Konsep Demokrasi
Beberapa
negara telah memasukkan ke dalam dewan permusyawaratan rakyat dalam tatanan
demokrasi, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Negara mengambil utusan dari
beberapa masyarakat kepada majelis konstitusi agar menjalankan fungsinya
sebagai pengambil keputusan tertinggi negara ini. Hal ini dilakukan agar
keputusan yang diambil oleh wakil rakyat tersebut benar merupakan representasi
seluruh wakil rakyat tanpa terkecuali. Proses demokrasi akan berjalan jika
keputusan negara mengangkat golongan-golongan tertentu yang dirasa mampu
menjadi wakil rakyat memiliki signifikansi bagi kehupan masyarakat.
Demokrasi
dipercaya sebagai alat yang ideal utama untuk mempersatukan kemajemukan seperti
keadaan Indonesia. Dengan demokrasi, tak pandang budaya dan etnik, semuanya
bebas untuk mendapatkan kesempatan dalam negara ini. Sebisa mungkin antara
mayoritas dan minoritas dapat hidup harmonis. Harapan-harapan tersebut akan
ditentukan secara nyata oleh regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Agar
kehidupan yang mejemuk dapat berjalan serasi.
Harapan
negara tipe ideal tersebut menginginkan agar untuk membuat masyarakat
sejahtera. Hal yang rasional terjadi saat banyak kebebasan dalam negara
tersebut, akan mengakibarkan terjadinya konflik akibat perbedaan pendapat. Jika
kita menelusuri lebih dalam lagi, perbedaan pendapat ternyata bukan faktor
penyebab konflik tersebut. Namun, kesejahteraan secara ekonomi lah yang menjadi
kunci utama permasalahan.
Perlunya
peran pemerintah yang professional agar
dalam pemenuhan pemerataan di dalam masyarakat dapat tercapai. Peran partai
politik dalam kasus ini adalah sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah,
jadi haruslah berjalan optimal lembaga tersebut. Tujuan partai politik sebagai
penanaman ajaran ideologi juga sebagai penyampai aspirasi yang sulit
diutarakan. Namun, jauh ke depannya, akan tampak sosok sebenarnya tujuan suatu
partai politik.
Masyarakat
yang sejahtera membutuhkan kondisi ekonomi yang stabil, sehingga peran dari
partai politik yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan haruslah menghindari
upaya kapitalisme dan monopoli ke depannya. Dunia politik seharusnya merupakan
amanat untuk menjalankan roda pemerintahan yang baik, namun kapasitas dan
tujuan aslinya harus menomorduakan masalah kepentingan keuntungan kelompok.
kejujuran adalah pembelajaran untuk pemerintah dalam menjalankan fungsinya
meskipun dalam praktiknya sangat sulit, hanya ini cara yang baik dilakukan.
Bukan
suatu yang salah bila demokrasi digunakan sebagai sistem, hanya saja kebebasan
dan proses penyaringan dalam politik harus tetap ditegakkan dengan menggunakan
hukum. Dukungan dari penegak hukum yang cakap dan adil menjadi pemperlancar
usaha untuk membangkitkan demokrasi yang sebenarnya di pemerintahan. Serta
menjalankan proses politik yang benar sesuai dengan tujuan utamanya : rakyat.
Selanjutnya
mengenai political process (proses
politik) yang sering disalahgunakan artinya merupakan usaha untuk memperoleh
akses pada kekuasaan politik dan menggunakannya untuk kepentingan mereka atau
kelompok mereka sendiri. Konsep ini mengasumsikan bahwa politik dapat diperlakukan
sebagai bidang institusional yang berfungsi sebagai pembuatan keputusan politik
mereka. Jadi, tindakan yang baik dari pemerintah pastinya akan membuat efek
yang positif bagi masyarakat. Politik bersih selamanya akan diterima masyarakat
meskipun hambatan seperti persaingan dalam pengggulingan kekuasaan tetap ada.
Persaingan
yang sangat bebas dalam negara demokrasi memunculkan kompetisi yang bisa
bermuara pada liberalisasi pada masyarakat secara utuh. Pemerintah menjadi tak
berdaya melawan invasi kebebasan masyarakat. Agar itu semua tidak terjadi,
perlu kontrol masyarakat dalam bertindak sesuai kewajaran tanpa menganggu
kestabilan nasional. Dan untuk itu, masyarakat juga seharusnya sadar akan
kontribusinya secara nyata terhadap negara. Sehingga, antara kepentingan negara
dan kesadaran masyarakat harus harmonis. Bila salah satunya ada yang menyimpang
atau mendominasi, maka demonkrasi
yang akan menggantikan demokrasi.
Saran : Elite Politik
Perlu Pendidikan Etika
Seperti
apapun posisi jabatan yang kita miliki, kita memiliki aturan-aturan cara
bertingkah laku yang telah disesuaikan oleh kondisi masyarakat. Cara bertingkah
laku ini memiliki fungsi untuk membantu orang dalam melaksanakan jabatannya
dengan baik. Namun, apabila kita melanggar aturan sosial yang telah disepakati
khususnya pada ranah formal akan mengakibatkan berbagai macam kritik dari
masyarakat. Hal ini wajar, karena posisi tersebut harus dilengkapi dengan etika
posisi yang berlaku yang mencirikan orang dalam memiliki jabatan.
Penggunaan
etika sangat diperlukan dalam bertingkah laku, karena agar masyarakat dapat
melihat tingkah laku kita sebagai kewajaran. Ranah yang menjadi sorotan utama
masyarakat adalah ranah formal. Dalam ranah formal, dapat dilihat suatu fungsi
pentingnya bagi masyarakat. Hal-hal yang dilakukan oleh orang dalam ranah
formal akan menjadi perbincangan masyarakat. Apabila orang-orang dalam ranah
ini berlaku tidak wajar, bersiap saja menuai banyak kritik.
Sebut
sajalah elite politik yang bertingkah laku hedonis. Perilaku ini dinilai
masyarakat sangat tidak beretika, karena tidak mencerminkan petinggi politik
yang diharapkan masyarakat. Selain itu juga sifat hedonis membuat masyarakat
cenderung mengikuti gaya hidup elite politik demi mendapatkan pengakuan
prestise. Hal demikianlah yang membuat rusaknya suatu panutan agar masyarakat
berkelakuan sewajarnya dan sederhana. Kesederhanaan akan lebih diterima secara
universal daripada hedonisme yang penuh dengan curiga dan tanda tanya.
Hal
yang perlu dilakukan oleh elite politik nadalah mengubah etika mereka sesuai
posisi yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan, apabila elite politik masih
saja memiliki gaya hidup yang hura-hura akan dicurigai sebagai koruptor.
Mengingat dalam analisa statistik menurut badan-badan pemerhati korupsi, negara
kita menduduki posisi yang buruk amsalah birokrasi dan keberadaan korupsi.
Dengan demikian, masyarakat tidak percaya jika elite politik yang hedonis
tersebut mendapatkan kemewahannya dari kerja keras murni dari dirinya. Pasti
masyarakat akan lebih berasumsi bahwa semuanya karena praktik-praktik
kecurangan.
Untuk
menghindari hal demikian, para elite politik perlu adanya pembelajaran etika.
Pembelajaran etika berfungsi untuk menekan kesenjangan tingkah laku, agar
masyarakat dapat melihatnya sebagai kewajaran. Masyarakat memiliki posisi
penting untuk menilai segala aktifitas elite politik. Hal ini dikarenakan elite
politik merupakan wakil dari rakyat dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan.
Dengan demikian sifat hedonis tersebut hanya akan memperburuk citra
pemerintahan kita.
Partai Politik dan
Aspirasi Rakyat
Berdasarkan
konsep demokrasi, tujuan dari partai politik adalah untuk menampung aspirasi
rakyat. Konsep ini dikenal sebagai budaya politik dimana keterkaitan antara
partai politik dan rakyat sangatlah erat. Konsep ini menjelaskan sikap-sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan aturan-aturan yang memandu sebuah sistim politik
oleh anggota dalam cakupan politik tersebut. selain itu, munculnya partai
politik itu adalah cerminan dari budaya demokrasi dalam skala normatif.
Terlepas
dari keadaan pragmatis mengenai partai politik dan aspirasi rakyat, memang
secara normatif keduanya adalah satu paketan dalam demokrasi. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk menemukan elemen-elemen budaya politik yang didalamnya
adanya keterkaitan antara partai politik dan aspirasi rakyat. Apabila partai
politik tersebut tidak dapat mengakomodir aspirasi rakyat, maka konsep budaya
politik tidak dapat dipraktikkan.
Menurut
G. A. Almond dan S. Verba, demokrasi ditemukan pada lima negara yang keadaan
partai politiknya dan aspirasi rakyatnya stabil. Terdapat simbiosis mutualisme
dalam keduanya. Kelima negara tersebut memiliki ciri individu, budaya politik
mengombinasikan penerimaan dan penghormatan kepada otoritas politk dengan sikap
yang tidak terpengaruh dan memiliki kebebasan atas otoritas tersebut. hal ini
menunjukkan bahwa apabia kebebasan aspirasi rakyat tidak ada, maka matilah
konsep demokrasi tersebut. selain itu imbas besarnya adalah partai politik
mengalami disfungsi dan hanya sebagai lembaga yang memonopoli tanpa monitoring dari masyarakat
Proses
partisipasi politik sangat diperlukan untuk terciptanya budaya politik. Wujud
nyata dari partisipasi politik yang disebutkan oleh Almond salah satunya adalah
konsistensi aspirasi dari masyarakat kepada partai politik. Keberadaan partai
politik pastilah didasari oleh ideologi yang mereka anut. Sebagian besar partai
politik adalah korektor bagi pemerintah dan penyalur keinginan masyarakat agar
direalisasikan di parlemen. Dengan kata lain, partai politik adalah
perpanjangtangannya masyarakat.
Vox populi, vox dei,
suara rakyat adalah suara tuhan. Bukanlah hal yang berlebihan bila kita
menggunakan istilah ini untuk menyatakan keadaan di atas. Keinginan masyarakat
adalah keinginan kolektif yang memang harus dapat teraspirasikan pada tempat
yang tersedia. Atas nama demokrasi, atas nama
masyarakat, atas nama kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar