Minggu, 25 November 2012

APEC 2013 : Pembuktian Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi


Krisis global yang telah melanda mengakibatkan banyak negara kesulitan dalam melakukan perdagangan internasional. Krisis global ini tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang saja, akan tetapi negara maju juga mendapatkan dampaknya. Salah satunya adalah Amerika pada tahun 2011 mengalami krisis, dan berbagai negara di Eropa seperti Perancis juga mendapatkan imbasnya. Hal ini tidak dapat diprediksikankarena memang krisis terjadi dengan cepat dan sulit untuk dicegah. Untungnya, negara maju memiliki berbagai sumberdaya yang bisa dipergunakan untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya.

Hal yang berbeda tidak berlaku pada negara berkembang. Negara tersebut cukup sulit untuk mengembalikan keadaan perekonomiannya yang mengalami krisis. Efek yang diterima oleh negara berkembang tersebut antara lain nilai tukar uang menjadi menurun, pengangguran bertambah, dan berbagai perusahaan tidak dapat melanjutkan fungsinya. Dampak buruk dari krisis ini lebih signifikan diterima oleh negara berkembang yaang memiliki perekonomian yang belum stabil.

Dalam ekonomi, pada akhirnya semua akan kembali ke pengangguran. Betapa pun banyaknya perhatian yang diberikan oleh para ahli dan politikus terhadap produk domestik bruto, inflsi, suku bunga, atau kekayaan suatu negara, pertanyaan sederhana mengenai apakah orang-orang memiliki atau tidak memiliki pekerjaan tetap yang utama. Tujuan untuk mencapai full employment (penggunaan tenaga kerja penuh) biasanya merupakan salah satu manifesto pertama yang dijanjikan oleh partai-partai politik di seluruh dunia. Tidak hanya itu, sistim perekonomian yang dirancang sedemikian rupa adalah untuk meminimalisir pengangguran.

Dalam pengertiannya yang paling luas, pengangguran berarti keadaaan tidak memiliki pekerjaan. Namun, menurut ekonom definisi tersebut tidaklah memadai. Ada perbedan besar antara pekerjaan kantor sementara yang semata-mata sedang berada dalam masa menunggu antara pekerjaan lama dan pekerjaan baru untuk beberapa minggu (pengangguran friksional) dengan seorang mekanik pabrik yang keterampilannya tidak lagi dibutuhkan karena industrinya telah memindahkan sebagian besar produksi ke luar negeri. Yang pertama akan segera kembali bekerja dan memberikan kontribusi pada output ekonomi dari sektor swasta; yang kedua mungkin perlu untuk dilatih kembali, sering kali atas biaya negara untuk suatu periode waktu yang signifikan.

Melihat permasalahan pengangguran yang semakin rumit untuk diatasi ini, sudah menjadi perhatian secara khusus bagi ILO (International Labour Organization). Negara dan dunia pun sudah mengerahkan berbagai cara untuk mengatasi pengangguran dengan membuat kebijakan dan riset oleh pakar ekonomi. Daalam upaya membedakan situasi yang berbeda, para ekonom telah merancang berbagai klasifikasi pengangguran. Menurut ILO, pengangguran adalah ketika seseorang tidak bekerja, tetapi secara aktif berusaha untuk kembali masuk ke pasar tenaga kerja.

Di Indonesia sendiri, tingkat pengangguran yang tinggi mengakibatkan sulitnya dalam pemerataan perekonomian. Masalah ini tidak hanya dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia, bahkan ini sudah menjadi fokus perhatian utama oleh masyarakat internasional khususnya yang berada pada wilayah Asia-Pasifik. Maka dari itu, munculnya organisasi yang beranggotakan negara maju dan negara berkembang adlaah suatu hal yang harus dilakukan untuk kerjasama memberantas pengangguran. Hal ini bermaksud dengan tujuan utama untuk membangun perekonomian daerah Asia-Pasifik dalam persaingan globalisasi.

Dengan terbentuknya wadah yang bernama APEC atau Asia-Pacific  Economic Cooperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik memungkinkan untuk negara-negara berkerjasama untu membangu perekonomian yang lebih stabil. Agenda yang harus menjadi pokok permasalahan dari APEC adalah masalah pengangguran dan energi. Hal ini dikarenakan permasalahan ekonomi yang paling krusial dan menyebabkan krisis di berbagai negara. Krisis energi dan minya di berbagai belahan negara menimbulkan konflik, dan masalah pengangguran yang mengakibatkan banyaknya demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah. Konflik ini tidak hanya berimbas pada tatanan perekonomian saja, akan tetapi sampai memakan korban jiwa dalam permasalahan ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa APEC didirikan pada tahun1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. APEC saat ini memiliki 21 anggota, kebanyakan adalah negara yang memiliki garis pantai ke Samudra Pasifik. Garis pantai Samudra psifik yang luas ini merupakan area perdagangan bebas yang tepat untuk mengembangkan perekonomian. Garis pantai yang luas ini berpotensi besar untuk menjadi jalur perdagangan internasional.

Setelah KTT atau Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Rusia, tahun 2013 mendatang, lokasi KTT akan berada di Bali, Indonesia. Indonesia sebagai tuan rumah negara yang menyelenggarakan APEC haruslah mempersiapkan diri dengan baik karena permasalahan perkembangan ekonomi internasional akan dibahas dalam KTT ini. Setelah sebelumnya Indonesia mendapatkan berbagai pujian pada KTT di Rusia karena dapat menjalankan acara dengan maksimal. Hal ini juga karena peran serta mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia yang turut membantu pelaksanaan rangkaian acara KTT APEC di Rusia ini.

Diharapkan nantinya Indonesia sebagai  tuan rumah, akan membuat acara konferensi internasional ini membuahkan output yang secara nyata dapat diimplementasikan kepada perekonomian anggota APEC. Saran untuk agenda APEC yang akan diselenggarakan di Bali ini haruslah dalam maslaah pengangguran sebagai maslaah utama dalam perekonomian. Selain itu masalah krisis energi dan minyak yang harus segera dibuat kebijakannya untuk melindungi negara-negara anggota APEC agar tidak mengalami krisis ekonomi.  Selain ILO, yang berkaitan dengan masalah umum dalam ekonomi adalah OPEC.

Semua jenis komoditas penting bagi ekonomi global. Tapi semua negara sepakat bahwa komoditi yang tidak bisa digantikan menduduki posisi puncak adalah minyak mentah. Antara tahun-tahun awal milenium ini, dan tahun 2008 harga minyak secaara nominal meningkat tujuh kali lipat. Secara riil, peningkatan harga tersebut telah melampaui harga tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 1970-an. Namun, sementara dua krisis sebelumnya secara spesifik bersifat politis, yang disebabkan oleh tindakan OPEC, krisis minyak kali ini lebih bersifat spekulatif.

Walau negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Norwegia memiliki cadangan minyak yang besar, proporsi cadangan minyak dunia yang jauh lebih besar ditemukan di Timur Tengah dan sejumlah wilayah yang memiliki ketidakstabilan politik. Penghasil minyak terbesar diantara semuanya adalah Arab Saudi, yang memiliki seperlima cadangan minyak dunia yaang diketahui. Pada tahun 1970-an sebagai respon terhadap sejumlah masalah politik di Timur Tengah, para produsen dengan cadangan minyak yang besar bersatu untuk membentuk Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC). Organisasi tersebut dirancang sebagai sebuah kartel. Di dalam organisasi tersebut terdapat sekelompok penjual yang berkolaborasi untuk mengendalikan harga.

Antara tahun 1973 dan 1975, banyak produksi minyak mereka yang dihentikan, dan akibat pasokan global tersebut harga minyak pun berlipat ganda. Sebagai hasilnya, inflasi di Amerika Serikat melonjak ke tingkat dua digit dan pertumbuhan ekonomi melambat, menyebabkan negara tersebut, dan sejumlah negara barat lainnya mengalami stagflasi. Dampak selanjutnya adalah pengangguran besar-besaran diakibatkan oleh stagflasi ini.

Pengangguran di Amerika Serikat pun meningkat dari 4,9% menjadi 8,5% selama periode yang sama. Krisis tersebut pada akhirnya melemah setelah dilangsungkannya negoisasi politik dengan Arab Saudi, sementara pada saat yang bersamaan OPEC terbentur dengan realitas ekonomi yaitu lebih sedikit pembeli minyak berarti lebih sedikit pendapatan bagi OPEC, oleh karena itu para anggota kartel tersebut mulai memompa produksi minyak hingga melampaui kuota yang telah ditetapkan guna meningkatkan penghasilan mereka.

Pada akhirnya, harga minyak kembali meningkatkan inflasi di seluruh dunia, tetapi krisis keuangan global yang terjadi pada saat itu telah menyebabkan penurunan ekonomi besar-besaran, yang dengan cepat mendorong harga minyak turun kembali hingga di bawah 40 US Dollar per barel pada akhir tahun. Permasalahan ini akan terus berulang-ulang pada siklus penggunaan minyak di dunia. Apabila tidak diselesaikan cara penanggulangan yang baik, maka dunia akan mengalami kekacauan ekonomi karena semua harga didasarkan kepada patokan harga minyak.

Krisis inergi atau krisis minyak ini seharusnya menjadi rekomendasi KTT APEC di Indonesia nantinya. Masalah krisis minyak dan maslah pengangguran did aerah Asia-Pasifik menjadi hal dominan terjadi. Permasalahan ini harus segera diselesaikan demi mewujudkan tatanan ekonomi yang stabil antar negara dalam rangka menghadapi globalisasi ini. Dengan mematahkan krisis keuangan yang terjadi di daerah Asia-Pasifik, akan mendorong juga mengenai perbaika perekonomian dalam dunia global.
C = SN(d1)-kexp(-rt)n( d2)
Persamaan Black-Scholes melakukan sesuatu yang tampak mustahil. Kelihatannya, persamaan tersebut semata-mata merupakan sebuah cara untuk mencari tahu bagaimana seharusnya memberikan harga pada sebuah options di pasar derivatif. Persamaan tersebut merupakan rumus matematika yang ternyata tidak mengikutsertakan resiko dari melakukan investasi di pasar tersebut. Dengan mengikuti persamaan tersebut, tampaknya investor dapat menghindari kehilangan jutaan hanya dnegan menjual saham dalam jangka pendek ketika harga turun.

Ekonom Inggris A.W. Philips mendeteksi adanya hubungan yang misterius antara tingkat pengangguran dan inflasi. Jika pengangguran turun di bawah suatu tingkat tertentu, upah, dan oleh karena itu inflasi, akan meningkat ketika perubahan bersedia untuk membayar lebih demi mempertahankan para pekerjanya. Kebalikannya berlaku pada kondisi tingkat pengangguran yang tinggi, yang cenderung menekan inflasi. Dalam bahasa ekonomi, ada korelasi negatif antara inflasi dan pengangguran.

Dalam permasalahaan krisis yang berujung pada pengangguran, permasalahan diatas merupakan kontribusi untuk terjadinya boom dan bust pada serangkaian krisis keuangan. Selain itu, persamaan ini juga menunjukkan bahwa kemerosotan ekonomi yang membuat jutaan orang kehilangan sebagian besar dari kehidupan mereka. Persamaan tersebut menjelaskan secara detail terjadinya krisis keuangan yang melanda dunia yang dimulai dari tahapan-tahapan yang terlihat biasa saja, akan tetapi dampak selanjutnya sangat tidak terduga.

Persamaan Black-Scholes ini sangat berpotensi besar pada negara berkembang yang memiliki kedaan pasar yang tidak memiliki pelindung cadangan. Hal tersebut seharunya sangat diwaspadi bagi negara berkembang seperti Indonesia ini karena bisa kapanpun keadaan pasar panik dapat mengancam kestabilan perekonomian bangsa ini. Maka dari itu, tantangan bangsa Indonesia antara lain adlaah mengagendakan permasalah perekonomian ini untuk dibahas dalam KTT APEC di Bali nantinya.

Pembahasan agenda agar dapat mencegah terjadinya krisis ini merupakan tantangan bagi Indonesia sebagai penyelenggara APEC tahun 2013 ini. Apa bila permasalahan utama sudah terbahas di dalam agenda APEC 2013 yang berkaitan pada masalah isu pengangguran, minyak, dan krisis keuangan ini maka output dari kebijakan dunia dapat diimplementasikan dengan baik.  APEC 2013 ini merupakan sebuah pembuktian bahwa Indonesia dapat berkontribusi besar dalam menghadapi era globalisasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar