Senin, 05 Mei 2025

Mewujudkan Community Hygiene



Setiap tanggal 5 Mei, masyarakat dunia memperingati Hari Kebersihan Tangan Sedunia atau World Hand Hygiene Day. Pada tahun 2025 ini, menjadi tahun ke-17 sejak kampanye global ini dicanangkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 melalui gerakan bertajuk “SAVE LIVES: Clean Your Hands”. Advokasi berupa kampanye ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran global akan pentingnya praktik kebersihan tangan yang baik dalam konteks pelayanan kesehatan.

Berdasarkan sejarahnya, cikal bakal dari Hari Kebersihan Tangan Sedunia bermula dari kepedulian WHO terhadap tingginya angka infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan). WHO meluncurkan kampanye bertajuk “SAVE LIVES: Clean Your Hands” sebagai bagian dari Global Patient Safety Challenge on Clean Care is Safer Care, sebuah inisiatif internasional yang dimulai pada tahun 2005 untuk menanggulangi infeksi yang terkait dengan aspek pelayanan kesehatan. Peringatan tanggal 5 Mei dipilih secara simbolis untuk menggambarkan dua tangan dengan lima jari — pengingat akan lima momen penting dalam kebersihan tangan bagi tenaga kesehatan, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum prosedur bersih/aseptik, setelah terkena cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

Sejak awal, kampanye ini menekankan bahwa kebersihan tangan bukan hanya merupakan tindakan rutin, melainkan bagian vital dari upaya menyelamatkan nyawa. WHO mendorong semua fasilitas kesehatan di dunia untuk mengimplementasikan kebijakan kebersihan tangan sebagai langkah preventif utama dalam mencegah infeksi dan menjaga keselamatan pasien.

Tema 2025: “It Might Be Gloves. It’s Always Hand Hygiene”
Tahun ini, WHO menetapkan tema “It might be gloves. It’s always hand hygiene”, yang menyoroti peran penting kebersihan tangan meskipun tenaga medis menggunakan sarung tangan. Masih banyak yang keliru dan beranggapan bahwa penggunaan sarung tangan cukup untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Padahal, praktik kebersihan tangan tetap wajib dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan. Kampanye ini juga bertujuan mendorong edukasi tentang pemakaian sarung tangan yang benar agar tidak menjadi media penularan infeksi silang.

Melalui tema ini, WHO ingin menyampaikan pesan bahwa sarung tangan tidak pernah menggantikan kebutuhan akan tangan yang bersih. Dengan demikian, tenaga kesehatan dan masyarakat umum harus memahami bahwa mencuci tangan dengan benar — menggunakan air mengalir dan sabun atau handrub berbasis alkohol — tetap menjadi pondasi utama dalam pencegahan infeksi.

Pentingnya Cuci Tangan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Selama bertahun-tahun, kebersihan tangan telah menjadi bagian dari praktik standar tidak hanya di rumah sakit, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, praktik mencuci tangan menjadi kebiasaan yang tak terelakkan. Penurunan tingkat penyebaran penyakit menular seperti influenza, diare, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terbukti sangat bergantung pada kepatuhan terhadap kebersihan tangan.

Saya pribadi pernah meneliti topik ini pada tahun 2024, dalam sebuah studi mengenai perilaku personal hygiene di suatu komunitas terbatas. Salah satu indikator utama yang diteliti adalah kebiasaan mencuci tangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara perilaku mencuci tangan yang buruk dengan meningkatnya kasus kejadian ISPA. Responden yang tidak mencuci tangan dengan benar dan pada waktu tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi saluran pernapasan. Ini membuktikan bahwa praktik sederhana seperti mencuci tangan memiliki dampak besar terhadap kesehatan masyarakat.

Promosi Kesehatan untuk  Mewujudkan Community Hygiene
Promosi kesehatan adalah kunci utama dalam membangun perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Dalam konteks kebersihan komunitas (community hygiene), kampanye kebersihan tangan harus diperluas tidak hanya di institusi pelayanan kesehatan, tetapi juga di sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan ruang publik lainnya. Pemerintah daerah, tenaga kesehatan, organisasi kemasyarakatan dan media memiliki peran besar dalam mengedukasi masyarakat tentang cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya melakukannya secara rutin.

Mewujudkan kebersihan komunitas bukan hanya soal edukasi, tetapi juga tentang membangun lingkungan yang mendukung perubahan perilaku. Infrastruktur seperti tempat cuci tangan yang layak, akses air bersih dan ketersediaan sabun harus menjadi prioritas di ruang-ruang publik. Pemerintah dan pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk menyediakan sarana kebersihan ini, sekaligus memastikan pemeliharaannya. Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kader kesehatan, pembentukan kelompok peduli kebersihan dan pelibatan tokoh masyarakat dapat memperkuat pesan-pesan kebersihan hingga akar rumput komunitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar