Indonesia merupakan salah satu negara dengan peminat kesenian bonsai terbesar di dunia. Setiap bulannya, acara kontes bonsai berskala kecil di desa hingga nasional terus menerus terselenggara. Acaranya pun meriah. Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap seni bonsai juga dipengaruhi oleh aspek geografis negaranya yang lekat dengan sektor agraris, sehingga banyak aktivitas masyarakat yang lekat dengan menanam. Di samping itu, kekayaan varietas tanaman juga menjadi salah satu mengapa kreativitas bonsai di Indonesia dapat tumbuh subur dan beraneka ragam. Pecinta bonsai di Indonesia tentunya akan mendapatkan banyak referensi atas ketersediaan tanaman yang bisa dilakukan untuk eksperimen.
Walaupun berasal
dari Asia Timur, namun bonsai di Indonesia memiliki lekuk dan corak yang khas.
Dari sisi jenis tanaman yang dipergunakan, bonsai di Indonesia lebih banyak
ditanam dengan flora tropis. Berbeda dengan negara asalnya yang notabene
merupakan wilayah sub trpois. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap gaya
merancang bonsainya yang disesuaikan dengan kultur serta iklim Indonesia. Cara
pandang orang Indonesia dengan orang yang di luar nusantara tentu saja berbeda
ketika mengimajinasikan sebuah tanaman besar dan tua. Imajinasi bentuk pohon
besar dan tua tersebut kemudian dituangkan ekspresinya ke dalam pot berukuran
kecil.
Tantangan
Merawat Bonsai
Ketika kita
sedang merawat bonsai, tentu ada saja tantangan yang dihadapi. Terutama pada problem
pemprograman dari ‘bonsai bahan’ menjadi ‘bonsai prospektif’. Fase ini akan
memerlukan kesabaran tingkat tinggi dan keuletan dari masing-masing seniman.
Berbeda ketika kita merawat bonsai yang sudah jadi, yang mana tidak perlu
banyak diutak-atik. Namun bonsai yang masih menjadi bahan tentu akan memiliki
banyak masalah di sisi lambatnya pertumbuhan kambium ketika kita pruning
perantingannya. Belum lagi ketika selesai dilakukan pruning, biasanya
luka bekas potongannya tidak dapat tertutup dengan sempurna.
Maka dari
itu, perlu adanya inovasi supaya luka pada pemangkasan bonsai ini dapat lekas
tertutup dengan cepat dan lebih baik. Inovasi tersebut adalah “Salep Kambium”
yang akan membuat luka pada tanaman bonsai menjadi lebih cepat menutup. Secara
material salep kambium ini terbuat dari bahan-bahan yang mengandung zat perangsang
pertumbuhan (ZPT). Racikan salep ini kaya akan hormon auksin dan giberelin
yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tanaman. Salah
satu brand salep lokal ini adalah “SuperKambium” yang cocok untuk
merawat bonsai para penghobi.
Di
Indonesia sendiri, salep kambium sudah banyak beredar di pasaran, seperti toko
pertanian, tanaman hias dan di marketplace. Peminatnya juga sangat
banyak dengan pasar yang telah tersegmentasi. Apabila produk salep kambium ini
dapat dibuat dengan standarisasi mutu unggulan, maka bukan tidak mungkin ini
akan menjadi inovasi di dunia agribisnis yang akan menjadi primadona di tahun
2023.
Seperti
kita ketahui bahwa di Jepang sendiri sudah ada produk serupa tapi mungkin
dengan bahan-bahan yang berbeda dengan yang ada di Indonesia. Layaknya produk
pupuk, salep kambium harus bisa menjadi produk baru inovatif yang kualitasnya bisa
menyaingi produksi buatan Jepang tersebut. Dari sisi akademis juga perlu
dilakukan riset dan kajian ilmiah yang mendalam tentang benefit produk
salep kambium ini. Hal ini dilakukan agar inovasi salep kambium di dunia
pertanian Indonesia telah mendapatkan keabsahan secara saintifik.
Pemanfaatan
Salep Kambium
Pada awal
diciptakannya, salep kambium memang diperuntukkan bonsai. Namun, manfaat
lainnya juga sangat besar. Dalam kuantitas yang lebih besar, aplikasi salep kambium
juga dapat dipergunakan untuk pepohonan dengan ukuran asli. Misalnya saja
pepohonan besar di pinggir jalan raya. Apabila ada pohon dengan luka pada
batangnya, maka itu akan menimbulkan keropos batang dan berakibat tumbang. Efek
pohon tumbang ini juga sangat berbahaya bagi manusia, maka dari itu perlu
adanya upaya preventif untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Jadi,
pemanfaatan salep kambium untuk lingkungan sekitar sangatlah tepat.