Jumat, 28 September 2012

Akankah kita akan menyeragamkan dengan kekerasan?


Agama merupakan salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepada manusia berupa petunjuk untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu agama diharapkan dapat memberikan solusi untuk berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya, agama diharapkan mampu memberikan kedamaian dalam kehidupan manusia.
Akan tetapi, tidak jarang kita mendengar berbagai masalah yang bermuara pada agama. Tentu hal ini menjadi suatu hal yang kontra dari idealisme yang dijunjung oleh agama. Bahkan, masalah yang muncul tidak jarang terjadi karena perbedaan yang akhirnya menjadi pemicu mengalirnya darah manusia.
Sebagaimana kita ketahui, agama bersandar pada teks-teks suci yang menjadi pedoman bagaimana agama seharusnya dijalankan. Memang, teks suci merupakan firman dari Tuhan. Akan tetapi, penafsiran tidak pernah lepas dari kemampuan, pola pikir, pengalaman spiritual, dan metode yang dipergunakan oleh penafsir. Perbedaan-perbedaan inilah yang sering menjadi pemicu permusuhan antara satu pihak dengan pihak lain.
Merasa bahwa apa yang ada di dalam pikirannya paling benar dan hasrat untuk menyeragamkan besar merupakan sebuah kewajaran. Akan tetapi, cara yang dipergunakan adalah masalah yang harus diperhatikan.
Pada zaman dahulu, para cendekiawan agama akan melawan pemikiran dengan pemikiran. Oleh karena itu, muncul berbagai karya tulis yang saling  berbantahan antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, sekarang perbedaan tidak lagi dilawan dengan pemikiran. Pukulan, dan pentungan menjadi sebuah senjata untuk melawan perbedaan dengan tujuan untuk menyeragamkan. Mungkin pada masa kenabian jalan tersebut masih dimaklumi karena pemegang otoritas kebenaran agama masihlah tunggal. Akan tetapi, sekarang agama merupakan tafsiran dari individu-individu yang  tidak mungkin  memiliki otoritas kebenaran tunggal atas sebuah agama. Relativitas kebenaran atas suatu agama menjadi suatu kemutlakan.
Kekerasan untuk menyeragamkan merupakan sebuah bentuk degradasi atas substansi agama. Agama tidak lagi menjadi petunjuk untuk memberikan ketenangan bagi kehidupan manusia, bahkan agama menjadi pemberi legitimasi untuk mengalirkan darah dengan dalih membela Tuhan.
Hal ini tentu disayangkan ketika agama tidak lagi menjadi pemberi kedamaian bahkan cenderung menjadi sebuah alat teror. Hal-hal tersebut mencoreng agama karena telah keluar dari fitrah sebagaimana agama seharusnya dijalankan. Perbedaan sudah dijelaskan oleh tuhan dalam kitab suci sebagai sebuah keniscayaan. Melihat hal itu, masihkan kita akan memaksakan kehendak untuk menjadi sama dengan jalan kekerasan?

Kunto Hedy Nugroho
Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Indonesia
Aktivis Pro Perdamaian Antar Umat Beragama Internasional Global Peace Foundation (Indonesian Youth Forum 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar