Problematika
persampahan di desa begitu mengkhawatirkan dan harus segera dicari jalan
keluarnya. Bagi desa yang tidak memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang
bergerak di bidang pengelolaan sampah, biasanya sampah akan dikelola
sendiri sesuai dengan kesadaran rumah tangga masing-masing. Kemungkinan
terbesarnya, sampah akan dibuang ke sungai, dibuang ke lokasi cenderung kosong
yang tidak semestinya dijadikan tempat sampah dan banyak juga yang dibakar.
Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan dan membahayakan lingkungan sekitar
apabila dibiarkan terus menerus.
Sampah di
desa yang tidak tertangani dengan baik tidak hanya akan menambah emisi gas
rumah kaca saja, melainkan juga akan menjadi sarang penyakit menular. Mengapa
tidak semua desa memiliki BUMDes yang bergerak di bidang pengelolaan sampah?
Karena hal itu semua tergantung dari kapasitas dan ketertarikan sumber daya
manusia (SDM) setempat terhadap potensi bisnis di sekitarnya. Bila ada desa
yang unggul di bidang pertanian padi, maka BUMDesnya cenderung akan bergerak di
bisnis pengelolaan padi. Apabila SDMnya melihat usaha catering makanan
sebagai pilihan, itu semua dikarenakan permintaan yang tinggi karena banyaknya
acara di lingkungan tersebut yang meminta ketersediaan konsumsi acara. Apabila
ketika suatu desa kuat dengan potensi pariwisatanya, maka BUMdes juga akan
mengarah ke sektor pariwisata.
Begitu pula
ketika warga desa mengembangkan BUMDes bidang pengelolaan sampah, itu
juga bentuk respon warga terhadap permasalahan persampahan yang ada di
sekitarnya. Ada warga yang menganggap solusi permasalahan persampahan adalah
cukup dibuang dan dibakar. Ada juga yang berpikir kalau sampah harus dikelola
agar tidak mengotori lingkungan dan mencemari ekosistem. Hal inilah yang
membuat tiap desa memiliki fokus usaha yang berbeda-beda dalam hal BUMDes.
Namun, terlepas dari adanya BUMDes yang fokus terhadap lingkungan atau tidak,
kita sebagai warga desa harus mencari solusi agar warga desa dapat mengurangi
sampah yang dibuang sembarangan dan bila memungkinkan, dapat diolah menjadi produk
yang bermanfaat.
Mengubah
Sampah Menjadi Pupuk
Untuk
menyelesaikan permasalahan sampah di desa tersebut, saya membuat sebuah usaha
rintisan di bidang pembuatan pupuk cair organik yang bernama Variegrow di
tahun 2021. Awalnya, Variegrow merupakan sebuah produk alami untuk
menstimulus mutasi variegata pada tanaman hias. Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak serta
ahli, Variegrow juga menjelma menjadi produk pupuk cair organik yang dibuat
dengan bahan dasar sampah dapur rumah tangga. Jadi, sampah-sampah organik yang
ada di dapur tersebut akan dikumpulkan, ditampung, dicacah, difermentasikan dan
diolah agar menjadi pupuk cair organik.
Cara
pencacahan sampahnya pun sudah dilakukan otomatisasi yaitu dengan menggunakan
mesin. Sedangkan kegiatan pengolahan menjadi pupuk cairnya dan packagingnya
masih dilakukan secara manual. Dapat dikatakan, langkah ini cukup efektif untuk
membuat sampah organik yang dibuang warga menjadi produk pupuk yang bernilai ekonomi
tinggi yang bermanfaat bagi tanaman. Bahkan saya optimis, pupuk cair organik
yang diproduksi Variegrow ini di tahun depan akan bisa diversifikasi ke pupuk organik
melalui pengomposan. Harapannya, brand pupuk organik yang saya
produksi melalui unit usaha Variegrow ini dapat menjadi ikon Kabupaten Kendal
dan profitnya dapat mensponspori kegiatan yang mendukung upaya kelestarian
lingkungan.
Ilustrasi: Pengomosan |
Pusat
Edukasi Pupuk Organik
Di tahun
2022 ini saya menginisiasi kelas rintisan bagi warga untuk mengedukasi dalam
pembuatan pupuk cair organik dengan memanfaatkan sampah dapur. Program ini
bertujuan agar warga dapat berperan aktif dalam memilah sampah di rumah
tangganya secara mandiri untuk mewujudkan visi zero waste di desa. Pemilahan sampah merupakan langkah awal agar kegiatan zero waste dapat
membudaya dari ranah domestik. Pada dasarnya, edukasi pembuatan pupuk cair organik
ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi sampah organik yang dapat berakibat
pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Melainkan, juga mengedukasi supaya warga
dapat memulai bisnis pupuk cair organik secara mandiri di rumahnya
masing-masing. Saya berharap desa saya ini dapat menjadi desa mandiri penghasil
pupuk cair organik yang komersial di pasaran. Selain itu, semoga saja usaha ini
dapat bersinergi dengan BUMDes sehingga menjadi salah satu unit bisnis yang
potensial. Dengan demikian, desa akan semakin berdaya secara perekonomian dan
semakin bersih lingkungannya.
Ilustrasi: Pengomposan |
Bayangkan saja,
apabila ada 80 persen desa di Indonesia yang memiliki usaha pengelolaan
sampah yang sampai dapat memproduksi pupuk cair organik dari sampah rumah
tangga, maka kita secara langsung bisa ikut berkontribusi mengatasi
permasalahan pupuk yang mahal dan tidak terbeli oleh petani. Mendukung proses
produksi pupuk organik berarti juga mendorong terciptanya sustainable business
dan membuka kesempatan untuk sektor green jobs di masyarakat. Pupuk cair
organik juga masih memiliki potensi pasar yang sangat besar di Indonesia.
Dengan penggunaan pupuk cair organik juga membantu mengembalikan kesuburban tanah
pertanian secara alami. Kita tahu bahwa hasil panen yang tidak maksimal juga
dipengaruhi oleh paparan zat kimiawi terus menerus yang telah mereduksi secara
fatal unsur hara dalam tanah.
Dengan unit
bisnis Variegrow ini, harapannya di desa saya tidak ada lagi warga yang membuang
sampah di sungai ataupun membakarnya. Semoga saja visi ini dapat terealisasi di
masa dengan agar lingkungan kita terus lestari. Tentunya, visi ini harus
terbukti secara kongkrit dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat
desa, sehingga mereka pada akhirnya dapat tergerak untuk melakukan hal yang
positif lainnya demi lingkungannya. Produk yang ramah lingkungan harus kita
dukung. Karena dengan mengganti produk tidak ramah lingkungan menjadi yang
ramah lingkungan, maka berarti kita sedang berusaha untuk menjadikan gaya hidup
zero waste menjadi culture. Sedangkan culture harus
dilakukan oleh khalayak yang luas agar aksi ini semakin berdampak signifikan. Untuk
membantu mengatasi perubahan iklim dan kerusakan tanah, kita dapat memulainya
dari desa. Salam Variegrow!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar