk menjadi calon presiden di tahun 2024. Popularitasnya
tinggi dengan efek atas kehadirannya yang luar biasa besar di negeri ini. Tidak
bisa dipungkiri bahwa Anies akan menjadi rival berat dan calon potensial di
kontestasi politik tahun 2024. Orang hebat pastilah kontroversial. Orang hebat
tentu saja memiliki efek yang besar bagi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar