Sabtu, 13 Februari 2021

Tren Tanaman Hias dan Upaya Menyelamatkan Bumi

 

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang terjadi di tahun 2020 telah mengubah gaya hidup masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat yang semula memiliki tingkat mobilitas tinggi, kini mendadak bergerak perlahan bahkan terhenti demi mengurangi tersebarnya virus Covid-19. Virus ini telah membatasi gerak manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat pagebluk terjadi, gaya hidup masyarakat global pun berubah drastis termasuk dalam hal hobi.

Imbas seringnya aktivitas di rumah menyebabkan hobi menanam serta merawat tanaman menjadi meningkat. Baik itu menanam tanaman hias di teras atau pekarangan rumah, sampai ada juga yang berinisiatif membuat hidroponik dan aquascape. Ketiga hobi tersebut merupakan kegemaran masyarakat yang baru selama pandemi ini berlangsung. Sedangkan tulisan kali ini akan lebih membahas tentang tren tanaman hias dan fenomena bisnisnya.

Tren Global di Saat Pandemi

Tren Global di Saat Pandemi

Seperti kita ketahui, masyarakat Asia dan Eropa kini tengah dilanda demam tanaman hias saat pandemi ini terjadi. Indonesia pun menjadi negara yang terpengaruh oleh adanya tren global ini. Mungkin sebelum pandemi, masyarakat Indonesia masih jarang yang tahu tentang tanaman hias semacam Monstera andansonii alias janda bolong. Namun di sepanjang tahun 2020 ini, janda bolong seakan menjadi tanaman wajib orang-orang di pot pekarangan atau terasnya. Khalayak yang semula tidak mengikuti tren tanaman hias, kini menjadikannya sebagai hobi di rumah.

Uniknya, kini istilah variegata bukan menjadi hal yang asing di telinga publik. Bagi yang pernah menanam janda bolong atau jenis monstera lainnya, rata-rata mereka telah mengetahui tentang istilah bercak dan belang pada daun tersebut. Masyarakat pun sudah paham jika tanaman hias bercorak variegata ini mahal harganya di pasaran. Akibatnya, tutorial untuk membuat tanaman menjadi variegata secara buatan juga bermunculan di forum diskusi ataupun di media sosial.

Di sepanjang tahun 2020, beberapa jenis tanaman yang begitu populer di pasaran selain janda bolong yaitu aglonema (sri rejeki), sansivera (lidah mertua), caladium (kuping gajah), begonia dan jenis sukulen termasuk kaktus. Harganya pun cukup fantastis di tahun 2020 ini. Sedangkan di tahun 2021, kemungkinan beberapa tanaman hias yang disebut tadi masih akan merajai pasar tanaman hias nasional. Selain itu tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara pengekspor tanaman hias terbesar karena animo di masyarakat global begitu besar.

Tidak hanya penjual tanaman hias saja yang kecipratan rejeki dari bisnis ini. Para pengrajin pot tanaman berbahan semen, tanah liat dan plastik juga terimbas positif. Banyak pot tanaman cantik dan unik yang menjadi incaran para pecinta tanaman. Sekarang tanaman hias tidak hanya berpaku pada keindahan floranya saja, melainkan pada estetika pot yang menyokongnya. Selanjutnya, buku tentang seri tanaman hias juga kembali laris di pasaran semenjak tren ini meledak.

Kini istilah berkebun pun tidak hanya terpatok pada kegiatan menanam tanaman hias di pekarangan rumah. Definisinya menjadi meluas, sejalan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang turut hobi berkebun di teras atau ruangan terbatas pada apartemen, perumahan dan perkantoran. Tanaman hias kemudian menjelma menjadi gaya hidup yang sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat perkotaan dengan tingkat ekonomi mumpuni, yang kesehariannya berjibaku dengan rutinitas kantor. Beberapa penelitian ilmiah pun menyebutkan bahwa keberadaan tanaman hias ini sebagai dekorasi ruangan dapat mengurangi kadar stres.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), tercatat bahwa secara nasional ekspor tanaman hias pada periode Januari-April 2019 sebesar 1.470 ton atau senilai Rp.15 miliar. Jumlah ini naik 28,5% apabila dibandingkan dengan periode Januari-April 2018. Nilai ekspor ini kemungkinan terus naik di tahun 2020. Tanaman ini diekspor ke negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea, Belanda, Amerika, Inggris, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Kanada dan lain sebagainya.

Jenis tanaman seperti aglonema pun disebut-sebut akan menjadi primadona nomor wahid di tahun mendatang. Dari kesemua tanaman yang ngetren di tahun 2020, aglonema terbilang paling mudah perawatannya. Sekalinya sudah tumbuh, mereka akan berkembang biak dengan sendirinya baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Selanjutnya cukup disiram seminggu sekali mereka akan tetap bertahan hidup walaupun di musim kemarau sekali pun.

Jadi apabila dibandingkan dengan tanaman hias lain, aglonema akan tetap berjaya karena mudah perawatannya. Selain itu, manfaat dari aglonema secara ilmiah juga terbilang banyak, misalnya saja kemampuannya untuk menghilangkan polutan di dalam ruangan. Varietasnya yang beragam membuat tanaman ini tidak membosankan untuk dikoleksi. Dari kesemua jenis tanaman hias yang ada, jenis tanaman hias daun diprediksi akan merajai pasar nasional di tahun 2021 dan mengungguli tanaman hias bunga.

Upaya Menyelamatkan Bumi

Tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan menanam tanaman hias yang begitu viral di tahun 2020 sampai saat ini merupakan suatu aktivitas yang sangat ramah lingkungan. Aktivitas ini terbukti zero waste dan zero pollution, karena mirip dengan kegiatan konservasi serta reboisasi dalam lingkup yang lebih kecil. Dapat dikatakan, bisnis tanaman hias beserta hobinya telah menggerakkan roda perokonomian serta berkontribusi dalam melestarikan lingkungan, bahkan menyelamatkan bumi. Nampaknya, konsep dari bisnis tanaman hias ini sesuai dengan semangat “think globally, act locally” karena berisi usaha kecil guna menyelamatkan planet ini.

Sesuai dengan dokumen Lembar Fakta tentang Pekerjaan yang Layak dan Ramah Lingkungan (Green Jobs) di Indonesia, bahwa tren tanaman hias ini merupakan suatu peluang bisnis yang ramah lingkungan alias Green Jobs di masa depan. Bisnis tanaman hias harus kita dukung sepenuhnya karena selain bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani, juga mampu untuk melestarikan lingkungan. Jika hobi ini bisa dilakukan oleh semua rumah tangga atau tempat tinggal, maka berimplikasi besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sesuai dengan penelitian yang pernah saya lakukan di tahun 2013 untuk menyelesaikan skripsi tentang kejahatan lingkungan, saya menyimpulkan satu hal. Dalam perspektif green criminology, untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan tidak dapat dilakukan oleh upaya penegakan hukum formal saja. Melainkan, perlunya peran serta masyarakat agar saling menjaga lingkungan. Kejahatan lingkungan dan kerusakan lingkungan adalah problematika masyarakat bersama yang harus ditanggulangi dengan gerakan berupa green movement oleh warga. Istilah untuk masyarakat yang sadar akan kelestarian lingkungan serta berperan aktif dalam menjaganya adalah green police.

Berdasarkan perspektif green criminology tersebut, bahwa green jobs seperti bisnis tanaman hias merupakan wujud nyata dari implementasi green movement. Sedangkan para petani tanaman hias dan penghobinya dapat dikatakan sebagai green police karena punya kontribusi dalam pelestarian alam. Maka dari itu, peluang dalam bisnis tanaman hias ini harus ditekuni oleh anak muda di masa depan. Bisnis ini terbukti mampu membuat setiap rumah tangga peduli dengan lingkungan. Jika kita berkaca pada definisi green jobs dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bisnis tanaman hias ini adalah salah satu yang paling tepat dikembangkan. Hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut mendukung pelestarian lingkungan terutama pembatasan emisi gas rumah kaca, peminimalan polusi serta pelestarian ekosistem.

 


(Karya Penuis Tentang “Green Criminology”, 2014)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar