Senin, 26 Desember 2022

Variegrow, Langkah Berdayakan Desa Kurangi Sampah dan Ciptakan Pupuk Cair Organik

 


Problematika persampahan di desa begitu mengkhawatirkan dan harus segera dicari jalan keluarnya. Bagi desa yang tidak memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bergerak di bidang pengelolaan sampah, biasanya sampah akan dikelola sendiri sesuai dengan kesadaran rumah tangga masing-masing. Kemungkinan terbesarnya, sampah akan dibuang ke sungai, dibuang ke lokasi cenderung kosong yang tidak semestinya dijadikan tempat sampah dan banyak juga yang dibakar. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan dan membahayakan lingkungan sekitar apabila dibiarkan terus menerus.

Sampah di desa yang tidak tertangani dengan baik tidak hanya akan menambah emisi gas rumah kaca saja, melainkan juga akan menjadi sarang penyakit menular. Mengapa tidak semua desa memiliki BUMDes yang bergerak di bidang pengelolaan sampah? Karena hal itu semua tergantung dari kapasitas dan ketertarikan sumber daya manusia (SDM) setempat terhadap potensi bisnis di sekitarnya. Bila ada desa yang unggul di bidang pertanian padi, maka BUMDesnya cenderung akan bergerak di bisnis pengelolaan padi. Apabila SDMnya melihat usaha catering makanan sebagai pilihan, itu semua dikarenakan permintaan yang tinggi karena banyaknya acara di lingkungan tersebut yang meminta ketersediaan konsumsi acara. Apabila ketika suatu desa kuat dengan potensi pariwisatanya, maka BUMdes juga akan mengarah ke sektor pariwisata.

Begitu pula ketika warga desa mengembangkan BUMDes bidang pengelolaan sampah, itu juga bentuk respon warga terhadap permasalahan persampahan yang ada di sekitarnya. Ada warga yang menganggap solusi permasalahan persampahan adalah cukup dibuang dan dibakar. Ada juga yang berpikir kalau sampah harus dikelola agar tidak mengotori lingkungan dan mencemari ekosistem. Hal inilah yang membuat tiap desa memiliki fokus usaha yang berbeda-beda dalam hal BUMDes. Namun, terlepas dari adanya BUMDes yang fokus terhadap lingkungan atau tidak, kita sebagai warga desa harus mencari solusi agar warga desa dapat mengurangi sampah yang dibuang sembarangan dan bila memungkinkan, dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat.

Mengubah Sampah Menjadi Pupuk

Untuk menyelesaikan permasalahan sampah di desa tersebut, saya membuat sebuah usaha rintisan di bidang pembuatan pupuk cair organik yang bernama Variegrow di tahun 2021. Awalnya, Variegrow merupakan sebuah produk alami untuk menstimulus mutasi variegata pada tanaman hias. Namun seiring dengan perkembangan waktu dan setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak serta ahli, Variegrow juga menjelma menjadi produk pupuk cair organik yang dibuat dengan bahan dasar sampah dapur rumah tangga. Jadi, sampah-sampah organik yang ada di dapur tersebut akan dikumpulkan, ditampung, dicacah, difermentasikan dan diolah agar menjadi pupuk cair organik.

Cara pencacahan sampahnya pun sudah dilakukan otomatisasi yaitu dengan menggunakan mesin. Sedangkan kegiatan pengolahan menjadi pupuk cairnya dan packagingnya masih dilakukan secara manual. Dapat dikatakan, langkah ini cukup efektif untuk membuat sampah organik yang dibuang warga menjadi produk pupuk yang bernilai ekonomi tinggi yang bermanfaat bagi tanaman. Bahkan saya optimis, pupuk cair organik yang diproduksi Variegrow ini di tahun depan akan bisa diversifikasi ke pupuk organik melalui pengomposan. Harapannya, brand pupuk organik yang saya produksi melalui unit usaha Variegrow ini dapat menjadi ikon Kabupaten Kendal dan profitnya dapat mensponspori kegiatan yang mendukung upaya kelestarian lingkungan.

Ilustrasi: Pengomosan

Pusat Edukasi Pupuk Organik

Di tahun 2022 ini saya menginisiasi kelas rintisan bagi warga untuk mengedukasi dalam pembuatan pupuk cair organik dengan memanfaatkan sampah dapur. Program ini bertujuan agar warga dapat berperan aktif dalam memilah sampah di rumah tangganya secara mandiri untuk mewujudkan visi zero waste di desa. Pemilahan sampah merupakan langkah awal agar kegiatan zero waste dapat membudaya dari ranah domestik. Pada dasarnya, edukasi pembuatan pupuk cair organik ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi sampah organik yang dapat berakibat pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Melainkan, juga mengedukasi supaya warga dapat memulai bisnis pupuk cair organik secara mandiri di rumahnya masing-masing. Saya berharap desa saya ini dapat menjadi desa mandiri penghasil pupuk cair organik yang komersial di pasaran. Selain itu, semoga saja usaha ini dapat bersinergi dengan BUMDes sehingga menjadi salah satu unit bisnis yang potensial. Dengan demikian, desa akan semakin berdaya secara perekonomian dan semakin bersih lingkungannya.

Ilustrasi: Pengomposan

Bayangkan saja, apabila ada 80 persen desa di Indonesia yang memiliki usaha pengelolaan sampah yang sampai dapat memproduksi pupuk cair organik dari sampah rumah tangga, maka kita secara langsung bisa ikut berkontribusi mengatasi permasalahan pupuk yang mahal dan tidak terbeli oleh petani. Mendukung proses produksi pupuk organik berarti juga mendorong terciptanya sustainable business dan membuka kesempatan untuk sektor green jobs di masyarakat. Pupuk cair organik juga masih memiliki potensi pasar yang sangat besar di Indonesia. Dengan penggunaan pupuk cair organik juga membantu mengembalikan kesuburban tanah pertanian secara alami. Kita tahu bahwa hasil panen yang tidak maksimal juga dipengaruhi oleh paparan zat kimiawi terus menerus yang telah mereduksi secara fatal unsur hara dalam tanah.

Dengan unit bisnis Variegrow ini, harapannya di desa saya tidak ada lagi warga yang membuang sampah di sungai ataupun membakarnya. Semoga saja visi ini dapat terealisasi di masa dengan agar lingkungan kita terus lestari. Tentunya, visi ini harus terbukti secara kongkrit dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat desa, sehingga mereka pada akhirnya dapat tergerak untuk melakukan hal yang positif lainnya demi lingkungannya. Produk yang ramah lingkungan harus kita dukung. Karena dengan mengganti produk tidak ramah lingkungan menjadi yang ramah lingkungan, maka berarti kita sedang berusaha untuk menjadikan gaya hidup zero waste menjadi culture. Sedangkan culture harus dilakukan oleh khalayak yang luas agar aksi ini semakin berdampak signifikan. Untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan kerusakan tanah, kita dapat memulainya dari desa. Salam Variegrow!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar