Eksistensi startup digital atau usaha rintisan berbasis teknologi komputer begitu menjamur di nusantara. Entitas ini identik dengan sebuah unit bisnis yang tujuannya adalah guna menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, agar dapat tertangani lebih efektif dan efisien. Mulai dari masalah pada lingkup wilayah kecil, sampai ke scope yang lebih luas. Berkaca dari fenomena banyaknya startup digital di Indonesia, hal ini menandakan bahwa negara kita dapat dikatakan sangat potensial untuk menjadi pusat inovasi digital serta perkembangan teknologi di dunia.
Pada tahun
2022, Startup Ranking mencatat bahwa Indonesia telah menduduki peringkat
kelima di dunia berdasarkan banyaknya kuantitas perusahaan rintisannya
tersebut. Sebuah jumlah yang sangat fantastis, mengingat Indonesia merupakan
negara berkembang dengan sektor agraris yang masih menjadi tumpuan
perekonomiannya. Laporan dari Startup Ranking tersebut menyebutkan bahwa
Indonesia berada tepat di bawah Amerika Serikat (AS), India, Britania Raya dan
Kanada. Risalah tersebut mencatat Indonesia memiliki 2.346 startup di
dalam negeri.
Fenomena ini mengingatkan kita kepada Silicon Valley atau Lembah Silikon yang begitu terkenal
di dunia karena telah melahirkan berbagai perusahaan teknologi raksasa seperti
Google, Apple Computer, Intel, Yahoo!, Adobe Systems, Cisco Systems, eBay
sampai Hewlett-Packard. Wilayah ini sohor dan selalu identik dengan
perkembangan teknologi dunia yang terbentuk karena adanya ‘semangat zaman’.
Julukan Silicon Valley ini memang erat kaitannya dengan
produk teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan semikonduktor dan komputer. Kita
tahu bahwa silikon merupakan unsur semilogam yang berfungsi sebagai semikonduktor
komersial yang paling populer di dunia. Kawasan Silicon Valley ini
kemudian mengilhami berbagai tempat di belahan dunia untuk menjadi pusat
teknologi digital dan komputer, termasuk di Indonesia.
Kita tahu bahwa pada September 2022, PT Jababeka Tbk resmi
meluncurkan kawasan Silicon Valley versi Indonesia di Cikarang, yang
disebut Correctio. Sepak terjang ini merupakan fakta bahwa Indonesia
sangat berpotensi untuk menjadi pivot industri teknologi terbesar di Asia. Kita
tahu, bahwa tidak selamanya Indonesia tetap berada di negara berkembang. Kita
akan terus bertumbuh menjadi lebih modern. Kiprah ini juga didukung dengan
adanya kolaborasi antara ekosistem startup digital, lembaga riset, venture
capital, penyedia solusi teknologi, solusi manufaktur serta pemerintah dalam
satu kawasan, yang bernama Correctio. Strategi ini mirip dengan awal
pembangunan Silicon Valley di California pada tahun 1930-an.
Wilayah yang semula tumbuh dengan sektor agrarisnya, kini telah menjelma
menjadi pusat peradaban industri teknologi dunia. Seperti halnya di Cikarang,
yang sebelumnya dibesarkan oleh sektor agraris, kini hanya memiliki lahan
pertanian di dua desa saja. Sisanya adalah kawasan industri yang mutakhir dan
saling terintegrasi.
Melihat fenomena di Cikarang tersebut, kemungkinan besar mimpi Silicon Valley di
Kendal juga bisa menjadi kenyataan. Kendal saat ini masih didominasi oleh
sektor agraris dengan lahan pertanian 24,09% dari total wilayah kabupaten. Akan
tapi, Kendal saat ini juga telah mempunyai Kawasan Industri Kendal (KIK), yang
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 500.000 orang dengan luas lahan kawasan
yang dapat mencapai 1000 hektar.
Faktor
keberadaan kawasan industri ini menyebabkan Kendal sangat berpotensi untuk bisa
menjadi Silicon Valley selanjutnya di Indonesia. Kembali ke permasalahan
startup digital yang bisa menjadi tolok ukur munculnya embrio Silicon
Valley, menunjukkan bahwa jumlah startup
digital di Indonesia persebarannya tidak merata. Berdasarkan data dari
kementerian dan lembaga riset, menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen jumlah startup
digital terpusat di area Jabodetabek. Sisanya tersebar di seluruh Indonesia
dengan proporsi 5 persen di kota besarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu
membangun ekosistem startup digital ini agar lebih eksis di
daerah-daerah. Seperti diketahui bahwa ciri khas startup di Indonesia,
sebagian besar adalah menyelesaikan permasalahan di tingkat regional atau
daerah. Maka dari itu, dengan banyaknya startup digital yang tumbuh di
daerah, akan dapat menyelesaikan persoalan sosial yang dialami oleh masyarakat lebih
efektif, efisien serta tepat sasaran.
Lalu, di Kendal sendiri sejauh pengamatan saya, jumlah startup
digitalnya masih terbilang sedikit. Beberapa telah muncul entitasnya di media
sosial, namun tidak aktif kembali di tengah jalan. Seperti diketahui bahwa problematika
yang dihadapi startup digital juga banyak, seperti halnya pada ketersediaan
dana, sumber daya manusia (SDM) sampai ketiadaan pasar yang menyebabkan tumbang
saat masih seumur jagung. Startup digital di Kendal Sebagian besar menghadapi
hal tersebut. Beberapa kategori startup digital yang sempat muncul antara
lain seperti e-commerce lokal, aplikasi kasir, sistem manajemen
pertanian, aplikasi pembelajaran siswa, digitalisasi arsip desa, e-recruitment
sampai media massa online. Namun hanya beberapa saja yang masih bertahan
sampai sekarang.
Ketika startup sudah memulai menjamur di Kendal, hal yang
perlu diantisipasi selanjutnya adalah pada kemungkinan kegagalan. Kita tahu,
bahwa hanya sedikit startup yang dapat menghasilkan profit. Beberapa
alasan gagalnya sebuah startup di Kendal adalah tidak adanya konsumen
yang tepat, tidak menemukan bisnis model yang cocok dan startup
memerlukan kebutuhan dana yang besar. Namun semua itu dapat diantisipasi
apabila para founder startup rutin mengikuti mentoring
bisnis secara terus-menerus dari para praktisi, lembaga swasta atau
pemerintahan setempat yang menyediakan konsultasi bisnis usaha rintisan.
Dari sesi mentoring rutin tersebut, startup di daerah dapat
memetakan masalah yang dihadapinya dan mencari solusi terbaiknya.
Bila
ekosistem startup digital di Kendal mulai semakin stabil dari sisi pendapatan
bisnisnya, maka hal ini nantinya dapat menciptakan daya tarik kepada lembaga
riset, venture capital, penyedia solusi teknologi serta pemerintah. Kendal
memiliki poin plus dan modal infrastruktur yang sangat bagus dari sisi
kawasan industrinya. Sekarang, tinggal bagaimana menciptakan ‘semangat zaman’
yang dulu pernah terpantik di California. Tentunya, mimpi ini bukan suatu hal
yang mustahil. Kita tinggal menunggu momentum yang tepat agar Impian Silicon Valley di Kendal dapat
terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar