Judul
Buku :
Solusi Nelayan: Mengurai Paradoks Si Miskin di Negara Maritim
Pengarang : Tim Penulis Buku Kompas
1. Musa
Sanjaya
2. Arieful
Hakim
3. Syamsudin
Walad
Penerbit : Kementerian
Koperasi dan UKM RI
Jl.
H. R. Rasuna Said No. 3-4 6,
Kota
Jakarta Selatan 12940
Tahun
Terbit : 2024
Cetakan : 1
ISBN : 978-623-89357-9-6
“Sebagian
besar nelayan berada dalam ambang batas kemiskinan dan menyumbang sekitar 25%
angka kemiskinan di Indonesia.”
Indonesia
dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang
dan wilayah laut yang sangat luas. Namun, permasalahan kelautan seringkali
tidak menjadi topik utama dalam diskusi sehari-hari, baik dalam media maupun di
ruang publik. Banyak perhatian lebih difokuskan pada sektor ekonomi masyarakat
urban, seperti industri dan jasa, sementara sektor maritim yang sangat vital
bagi kehidupan jutaan orang, terutama nelayan, sering kali terabaikan.
Di
sektor kelautan, nasib para nelayan patut mendapatkan perhatian serius. Nelayan
di Indonesia bisa dibagi menjadi tiga kelompok utama berdasarkan kepemilikan
alat tangkap, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan.
Kelompok yang paling rentan secara ekonomi adalah nelayan buruh dan nelayan
perorangan, yang sering kali bekerja dengan alat tangkap tradisional atau
sederhana. Mereka bergantung pada hasil tangkapan harian dan tidak memiliki
akses yang cukup terhadap modal atau teknologi modern.
Kondisi
ini menyebabkan kemiskinan yang cukup parah di kalangan nelayan tradisional,
bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan masyarakat lain di sektor
pertanian. Nelayan buruh dan perorangan sering berada di lapisan sosial paling
bawah. Mereka tidak hanya menghadapi tantangan dari segi ekonomi, tetapi juga
ketidakpastian cuaca, perubahan iklim, dan kebijakan pemerintah yang terkadang
tidak berpihak pada mereka. Karena itu, penting bagi kita untuk lebih sering
membicarakan dan memperjuangkan kesejahteraan nelayan sebagai bagian dari permasalahan
maritim yang mendesak.
Refleksi
Buku
Buku
ini mengulas tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh para nelayan di
Indonesia, walaupun negara ini memiliki banyak sumber daya laut. Indonesia
terkenal sebagai negara maritim yang memiliki 70% wilayahnya terdiri dari laut.
Indonesia harus dapat memanfaatkan sumber daya lautnya yang kaya untuk
meningkatkan kesejahteraan nelayan. Meskipun begitu, sampai sekarang, sumber
daya tersebut belum dioptimalkan, dan nelayan Indonesia masih tetap termasuk
kelompok masyarakat yang paling miskin.
Salah
satu permasalahan utama yang dihadapi oleh nelayan adalah meningkatnya harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan keterbatasan dalam mengakses BBM subsidi. BBM
adalah bagian terbesar dari pengeluaran saat berlayar, menjangkau 70% dari
total pengeluaran. Tiap kenaikan harga bahan bakar minyak berdampak besar
terhadap penghasilan nelayan.
Dalam
upaya mengatasi permasalahan itu, program Solusi Nelayan diluncurkan oleh
pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM. Tujuan program ini adalah
untuk mempermudah nelayan dalam mendapatkan akses BBM bersubsidi melalui
pembangunan SPBUN yang dikelola oleh koperasi. Salah satu contoh keberhasilan
dari program ini adalah KUD Mino Saroyo di Cilacap, yang sukses menjamin
pasokan BBM bersubsidi bagi anggotanya, sehingga kegiatan melaut dapat terus
berjalan.
Program
ini juga bertujuan untuk meningkatkan peran koperasi nelayan dalam mengatur
distribusi BBM dan meningkatkan nilai produk perikanan sebelum dijual ke pasar.
Koperasi juga memberikan bantuan dalam menghadapi masalah lain yang dihadapi
nelayan, seperti akses keuangan, teknologi penangkapan ikan, dan informasi
cuaca.
Koperasi
nelayan dianggap sebagai penyelesaian yang efektif karena dapat mengatur
distribusi BBM dengan lebih teratur dan tepat. Dengan melibatkan koperasi,
distribusi BBM dapat dikontrol agar hanya diperoleh oleh anggota koperasi yang
memenuhi syarat, sehingga mengurangi kemungkinan penyalahgunaan subsidi. Secara
garis besar, buku ini menjelaskan berbagai masalah yang dihadapi oleh nelayan
di Indonesia dan menawarkan solusi kerjasama melalui peningkatan peran
koperasi.
Keunggulan
dan Kelemahan Buku
Buku
"Solusi Nelayan: Mengurai Paradoks Si Miskin di Negara Maritim"
berhasil membawa diskusi tentang kemaritiman ke ranah yang lebih menyentuh
kehidupan masyarakat pesisir, terutama nelayan yang seringkali terpinggirkan.
Kajian ini menyoroti masalah-masalah sosio-ekonomi yang jarang dibahas dalam
diskursus kemaritiman yang umumnya hanya fokus pada sektor pariwisata dan
kekayaan sumber daya laut. Buku ini berhasil mengurai berbagai persoalan yang
dihadapi oleh nelayan tradisional yang hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem,
memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana kelompok-kelompok rentan ini
sering diabaikan dalam kebijakan nasional.
Melalui
data dan analisis yang jelas, buku ini menyoroti fakta bahwa tingkat kemiskinan
ekstrem di wilayah pesisir mencapai 4,19%. Dari total 10,86 juta jiwa yang
hidup dalam kemiskinan di Indonesia, 12,5% atau sekitar 1,3 juta orang tinggal
di wilayah pesisir. Angka ini menggarisbawahi perlunya perhatian lebih terhadap
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir dalam agenda pembangunan nasional.
Buku ini memberikan perspektif baru yang sangat penting untuk memahami
kompleksitas kehidupan nelayan dan tantangan struktural yang dihadapi sektor
maritim dalam konteks kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.
Buku
"Solusi Nelayan: Mengurai Paradoks Si Miskin di Negara Maritim" akan
lebih kaya jika dilengkapi dengan eksplorasi potret kesuksesan nelayan di
Indonesia. Saat ini, buku ini lebih banyak mengangkat isu kemiskinan dan
tantangan yang dihadapi oleh nelayan, namun dengan menambahkan kisah-kisah
inspiratif tentang keberhasilan nelayan yang mampu mengatasi tantangan
tersebut, buku ini akan memberikan perspektif yang lebih seimbang. Kisah sukses
ini dapat menjadi panduan praktis bagi nelayan lain atau pemangku kebijakan
tentang cara-cara mewujudkan kesejahteraan di sektor maritim. Dengan adanya
sudut pandang ini, buku tersebut tidak hanya menjadi kritik terhadap kondisi
saat ini tetapi juga sumber inspirasi untuk masa depan.
Dari sisi visual, desain sampul buku ini tampak terlalu kaku dan formal untuk sebuah buku yang memiliki potensi luas pembaca. Mengadopsi desain yang lebih "komersial" seperti yang sering digunakan oleh penerbit Palgrave Macmillan dapat memberikan kesan lebih menarik dan mewah. Pendekatan desain yang lebih dinamis dan modern dapat meningkatkan daya tarik visual buku ini, sehingga lebih mampu menarik perhatian pembaca dari berbagai kalangan, termasuk mereka yang tidak memiliki latar belakang akademis namun tertarik pada isu-isu maritim dan kesejahteraan nelayan.
“Di
negeri ini, nelayan menjadi salah satu profesi paling miskin. Ini didasarkan
atas analisis data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017,
sebanyak 11,34% orang di sektor perikanan tergolong miskin, lebih tinggi
dibandingkan sektor pelayanan restoran (5,56%), konstruksi bangunan (9,86%),
serta pengelolaan sampah (9,62%).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar