Sabtu, 13 Februari 2021

Tren Tanaman Hias dan Upaya Menyelamatkan Bumi

 

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang terjadi di tahun 2020 telah mengubah gaya hidup masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat yang semula memiliki tingkat mobilitas tinggi, kini mendadak bergerak perlahan bahkan terhenti demi mengurangi tersebarnya virus Covid-19. Virus ini telah membatasi gerak manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat pagebluk terjadi, gaya hidup masyarakat global pun berubah drastis termasuk dalam hal hobi.

Imbas seringnya aktivitas di rumah menyebabkan hobi menanam serta merawat tanaman menjadi meningkat. Baik itu menanam tanaman hias di teras atau pekarangan rumah, sampai ada juga yang berinisiatif membuat hidroponik dan aquascape. Ketiga hobi tersebut merupakan kegemaran masyarakat yang baru selama pandemi ini berlangsung. Sedangkan tulisan kali ini akan lebih membahas tentang tren tanaman hias dan fenomena bisnisnya.

Tren Global di Saat Pandemi

Tren Global di Saat Pandemi

Seperti kita ketahui, masyarakat Asia dan Eropa kini tengah dilanda demam tanaman hias saat pandemi ini terjadi. Indonesia pun menjadi negara yang terpengaruh oleh adanya tren global ini. Mungkin sebelum pandemi, masyarakat Indonesia masih jarang yang tahu tentang tanaman hias semacam Monstera andansonii alias janda bolong. Namun di sepanjang tahun 2020 ini, janda bolong seakan menjadi tanaman wajib orang-orang di pot pekarangan atau terasnya. Khalayak yang semula tidak mengikuti tren tanaman hias, kini menjadikannya sebagai hobi di rumah.

Uniknya, kini istilah variegata bukan menjadi hal yang asing di telinga publik. Bagi yang pernah menanam janda bolong atau jenis monstera lainnya, rata-rata mereka telah mengetahui tentang istilah bercak dan belang pada daun tersebut. Masyarakat pun sudah paham jika tanaman hias bercorak variegata ini mahal harganya di pasaran. Akibatnya, tutorial untuk membuat tanaman menjadi variegata secara buatan juga bermunculan di forum diskusi ataupun di media sosial.

Di sepanjang tahun 2020, beberapa jenis tanaman yang begitu populer di pasaran selain janda bolong yaitu aglonema (sri rejeki), sansivera (lidah mertua), caladium (kuping gajah), begonia dan jenis sukulen termasuk kaktus. Harganya pun cukup fantastis di tahun 2020 ini. Sedangkan di tahun 2021, kemungkinan beberapa tanaman hias yang disebut tadi masih akan merajai pasar tanaman hias nasional. Selain itu tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara pengekspor tanaman hias terbesar karena animo di masyarakat global begitu besar.

Tidak hanya penjual tanaman hias saja yang kecipratan rejeki dari bisnis ini. Para pengrajin pot tanaman berbahan semen, tanah liat dan plastik juga terimbas positif. Banyak pot tanaman cantik dan unik yang menjadi incaran para pecinta tanaman. Sekarang tanaman hias tidak hanya berpaku pada keindahan floranya saja, melainkan pada estetika pot yang menyokongnya. Selanjutnya, buku tentang seri tanaman hias juga kembali laris di pasaran semenjak tren ini meledak.

Kini istilah berkebun pun tidak hanya terpatok pada kegiatan menanam tanaman hias di pekarangan rumah. Definisinya menjadi meluas, sejalan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang turut hobi berkebun di teras atau ruangan terbatas pada apartemen, perumahan dan perkantoran. Tanaman hias kemudian menjelma menjadi gaya hidup yang sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat perkotaan dengan tingkat ekonomi mumpuni, yang kesehariannya berjibaku dengan rutinitas kantor. Beberapa penelitian ilmiah pun menyebutkan bahwa keberadaan tanaman hias ini sebagai dekorasi ruangan dapat mengurangi kadar stres.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), tercatat bahwa secara nasional ekspor tanaman hias pada periode Januari-April 2019 sebesar 1.470 ton atau senilai Rp.15 miliar. Jumlah ini naik 28,5% apabila dibandingkan dengan periode Januari-April 2018. Nilai ekspor ini kemungkinan terus naik di tahun 2020. Tanaman ini diekspor ke negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea, Belanda, Amerika, Inggris, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Kanada dan lain sebagainya.

Jenis tanaman seperti aglonema pun disebut-sebut akan menjadi primadona nomor wahid di tahun mendatang. Dari kesemua tanaman yang ngetren di tahun 2020, aglonema terbilang paling mudah perawatannya. Sekalinya sudah tumbuh, mereka akan berkembang biak dengan sendirinya baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Selanjutnya cukup disiram seminggu sekali mereka akan tetap bertahan hidup walaupun di musim kemarau sekali pun.

Jadi apabila dibandingkan dengan tanaman hias lain, aglonema akan tetap berjaya karena mudah perawatannya. Selain itu, manfaat dari aglonema secara ilmiah juga terbilang banyak, misalnya saja kemampuannya untuk menghilangkan polutan di dalam ruangan. Varietasnya yang beragam membuat tanaman ini tidak membosankan untuk dikoleksi. Dari kesemua jenis tanaman hias yang ada, jenis tanaman hias daun diprediksi akan merajai pasar nasional di tahun 2021 dan mengungguli tanaman hias bunga.

Upaya Menyelamatkan Bumi

Tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan menanam tanaman hias yang begitu viral di tahun 2020 sampai saat ini merupakan suatu aktivitas yang sangat ramah lingkungan. Aktivitas ini terbukti zero waste dan zero pollution, karena mirip dengan kegiatan konservasi serta reboisasi dalam lingkup yang lebih kecil. Dapat dikatakan, bisnis tanaman hias beserta hobinya telah menggerakkan roda perokonomian serta berkontribusi dalam melestarikan lingkungan, bahkan menyelamatkan bumi. Nampaknya, konsep dari bisnis tanaman hias ini sesuai dengan semangat “think globally, act locally” karena berisi usaha kecil guna menyelamatkan planet ini.

Sesuai dengan dokumen Lembar Fakta tentang Pekerjaan yang Layak dan Ramah Lingkungan (Green Jobs) di Indonesia, bahwa tren tanaman hias ini merupakan suatu peluang bisnis yang ramah lingkungan alias Green Jobs di masa depan. Bisnis tanaman hias harus kita dukung sepenuhnya karena selain bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani, juga mampu untuk melestarikan lingkungan. Jika hobi ini bisa dilakukan oleh semua rumah tangga atau tempat tinggal, maka berimplikasi besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sesuai dengan penelitian yang pernah saya lakukan di tahun 2013 untuk menyelesaikan skripsi tentang kejahatan lingkungan, saya menyimpulkan satu hal. Dalam perspektif green criminology, untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan tidak dapat dilakukan oleh upaya penegakan hukum formal saja. Melainkan, perlunya peran serta masyarakat agar saling menjaga lingkungan. Kejahatan lingkungan dan kerusakan lingkungan adalah problematika masyarakat bersama yang harus ditanggulangi dengan gerakan berupa green movement oleh warga. Istilah untuk masyarakat yang sadar akan kelestarian lingkungan serta berperan aktif dalam menjaganya adalah green police.

Berdasarkan perspektif green criminology tersebut, bahwa green jobs seperti bisnis tanaman hias merupakan wujud nyata dari implementasi green movement. Sedangkan para petani tanaman hias dan penghobinya dapat dikatakan sebagai green police karena punya kontribusi dalam pelestarian alam. Maka dari itu, peluang dalam bisnis tanaman hias ini harus ditekuni oleh anak muda di masa depan. Bisnis ini terbukti mampu membuat setiap rumah tangga peduli dengan lingkungan. Jika kita berkaca pada definisi green jobs dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bisnis tanaman hias ini adalah salah satu yang paling tepat dikembangkan. Hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut mendukung pelestarian lingkungan terutama pembatasan emisi gas rumah kaca, peminimalan polusi serta pelestarian ekosistem.

 


(Karya Penuis Tentang “Green Criminology”, 2014)


Belajar Dari Desa Pancasila

Kemajemukan merupakan identitas asli bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia dikaruniai dengan beragam suku serta budaya yang berbeda, serta tentunya multi agama yang wajib kita hormati. Kita perlu merefleksikan diri dan merenungi mengapa akhir-akhir ini masyarakat Indonesia saling bergesekan satu sama lain. Terutama saat sebelum dan setelah Pemilihan Umum (Pemilu), yang terlihat telah mereduksi nilai toleransi di antara khalayak. Pemilu 2019 telah usai dan kini saatnya kita merekatkan kembali nilai Bhinneka Tunggal Ika di masyarakat.

Perihal toleransi, kita perlu belajar dan berkaca pada salah satu desa di Indonesia. Dari kampung ini, kita bisa belajar tentang #MeyakiniMenghargai serta indahnya kebersamaan walau berbeda. Desa Balun yang dijuluki sebagai Desa Pancasila yang terletak di Lamongan, Jawa Timur ini adalah potret kerukunan yang seharusnya tampak di tanah air tercinta. Desa yang telah dikukuhkan sebagai destinasi wisata religi oleh pemerintah ini berisi pemeluk dari plural agama yang hidup berdampingan secara guyub. Bila terus dilestarikan, desa ini bisa menjadi gerak hati bagi wilayah-wilayah lainnya di Indonesia seraya semangatnya dapat meluas.

Bayangkan saja, jika setiap kabupaten di Indonesia terdapat potret Desa Pancasila serupa ini. Tentunya hal ini sangat mencerminkan nilai keindonesiaan yang perlu dilestarikan. Tidak hanya hidup bersatu hati, namun pemerintah juga bisa menjadikannya sebagai potensi objek wisata desa berbudaya. Bisa jadi, inilah keunggulan sebenarnya yang dimiliki oleh Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Sehingga kedepannya berpotensi memukau minat wisatawan domestik maupun asing.

Di Desa Balun yang telah menjadi ikon Kota Lamongan tersebut tersohor dengan kegiatan kebudayaannya seperti pawai Ogoh-ogoh yang merupakan magnet besar wisatawan. Kerukunan antar umat beragama dalam satu desa ini potensi besar bagi desa wisata sehingga kedepannya menjadi tonggak kemandirian, kebangkitan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan fakta dan fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa kontrol sosial dalam Desa Pancasila terbilang begitu solid serta masif. Sesuai dengan teori kontrol sosial yang dikemukakan oleh sosiolog Travis Hirschi, bahwa keempat elemen ikatan sosial yaitu keterikatan, komitmen, keterlibatan dan kepercayaan di Desa Pancasila terbukti berjalan optimal. Dapat dilihat dari para anggota masyarakat desa tersebut memiliki keterikatan bersama untuk membangun publik yang rukun dan toleran. Komitmennya kuat karena warganya memiliki tanggung jawab yang teguh terhadap aturan yang telah disepakati bersama. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kelompok tercermin dari semangat gotong-royongnya di semua dimensi kehidupan. Kepercayaan yang terpatri di masyarakatnya adalah toleransi serta silaturahmi untuk menyatukan distingsi yang ada.

Apresiasi Pemerintah

Spirit dari Desa Pancasila ini juga telah mendapatkan pengayoman dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) karena dinilai dapat mereduksi doktrin terorisme dan radikalisme yang akan masuk ke pedesaan. Kepala BNPT Komjen Boy Rafli mengatakan bahwa paham terorisme dan radikalisme akan dapat tertolak apabila sebuah desa dibangun dengan mengedepankan jiwa Pancasila dan toleransi. Hal ini tercermin nyata dalam Desa Pancasila.

Kini eksistensi Desa Pancasila setiap tahunnya kian bertambah. Pada tahun 2020 silam, BNPT juga turut merancang Desa Pancasila yang berlokasi di Kabupaten Pohuwanto, Gorontalo. Dengan didirikannya Desa Pancasila, harapan kedepannya adalah dapat memerangi dogma terorisme dan radikalisme di Indonesia. Selain itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sendiri menyebut Desa Pancasila ini sebagai 'Desa Surga' karena penuh dengan semangat kebhinekaan, hidup rukun dan saling hormat-menghormati.

Konsep Ketahanan Sosial

Solidaritas sosial dalam Desa Pancasila erat kaitannya dengan silaturahmi. Silaturahmi sendiri merupakan cara untuk meredam konflik dalam tubuh masyarakat. Kalau menurut Husein Ja’far Al Hadar dalam bukunya yang berjudul “Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta?!”—bisa diunduh secara digital di website Convey Indonesia, bahwa silaturahmi adalah jangkar ketahanan sosial yang mampu menahan segala kemungkinan terjadinya problem sosial. Silaturahmi terbukti efektif bisa membuat yang berbeda tetap bersama.

Bila ditelaah dengan kajian kriminologi, Desa Pancasila ini merupakan wujud implementasi nyata dari konsep community (based) crime prevention atau pencegahan kejahatan berbasis komunitas. Artinya, masyarakat ikut serta dan berkohesi guna menciptakan kontrol sosial serta tentunya upaya strategi pencegahan kejahatan di lingkungannya. Nauta (1974), Nixon (1979), serta Zander (1979), yang telah dikemukakan dalam tulisan kriminolog Mohammad Kemal Dermawan (1995), menyebutkan bahwa konsep tentang kohesi (kerekatan) sosial merupakan elemen penting dari kontrol sosial informal. Selanjutnya, Dermawan (1995) juga menyebutkan bahwa pembentukan komunitas merupakan hal yang penting guna membentuk kedekatan fisik dalam menciptakan kontrol sosial informal di lingkungan masyarakat itu sendiri.

Secara definitif, community (based) crime prevention merupakan upaya atau strategi yang bertujuan untuk meredam dan menekan potensi kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas masyarakat. Perlu diketahui, untuk memaksimalkan strategi pencegahan kejahatan dibutuhkan keterlibatan dan peran serta aktif dari masyarakat. Hal ini dikarenakan, setiap kegiatan kolektif di dalam masyarakat akan sangat berimplikasi pada usaha pencegahan kejahatan, termasuk di dalamnya menangkal ajaran radikalisme.

Tidak hanya itu, apabila kita lihat dari perspektif pemberantasan korupsi, Desa Pancasila juga merepresentasikan nilai-nilai antikorupsi yang telah digaungkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK sebelumnya telah menetapkan sembilan nilai antikorupsi, sedangkan yang paling relevan dengan semangat Desa Pancasila ini adalah pada poin kepedulian dan tanggung jawab. Untuk menciptakan kohesi sosial yang rekat dalam perbedaan, sangat diperlukan sikap kepedulian yang merasuk ke dalam relung jiwa anggotanya. Begitu pula nilai toleransi yang termasuk dalam aspek kepedulian. Dapat dikatakan, Desa Pancasila ini tidak hanya menjadi desa dengan kadar toleransi yang tinggi, namun juga menjadi “Desa Antikorupsi”.

Sekali lagi, kita butuh lebih banyak Desa Pancasila di Indonesia ini. Mungkin nantinya bisa meluas menjadi “Kecamatan Pancasila”, “Kabupaten Pancasila” bahkan “Negara Pancasila” yang seutuhnya. Ini adalah mimpi besar kita semua dari sebuah desa kecil yang tidak hentinya menebar inspirasi toleransi di Indonesia tercinta ini.

Kamis, 07 Januari 2021

Pesona Tanaman Hias Variegata

Tanaman hias semakin laris saat masyarakat global tengah dilanda pandemi Coronavirus disease (Covid-19) di tahun 2020. Masyarakat kini menjadi gemar melakukan aktivitas hobi di rumah seperti merawat tanaman hias sampai kegiatan outdoor layaknya bersepeda. Untuk tanaman hias sendiri, pertumbuhan bisnisnya dipacu oleh kelompok kelas menengah dan kelas menengah atas yang cenderung banyak membelanjakan uangnya pada sektor ini. Rata-rata, pada masyarakat kelas ini membeli tanaman hias yang cukup mahal ini guna mengusir kepenatan di masa pagebluk. Mungkin saja dengan animo masyarakat yang begitu besar terhadap tanaman hias ini, ke depannya akan membuat ekspor bibit dan tanaman hias juga akan meningkat di tahun 2021 ini.

Dari ke semua tanaman hias yang menjadi tren di Indonesia, ada satu jenis tanaman yang begitu dicari dan digemari oleh khalayak. Tanaman itu adalah variegata (variegation) yang terjadi karena adanya kelainan mutasi genetik di alam, sehingga daun yang tumbuh memiliki corak warna yang berbeda dengan warna asli daun. Misalnya saja, apabila daun asli tanaman tersebut berwarna hijau, maka kelir variegatanya punya corak lain seperti putih. Adapula yang mengatakannya sebagai tanaman albino karena coraknya yang tak biasa dan terbilang langka. Selain pada daun, variegata juga terkadang terjadi pada batang tanaman.

Di samping itu, kemunculan corak variegata juga disebabkan oleh paparan zat kimia baik disengaja (laboratorium) maupun tidak. Kondisi ini dikategorikan sebagai kemunculan yang tidak alami. Biasanya usia varegata akibat paparan zat kimia ini tidak permanen dan berlangsung sekitar beberapa bulan saja. Setelah itu, jika kondisinya sudah stabil daun akan tumbuh seperti sediakala. Sedangkan variegata yang alami cenderung muncul di sebagian besar daun, sedangkan yang tidak alami muncul hanya di bagian daun tertentu saja.

Para ahli juga telah meneliti bahwa infeksi oleh virus pada tanaman juga dapat menyebabkan terjadinya corak variegata. Misalnya saja pada kasus virus mosaik yang menyebabkan daun tembakau menjadi bercorak. Virus pada tanaman ini dapat menyebabkan munculnya pola ciri infeksi pada permukaan daun. Kekurangan unsur hara dan nutrisi tertentu juga dapat menyebabkan munculnya corak ini. Selain itu masih banyak jenis-jenis variegata lain yang biasanya juga terjadi pada tanaman hias aroids.

Secara umum, kemunculan corak variegata ini adalah kondisi yang amatlah jarang. Walau di beberapa negara sudah banyak dikembangkan dengan metode kultur jaringan, namun nyatanya masih sulit untuk menemukan variegata di pasaran. Pesonanya pun semakin ke sini semakin menjadi daya tarik pehobi. Bahkan negara Thailand pun telah berhasil mengembangkan variegata buatan dengan corak yang permanen. Daya pikat tanaman hias variegata ini tentunya terletak pada faktor kelangkaan dan keunikan corak daunnya yang belum tentu dimiliki oleh keturunan dari indukannya.

Jenis tanaman hias variegata yang kini begitu digemari oleh masyarakat Indonesia adalah yang rata-rata tergolong dalam famili Araceae alias arum yang subur di daerah tropis. Tanaman-tanaman dari famili ini dikenal secara umum sebagai tanaman aroids, walau pun subfamili Araceae cukup banyak jenisnya seperti Gymnostachydoideae, Orontioideae, Lemnoideae, Pothoideae, Monsteroideae, Lasioideae, Zamioculcadoideae dan Aroideae. Sedangkan yang paling ngetren di tahun 2020 silam adalah monstera, apalagi yang bercorak variegata. Bahkan para pecinta tanaman yang baru pun langsung mengincar tanaman hias aroids variegata tersebut.

Terutama kelompok masyarakat dari kelas menengah dan menengah atas yang rela merogoh koceknya untuk mengoleksi tanaman hias aroids variegata ini. Hobi berkebun kini menjadi hobi yang digemari masyarakat perkotaan yang bahkan tinggal di apartemen bertingkat dengan lahan menanam yang terbatas. Menanam tanaman hias bagi masyarakat perkotaan kini berubah menjadi gaya hidup baru semenjak adanya pandemi Covid-19 pada tahun 2020 silam. Permintaan di masyarakat yang tinggi terhadap tanaman hias aroids variegata ini menyebabkan harganya cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman hias sejenis. Bahkan harga tanaman variegata tersebut bisa mencapai sepuluh kali lipat dari tanaman yang biasanya.

Secara visual, corak variegata punya pesona tersendiri. Pola mutasi pada daun tanaman aroids begitu unik sekaligus indah. Keunikannya sulit untuk disamai oleh tanaman lain. Bahkan di tahun 2021 ini, tanaman variegata akan masih menjadi incaran para kolektor dan pecinta tanaman hias. Bahkan di pusat tanaman hias dunia seperti Thailand pun harganya masih tinggi akibat permintaannya yang banyak di seluruh dunia. Kepopuleran tanaman hias yang mengalami mutasi genetik ini diperkirakan akan terus ada sampai kapan pun.

Jumat, 25 Desember 2020

Bisnis Tanaman Hias Diprediksi Masih Berjaya di 2021

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang terjadi di tahun 2020 telah mengubah gaya hidup masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat yang semula memiliki tingkat mobilitas tinggi, kini mendadak bergerak perlahan bahkan terhenti demi mengurangi tersebarnya virus Covid-19. Virus ini telah membatasi gerak manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat pagebluk terjadi, gaya hidup masyarakat global pun berubah drastis termasuk dalam hal hobi.

Imbas seringnya aktivitas di rumah menyebabkan hobi menanam serta merawat tanaman menjadi meningkat. Baik itu menanam tanaman hias di teras atau pekarangan rumah, sampai ada juga yang berinisiatif membuat hidroponik dan aquascape. Ketiga hobi tersebut merupakan kegemaran masyarakat yang baru selama pandemi ini berlangsung. Sedangkan tulisan kali ini akan lebih membahas tentang tren tanaman hias dan fenomena bisnisnya.

Seperti kita ketahui, masyarakat Asia dan Eropa kini tengah dilanda demam tanaman hias saat pandemi ini terjadi. Indonesia pun menjadi negara yang terpengaruh oleh adanya tren global ini. Mungkin sebelum pandemi, masyarakat Indonesia masih jarang yang tahu tentang tanaman hias semacam Monstera andansonii alias janda bolong. Namun di sepanjang tahun 2020 ini, janda bolong seakan menjadi tanaman wajib orang-orang di pot pekarangan atau terasnya. Khalayak yang semula tidak mengikuti tren tanaman hias, kini menjadikannya sebagai hobi di rumah.

Uniknya, kini istilah variegata bukan menjadi hal yang asing di telinga publik. Bagi yang pernah menanam janda bolong atau jenis monstera lainnya, rata-rata mereka telah mengetahui tentang istilah bercak dan belang pada daun tersebut. Masyarakat pun sudah paham jika tanaman hias bercorak variegata ini mahal harganya di pasaran. Akibatnya, tutorial untuk membuat tanaman menjadi variegata secara buatan juga bermunculan di forum diskusi ataupun di media sosial.

Di sepanjang tahun 2020, beberapa jenis tanaman yang begitu populer di pasaran selain janda bolong yaitu aglonema (sri rejeki), sansivera (lidah mertua), caladium (kuping gajah), begonia dan jenis sukulen termasuk kaktus. Harganya pun cukup fantastis di tahun 2020 ini. Sedangkan di tahun 2021, kemungkinan beberapa tanaman hias yang disebut tadi masih akan merajai pasar tanaman hias nasional. Selain itu tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara pengekspor tanaman hias terbesar karena animo di masyarakat global begitu besar.

Tidak hanya penjual tanaman hias saja yang kecipratan rejeki dari bisnis ini. Para pengrajin pot tanaman berbahan semen, tanah liat dan plastik juga terimbas positif. Banyak pot tanaman cantik dan unik yang menjadi incaran para pecinta tanaman. Sekarang tanaman hias tidak hanya berpaku pada keindahan floranya saja, melainkan pada estetika pot yang menyokongnya. Selanjutnya, buku tentang seri tanaman hias juga kembali laris di pasaran semenjak tren ini meledak.

Kini istilah berkebun pun tidak hanya terpatok pada kegiatan menanam tanaman hias di pekarangan rumah. Definisinya menjadi meluas, sejalan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang turut hobi berkebun di teras atau ruangan terbatas pada apartemen, perumahan dan perkantoran. Tanaman hias kemudian menjelma menjadi gaya hidup yang sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat perkotaan dengan tingkat ekonomi mumpuni, yang kesehariannya berjibaku dengan rutinitas kantor. Beberapa penelitian ilmiah pun menyebutkan bahwa keberadaan tanaman hias ini sebagai dekorasi ruangan dapat mengurangi kadar stres.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), tercatat bahwa secara nasional ekspor tanaman hias pada periode Januari-April 2019 sebesar 1.470 ton atau senilai Rp.15 miliar. Jumlah ini naik 28,5% apabila dibandingkan dengan periode Januari-April 2018. Nilai ekspor ini kemungkinan terus naik di tahun 2020. Tanaman ini diekspor ke negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea, Belanda, Amerika, Inggris, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Kanada dan lain sebagainya.

Jenis tanaman seperti aglonema pun disebut-sebut akan menjadi primadona nomor wahid di tahun mendatang. Dari kesemua tanaman yang ngetren di tahun 2020, aglonema terbilang paling mudah perawatannya. Sekalinya sudah tumbuh, mereka akan berkembang biak dengan sendirinya baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Selanjutnya cukup disiram seminggu sekali mereka akan tetap bertahan hidup walaupun di musim kemarau sekali pun.

Jadi apabila dibandingkan dengan tanaman hias lain, aglonema akan tetap berjaya karena mudah perawatannya. Selain itu, manfaat dari aglonema secara ilmiah juga terbilang banyak, misalnya saja kemampuannya untuk menghilangkan polutan di dalam ruangan. Varietasnya yang beragam membuat tanaman ini tidak membosankan untuk dikoleksi. Dari kesemua jenis tanaman hias yang ada, jenis tanaman hias daun diprediksi akan merajai pasar nasional di tahun 2021 dan mengungguli tanaman hias bunga.

Lulus, 35 Peserta Akademi Jurnalistik Lawan Korupsi 2020

 



Sebanyak 35 wisudawan mengikuti wisuda Akademi Jurnalis Lawan Korupsi (AJLK) 2020 yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka adalah Jurnalis professional dan Jurnalis warga yang mengikuti pelatihan dan menyelesaikan tugas akhir program ini.

Pelaksana harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati menyampaikan rasa bangga kepada para wisudawan yang berhasil menjalani kelas intensif selama 8 hari di AJLK 2020. 

“Di awali sebuah perbincangan untuk memantapkan program AJLK 2019, terus terang kami, di Biro Humas khususnya pemberitaan, kaget dengan antusias yang setinggi ini dalam program AJLK 2020,” ungkap Yuyuk dalam pembukaan wisuda daring secara langsung melalui YouTube KPK RI, (11/12).

Yuyuk menyampaikan, sebanyak 1134 karya harus dibaca satu persatu dengan teliti hingga terpilih 35 yang mengikuti kelas intensif Oktober lalu. Yuyuk menyampaikan rasa bangga dan apresiasi terhadap semangat dan kerja keras semua peserta.

Adapun 35 wisudawan tersebut terdiri dari 14 jurnalis, 6 jurnalis warga, 4 peneliti, 4 pegiat LSM, 3 mahasiswa, 2 dosen, 1 guru, serta 1 orang ASN.

Program AJLK 2020 diselenggarakan oleh KPK sebagai akademi belajar antikorupsi secara daring.

Terkait dengan tugas akhir yang ditelah disusun oleh para peserta, Yuyuk sangat mengapresiasi tugas tersebut yang begitu beragam. Menurutnya ide yang banyak diangkat begitu menarik dengan tidak terbatas pada platform sosial media saja tetapi juga sampai mengangkat budaya lokal.

“Saya berharap inisiatif ini bisa terus berjalan meskipun AJLK telah berakhir, saya berharap ini bisa menjadi terobosan baru dalam kampanye dan sosialisasi antikorupsi,” terangnya.

Selain itu, salah satu juri AJLK 2020 Okky Madasari juga menyampaikan rasa bangga dan optimis bahwa seluruh peserta akan memberikan kontribusi yang nyata di masyarakat terutama dalam upaya pemberantasan korupsi.

Dari 35 wisudawan AJLK, terpilih lima wisudawan dengan ide terbaik menurut tim dewan juri AJLK 2020, yaitu Ayu Kusuma Pertiwi, Fajar K Nugraha, Korneles Materay, Sharon Patricia & Ira Vera Tika, serta Theofani Zahra. Kegiatan wisuda secara daring tersebut kemudian ditutup dengan penampilan dari grup music Hivi.


Sumber: https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1995-lulus-35-peserta-akademi-jurnalistik-lawan-korupsi-2020

Senin, 16 November 2020

Edukasi Antikorupsi Melalui Toilet Kejujuran

 


Ikhtiar pencegahan korupsi merupakan suatu hal yang perlu ada di seluruh lapisan masyarakat. Strategi pemberantasan korupsi memerlukan kombinasi yang tepat antara Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan konsistensi pencegahan supaya hasilnya dapat optimal. Bila OTT adalah kewenangan dari para penegak hukum, maka pencegahan korupsi bisa dilakukan oleh siapa pun termasuk diri kita sendiri. Kita sebagai masyarakat tentu dapat turut berkontribusi dalam inisiatif pencegahan korupsi, sekecil apa pun itu.

Bila dilihat beberapa tahun ke belakang, format pencegahan korupsi yang cukup populer di masyarakat adalah sebuah inisiatif berupa kantin kejujuran. Kantin kejujuran ini merupakan sebuah gerakan pencegahan korupsi yang digaungkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak tahun 2007. Edukasi antikorupsi melalui kantin kejujuran ini sebagian besar menyasar kepada sekolah-sekolah dari mulai Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Tak hanya pada ranah pendidikan, lembaga pemerintah sampai kantor swasta pun sampai saat ini masih ada yang menerapkan kantin kejujuran.

Keberhasilan kantin kejujuran ini merupakan sebuah bukti adanya harapan bahwa integritas di masyarakat kita masih ada. Kantin kejujuran biasanya akan berhasil dan bertahan lama apabila adanya ikatan saling memiliki yang kuat antar anggota atau konsumennya terhadap fasilitas kantin. Perlu ditekankan, untuk membangun supaya kantin kejujuran dapat berhasil juga bukan perkara yang mudah dan instan. Perlu waktu yang cukup lama supaya konsumen kantin kejujuran merasa sangat perlu untuk berlaku jujur ketika membeli suatu barang. Sampai pada akhirnya kejujuran ini dapat menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Selain itu perlu usaha ekstra dalam mengingatkan pemakai kantin kejujuran apabila omzet dagangan tidak sebanding dengan barang yang terbeli. Semuanya perlu proses yang panjang.

Meskipun dalam praktiknya terdapat banyak tantangan dalam mengimplementasikan kantin kejujuran, namun ternyata dampaknya cukup signifikan apabila diterapkan di masyarakat. Nilai penting dari pelaksanaan kantin kejujuran yakni mengajarkan secara langsung sikap tanggung jawab dan jujur tatkala konsumen ingin membeli produk walau tanpa ada penjaganya sekali pun. Artinya, kantin kejujuran akan membentuk mutualisme beserta rekatnya kohesi komunitas dalam suatu masyarakat.

Saat memanfaatkan kantin kejujuran, budaya self-service atau self-order juga akan turut tumbuh karena masyarakat distimulus untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab. Dalam ranah perniagaan, kantin kejujuran telah terbukti bermanfaat dalam mengefisiensi biaya operasional sebab tidak perlu manpower yang berlebih. Dari sisi hubungan antar personal pengguna kantin, tentunya akan terjalin perasaan kebersamaan.

Inovasi Edukasi Antikorupsi

Setelah lahirnya kantin kejujuran, dapat dilihat bahwa edukasi antikorupsi yang barbasis pada fasilitas publik cukup berdampak positif kepada masyarakat. Di luar sana, masih banyak fasilitas publik yang belum tersentuh dan dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai sarana edukasi antikorupsi. Padahal, apabila fasilitas publik tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tepat maka akan cukup memberikan kontribusi positif terhadap semangat pemberantasan korupsi di Indonesia.

Selain pusat perniagaan, area publik yang pada dasarnya cukup signifikan untuk dibuat sebuah proyek sosial edukasi antikorupsi adalah toilet umum. Kita tahu bahwa toilet umum di Indonesia masih banyak yang dipungut tarif dalam penggunaannya. Sebagian besar juga masih ditunggu oleh penjaga yang duduk di belakang kotak yang berisi uang tarif. Kondisinya pun sebagian besar masih ala kadarnya. Seandainya apabila toilet umum ini bisa dibuat sebuah proyek edukasi antikorupsi, maka kemungkinan akan ada perubahan signifikan yang terjadi pada toilet umum di Indonesia.

Dengan mengadopsi konsep dari kantin kejujuran, maka hal serupa juga dapat diterapkan pada toilet umum. Toilet kejujuran dapat menjadi inovasi dalam edukasi antikorupsi pada fasilitas yang digunakan bersama tersebut. Secara teknis, toilet kejujuran dapat dilakukan pada toilet umum, baik itu di daerah pusat perbelanjaan, sekolah, instansi pemerintahan, kantor swasta, terminal, stasiun, bandara, pelabuhan, tempat wisata sampai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Nantinya, setiap toilet umum yang dikonsepkan (branding) sebagai toilet kejujuran akan memberikan pengumuman bahwa toilet tersebut akan berisi pesan dan semangat antikorupsi di dalamnya. Baik itu dapat berupa kutipan tokoh sampai pada narasi yang membangun pola pikir masyarakat tentang bahaya korupsi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apabila toilet umum tersebut memang ada penjaganya dan menetapkan tarif seperti di terminal ataupun di SPBU, maka harapannya nanti tidak perlu ada penunggunya lagi. Nantinya masyarakat akan diajarkan untuk berperilaku mandiri, jujur dan bertanggung jawab tatkala menggunakan fasilitas toilet kejujuran ini. Tak hanya itu, toilet kejujuran tersebut juga akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang kebutuhan kamar mandi yang berbayar seperti misalnya tisu kering, tisu basah, pembalut, popok bayi dan sabun mandi. Pengguna toilet kejujuran dapat memanfaatkan fasilitas tambahan tersebut dengan membayar sesuai dengan daftar harga yang tertera.

Pelaksanaan toilet kejujuran dengan tambahan fasilitas berbayar ini tercatat pernah dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta sejak tahun 2015. Di SD tersebut, toilet kejujurannya menyediakan kebutuhan pembalut hingga celana dalam yang dapat digunakan oleh siswi ketika mengalami haid di lingkungan sekolah. Sistem pembayarannya pun cukup kekinian yaitu dengan e-money. Selain menanamkan nilai integritas, toilet kejujuran di SD tersebut juga mampu menumbuhkan sikap mandiri dan menyadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan pribadi. Tak hanya berpengaruh pada budaya antikorupsi saja, toilet kejujuran juga berdampak positif pada budaya hidup sehat di lingkungan masyarakat.

Hal senada juga dilakukan oleh SMA NU 03 Muallimin Weleri, Kendal. SMA tersebut pada tahun 2020 ini telah menerapkan program toilet kejujuran yang bekerjasama dengan komunitas antikorupsi “Swadaya Kendal”. Melalui program yang diberi nama “Toilet Amanah” ini, SMA NU 03 Muallimin Weleri menjadi pilot project dalam implementasi program toilet kejujuran di lingkungan pendidikan Kabupaten Kendal. Tujuannya ialah untuk menanamkan nilai integritas dan tanggung jawab saat memanfaatkan fasilitas publik, khususnya di toilet umum. Toilet umum tentunya dapat menjadi sarana edukasi supaya masyarakat sadar akan pentingnya sikap tanggung jawab dan jujur ketika menggunakan fasilitas publik.

Ada anggapan yang menyatakan bahwa kebersihan masyarakat bisa dilihat dari kondisi toilet umumnya. Pernyataan tersebut ada benarnya juga. Toilet umum dapat menjadi representasi kualitas kebersihan masyarakat di suatu daerah. Selain itu, ada nilai-nilai tanggung jawab dan keterikatan antar anggota komunitas ketika menggunakan fasilitas umum. Semua itu dapat tercermin pada kondisi toilet umum tersebut.

Tanggung Jawab Terhadap Fasilitas Publik

Toilet kejujuran tidak hanya berdampak positif terhadap perubahan perilaku manusia ke arah antikorupsi saja. Namun, secara nyata program ini juga turut menjaga serta merawat sarana dan prasarana di toilet umum. Masyarakat diharapkan dapat berperilaku tanggung jawab dan jujur dalam memanfaatkan fasilitas publik ini sesuai dengan nilai-nilai antikorupsi. Tak hanya itu, toilet kejujuran juga akan membuat fasilitas pada toilet umum menjadi lebih lengkap. Sebagai sarana edukasi masyarakat untuk membudayakan kejujuran dan tanggung jawab, toilet kejujuran perlu menjadi program nasional seperti halnya kantin kejujuran.

Toilet kejujuran ingin mengedukasi supaya masyarakat semua dapat ambil peran dalam menjaga kebersihan toilet umum. Sekali lagi, fasilitas publik termasuk toilet umum merupakan tanggung jawab kita bersama. Terawat atau tidaknya adalah tanggung jawab kita semua sebagai anggota masyarakat.


Sabtu, 17 Oktober 2020

Tahun 86, Ada Apa?

 

Indonesia mempunyai tahun-tahun penting yang akan terus terekam di ingatan kolektif masyarakat. Jika ditanya, khalayak tentu akan mengingat tahun-tahun krusial seperti 1945, 1965 dan 1998 yang kental dengan distingsi perkara sosial-politik yang serius. Di luar perihal sosial politik tersebut, ada juga warsa-warsa prinsipil yang penuh dengan euforia spektaluler. Misalnya saja pada tahun 1986 di mana Indonesia nyaris saja masuk ke dalam Piala Dunia dengan tuan rumah Meksiko. Tentu kebanyakan orang Indonesia bungah sekali kala itu.

Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela pun sempat menyebut bahwa olahraga adalah merupakan peranti yang bisa menyatukan sebuah bangsa. Bahkan menurut Mandela, olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Kita tahu bahwa olahraga yang paling tersohor dan masih menjadi nomor wahid di Indonesia ialah sepak bola. Sampai sekarang ini, mayoritas masyarakat Indonesia masih kepingin Indonesia menjadi kampiun di Piala Dunia.

Berbagai siasat dan probabilitas telah ditempuh Indonesia supaya bisa menjadi kontestan Piala Dunia. Namun yang paling mendekati realitas yaitu pada tahun 1986. Kala itu, Indonesia masuk ke dalam grup kualifikasi Piala Dunia dan ada pada zona 3B Konfederasi Sepak Bola Asia alias AFC bersama India, Bangladesh hingga Thailand. Walau dibilang berisi pemain jempolan, Timnas asuhan Sinyo Aliandoe tersebut pada akhirnya bertekuk lutut saat menghadapi Korea Selatan, ketika memasuki babak kedua Zona B AFC. Pupus sudah harapan bangsa Indonesia untuk masuk ke dalam kontestasi Piala Dunia itu.

Setelah mengundi keberuntungan di turnamen kualifikasi Piala Dunia, Timnas Indonesia masih punya intensi besar di turnamen di Asian Games 1986. Akhirnya Timnas berhasil menapaki babak semifinal Asian Games 1986. Tak berhenti di situ, pada ajang South East Asian (SEA) Games 1987, Merah Putih pun berkibar di perhelatan internasional tersebut. Indonesia meraih medali emas setelah menaklukkan Malaysia di partai final. Beberapa pengamat sepak bola pun menyebut Timnas Indonesia bentukan tahun 1986 merupakan yang paling perkasa sejauh ini, jika hasilnya dilihat dari trofi antarbangsa.

Di samping itu, di tahun 1986 Indonesia juga tercatat telah menjadi tuan rumah untuk Far East and South Pasific Games for the Disabled (Fespic Games), yakni cikal bakal Asian Para Games. Kota Surakarta dipilih sebagai lokasi penyelenggaran perhelatan tersebut. Sarana dan prasarana pun dipersiapkan guna menunjang kejuaraan sport internasional itu, mulai dari renovasi sampai peremajaan Stadion Sriwedari. Boleh dikatakan, tahun 1986 merupakan tahun-tahun istimewa bagi performa olahraga nasional.

Di ranah sains pun Indonesia juga memiliki prestasi yang membesarkan hati. Pratiwi Sudarmono terpilih sebagai astronot perempuan pertama di Indonesia dan Asia, yang diberi misi untuk terbang ke luar sawang langit. Di tahun 1986, Pratiwi memang dijadwalkan akan mengangkasa. Namun pada tanggal 28 Januari 1986, telah terjadi insiden meledaknya pesawat ulang-alik Challenger. Atas kejadian itu, seluruh penerbangan ke luar bumi menjadi dibatalkan. Walau tak sempat ke luar bumantara, prestasi Pratiwi telah menjadi torehan sejarah yang tak terlupakan.

Lalu bagaimana dengan situasi jagat internasional pada tahun 1986? Ada beberapa afair yang langsung berhubungan dengan Indonesia, misalnya insiden pesawat ulang-alik Challenger yang membuat astronot kebanggan Indonesia gagal bertugas. Adapula peristiwa esensial yang terjadi di tahun 1986 dan berimplikasi ke Indonesia beberapa tahun setelahnya.

Peristiwa global yang paling prominen di tahun 1986 adalah gerakan sosial people power, yang pertama kali terjadi di Filipina pada bulan Februari. Revolusi sosial damai ini berlangsung sebagai akibat dari protes rakyat Filipina yang melawan Presiden Ferdinand Marcos, di mana telah bertakhta selama dua dasawarsa. Demonstrasi rakyat yang diinisiasi oleh Corazon Aquino --istri pemimpin oposisi Benigno Aquino Jr, itu meminta secara paksa agar presiden Marcos turun.

Kejadian di Filipina ini tentunya turut berimbas ke Indonesia beberapa tahun setelahnya. Pada Mei 1998, rezim Presiden Soeharto terguling karena dipicu oleh demo besar mahasiswa dan rakyat semacam itu, terlebih juga buntut dari adanya krisis moneter sejak Juli 1997.

Selain itu, 1986 selalu identik dengan detonasi reaktor Chernobyl di Ukrainia. Peristiwa ini dinobatkan sebagai kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Tragedi ini terjadi pada tanggal 26 April 1986 di pagi hari waktu Uni Soviet/Ukraina dan menyebabkan tersebarnya isotop radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat serta Eropa. Akhirnya ribuan penduduk diungsikan ke kota lain yang jauh dari jangkauan radiasi.

Tahun 1986 merupakan tahun yang mencatat peristiwa penting bagi Indonesia dan dunia. Kita lihat, banyak alterasi yang terjadi secara sosial, politik dan saintifik pada tahun tersebut. Kita tidak tahu apakah tahun 2020, sekarang ini, akan menjadi tahun yang bersejarah bagi Indonesia atau tidak. Tapi yang pasti, tahun ini dunia mengalami transformasi yang besar ekses pandemi virus COVID-19. Dan di Indonesia sendiri, telah menjadi negara yang paling terdampak akibat pagebluk tersebut. Kini, di penghujung 2020, situasi sosial kembali memanas di Indonesia setelah disahkannya RUU Cipta Kerja yang dinilai tak adil pada klaster tenaga kerja dan tentu berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Dengan segala sengkarutnya, mungkin saja tahun 2020 akan begitu bersejarah di Indonesia di kemudian hari. Mungkin sekali.