Pandemi Coronavirus
Disease (Covid-19) yang terjadi di tahun 2020 telah mengubah gaya
hidup masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat yang semula memiliki tingkat
mobilitas tinggi, kini mendadak bergerak perlahan bahkan terhenti demi
mengurangi tersebarnya virus Covid-19. Virus ini telah membatasi gerak manusia
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat pagebluk terjadi, gaya hidup
masyarakat global pun berubah drastis termasuk dalam hal hobi.
Imbas
seringnya aktivitas di rumah menyebabkan hobi menanam serta merawat tanaman
menjadi meningkat. Baik itu menanam tanaman hias di teras atau pekarangan
rumah, sampai ada juga yang berinisiatif membuat hidroponik dan aquascape.
Ketiga hobi tersebut merupakan kegemaran masyarakat yang baru selama pandemi
ini berlangsung. Sedangkan tulisan kali ini akan lebih membahas tentang tren
tanaman hias dan fenomena bisnisnya.
Tren Global di Saat Pandemi
Tren Global di Saat Pandemi
Seperti
kita ketahui, masyarakat Asia dan Eropa kini tengah dilanda demam tanaman hias
saat pandemi ini terjadi. Indonesia pun menjadi negara yang terpengaruh oleh
adanya tren global ini. Mungkin sebelum pandemi, masyarakat Indonesia masih
jarang yang tahu tentang tanaman hias semacam Monstera andansonii alias
janda bolong. Namun di sepanjang tahun 2020 ini, janda bolong seakan menjadi
tanaman wajib orang-orang di pot pekarangan atau terasnya. Khalayak yang semula
tidak mengikuti tren tanaman hias, kini menjadikannya sebagai hobi di rumah.
Uniknya,
kini istilah variegata bukan menjadi hal yang asing di telinga publik. Bagi
yang pernah menanam janda bolong atau jenis monstera lainnya, rata-rata mereka
telah mengetahui tentang istilah bercak dan belang pada daun tersebut.
Masyarakat pun sudah paham jika tanaman hias bercorak variegata ini mahal
harganya di pasaran. Akibatnya, tutorial untuk membuat tanaman menjadi
variegata secara buatan juga bermunculan di forum diskusi ataupun di media
sosial.
Di
sepanjang tahun 2020, beberapa jenis tanaman yang begitu populer di pasaran
selain janda bolong yaitu aglonema (sri rejeki), sansivera (lidah mertua),
caladium (kuping gajah), begonia dan jenis sukulen termasuk kaktus. Harganya
pun cukup fantastis di tahun 2020 ini. Sedangkan di tahun 2021, kemungkinan
beberapa tanaman hias yang disebut tadi masih akan merajai pasar tanaman hias
nasional. Selain itu tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara
pengekspor tanaman hias terbesar karena animo di masyarakat global begitu
besar.
Tidak
hanya penjual tanaman hias saja yang kecipratan rejeki dari bisnis ini. Para
pengrajin pot tanaman berbahan semen, tanah liat dan plastik juga terimbas
positif. Banyak pot tanaman cantik dan unik yang menjadi incaran para pecinta
tanaman. Sekarang tanaman hias tidak hanya berpaku pada keindahan floranya
saja, melainkan pada estetika pot yang menyokongnya. Selanjutnya, buku tentang
seri tanaman hias juga kembali laris di pasaran semenjak tren ini meledak.
Kini
istilah berkebun pun tidak hanya terpatok pada kegiatan menanam tanaman hias di
pekarangan rumah. Definisinya menjadi meluas, sejalan dengan gaya hidup
masyarakat perkotaan yang turut hobi berkebun di teras atau ruangan terbatas
pada apartemen, perumahan dan perkantoran. Tanaman hias kemudian menjelma
menjadi gaya hidup yang sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat perkotaan
dengan tingkat ekonomi mumpuni, yang kesehariannya berjibaku dengan rutinitas
kantor. Beberapa penelitian ilmiah pun menyebutkan bahwa keberadaan tanaman
hias ini sebagai dekorasi ruangan dapat mengurangi kadar stres.
Berdasarkan
data dari Kementerian Pertanian (Kementan), tercatat bahwa secara nasional
ekspor tanaman hias pada periode Januari-April 2019 sebesar 1.470 ton atau
senilai Rp.15 miliar. Jumlah ini naik 28,5% apabila dibandingkan dengan periode
Januari-April 2018. Nilai ekspor ini kemungkinan terus naik di tahun 2020.
Tanaman ini diekspor ke negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang,
Korea, Belanda, Amerika, Inggris, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam,
Kanada dan lain sebagainya.
Jenis
tanaman seperti aglonema pun disebut-sebut akan menjadi primadona nomor wahid
di tahun mendatang. Dari kesemua tanaman yang ngetren di tahun
2020, aglonema terbilang paling mudah perawatannya. Sekalinya sudah tumbuh,
mereka akan berkembang biak dengan sendirinya baik di dalam ruangan maupun luar
ruangan. Selanjutnya cukup disiram seminggu sekali mereka akan tetap bertahan
hidup walaupun di musim kemarau sekali pun.
Jadi
apabila dibandingkan dengan tanaman hias lain, aglonema akan tetap berjaya
karena mudah perawatannya. Selain itu, manfaat dari aglonema secara ilmiah juga
terbilang banyak, misalnya saja kemampuannya untuk menghilangkan polutan di
dalam ruangan. Varietasnya yang beragam membuat tanaman ini tidak membosankan
untuk dikoleksi. Dari kesemua jenis tanaman hias yang ada, jenis tanaman hias
daun diprediksi akan merajai pasar nasional di tahun 2021 dan mengungguli
tanaman hias bunga.
Upaya Menyelamatkan Bumi
Tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan menanam tanaman hias yang
begitu viral di tahun 2020 sampai
saat ini merupakan suatu aktivitas yang sangat ramah lingkungan. Aktivitas ini
terbukti zero waste dan zero pollution, karena mirip dengan
kegiatan konservasi serta reboisasi dalam lingkup yang lebih kecil. Dapat
dikatakan, bisnis tanaman hias beserta hobinya telah menggerakkan roda
perokonomian serta berkontribusi dalam melestarikan lingkungan, bahkan
menyelamatkan bumi. Nampaknya, konsep dari bisnis tanaman hias ini sesuai dengan
semangat “think globally, act locally”
karena berisi usaha kecil guna menyelamatkan planet ini.
Sesuai dengan dokumen Lembar Fakta tentang Pekerjaan yang
Layak dan Ramah Lingkungan (Green Jobs)
di Indonesia, bahwa tren tanaman hias ini merupakan suatu peluang bisnis yang
ramah lingkungan alias Green Jobs di
masa depan. Bisnis tanaman hias harus kita dukung sepenuhnya karena selain
bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani, juga
mampu untuk melestarikan lingkungan. Jika hobi ini bisa dilakukan oleh semua
rumah tangga atau tempat tinggal, maka berimplikasi besar dalam mengurangi
emisi gas rumah kaca.
Sesuai dengan penelitian yang pernah saya lakukan di tahun
2013 untuk menyelesaikan skripsi tentang kejahatan lingkungan, saya
menyimpulkan satu hal. Dalam perspektif green
criminology, untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan tidak dapat
dilakukan oleh upaya penegakan hukum formal saja. Melainkan, perlunya peran
serta masyarakat agar saling menjaga lingkungan. Kejahatan lingkungan dan
kerusakan lingkungan adalah problematika masyarakat bersama yang harus ditanggulangi
dengan gerakan berupa green movement
oleh warga. Istilah untuk masyarakat yang sadar akan kelestarian lingkungan
serta berperan aktif dalam menjaganya adalah green police.
Berdasarkan perspektif green
criminology tersebut, bahwa green
jobs seperti bisnis tanaman hias merupakan wujud nyata dari implementasi green movement. Sedangkan para petani
tanaman hias dan penghobinya dapat dikatakan sebagai green police karena punya kontribusi dalam pelestarian alam. Maka
dari itu, peluang dalam bisnis tanaman hias ini harus ditekuni oleh anak muda
di masa depan. Bisnis ini terbukti mampu membuat setiap rumah tangga peduli
dengan lingkungan. Jika kita berkaca pada definisi green jobs dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bisnis
tanaman hias ini adalah salah satu yang paling tepat dikembangkan. Hal ini
dikarenakan pekerjaan tersebut mendukung pelestarian lingkungan terutama pembatasan
emisi gas rumah kaca, peminimalan polusi serta pelestarian ekosistem.
(Karya Penuis Tentang “Green Criminology”, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar