Kriteria Bradford Hill mencakup sembilan sudut pandang (pertimbangan) yang digunakan untuk mengevaluasi bukti epidemiologi manusia untuk menentukan apakah penyebab dapat disimpulkan melalui: kekuatan, konsistensi, spesifisitas, temporalitas, gradien biologis, masuk akal, koherensi, eksperimen, dan analogi.
1.
Strength of Association
Besar angka
yang menunjukkan seberapa kuat hubungan paparan dan kejadian penyakit. Semakin
besar angka, menunjukkan semakin kuat hubungan dan menyatakan bahwa hubungan
tersebut bersifat kausalitas.
Ukuran
untuk menilai hubungan paparan dan penyakit berupa Resiko Relatif (RR) atau Rasio
Odds (OR). Kriteria kekuatan asosiasi bersifat mutlak untuk menunjukkan
suatu penelitian bersifat kausalitas.
Kata
kuncinya adalah: “Semakin kuat hubungannya, semakin mungkin sebab akibat”
Contoh:
Dalam kasus perilaku merokok dengan munculnya penyakit jantung koroner.
Berdasarkan kriteria ini, maka hubungan antara perilaku merokok dengan munculnya
penyakit jantung koroner adalah kuat.
2.
Biologic Credibility (Biologic Plausibility)
Melalui
biologi, dapat dijelaskan runtutan kejadian suatu penyakit (tidak bertentangan
dengan ilmu biologi). Kriteria ini juga bersifat mutlak untuk menunjukkan
penelitian memiliki hubungan kausalitas.
Kata
kuncinya adalah: “Sebab akibat dapat dijelaskan mekanismenya”
Contoh:
Pada contoh, penyakit kanker paru. Penyakit ini diawali dengan masuknya asap
rokok yang memiliki kadar nikotin ke dalam ke paru-paru penderita. Nikotin yang
masuk menyebabkan rusaknya epitel. Maka epitel akan melakukan regerasi secara
terus menerus. Kejadian yang terjadi secara terus menerus menyebabkan sel
epitel lepas kontrol dan terjadilah kanker paru.
3.
Consistency
Konsistensi
hasil penelitian walaupun penelitian serupa dilaksanakan pada waktu dan tempat
yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat kausalitas.
Kriteria konsistensi bersifat mutlak untuk menunjukkan suatu pennelitian
bersifat kausalitas.
Kata kuncinya
adalah: “Hubungan dibuktikan oleh beberapa penelitian”
Contoh: Penelitian
mengenai kelompok perokok dan tidak merokok yang dilakukan di Surabaya tahun
2015 menunjukkan bahwa nilai Resiko Relatif (RR) sebesar 4. Pada tahun 2017 dilakukan
penelitian sejenis yang menunjukkan nilai Resiko Relatif (RR) sebesar 5.
Disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor
risiko terjadinya kanker paru. Meskipun nilai resiko relatifnya berbeda.
4.
Temporality (Time Sequence)
Untuk
mengetahui sebuah faktor merupakan kausa penyakit, maka harus dipastikan bahwa
paparan terhadap faktor itu berlangsung sebelum terjadinya penyakit.
Kelemahan
yang terjadi dari kriteria ini ialah sulit dipastikan untuk penyakit yang
memiliki periode laten panjang atau onset klinis samar-samar, serta
masing-masing desain riset epidemiologi mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
memastikan sekuans temporal kausalitas.
Kata kuncinya
adalah: “Penyebab mendahului akibat”
Contoh: Penyakit
kanker paru-paru didahului dengan seseorang yang merokok selama 5 tahun. Jadi
perilaku merokok merupakan faktor risiko terjadinya kanker paru-paru.
5.
Dose-Response Relationship
Paparan
yang semakin kuat menyebabkan seseorang dalam waktu singkat dapat menderita
penyakit tersebut lebih cepat. Kriteria ini bersifat mulak untuk menunjukkan
suatu penelitian bersifat kausalitas.
Kata
kuncinya adalah: “Semakin besar paparan, semakin besar juga akibat”
Contoh: Si
A merokok setiap hari sebanyak 2 batang dan setelah 5 tahun mengidap kanker
paru. Si B merokok setiap hari sebanyak 5 batang dan setelah 2 tahun mengidap
kanker paru. Ini menunjukkan bahwa si B terpapar asap rokok lebih banyak dibandingkan
si A. Sehingga si B lebih cepat menderita penyakit kanker paru-paru.
6.
Specificity
Faktor
kausal menghasilkan hanya sebuah penyakit dan bahwa penyakit itu dihasilkan
dari hanya sebuah kausa tunggal. Makin spesifik efek paparan, makin kuat
hubungan kausal.
Kata
kuncinya adalah: “Suatu penyebab A mengakibatkan B. B hanya diakibatkan oleh A.”
Contoh: Pada
kanker paru, merokok diprediksi sebagai penyebab kanker paru-paru.
7.
Coherence
Berbagai
bukti yang tersedia tentang riwayat alamiah, biologi dan epidemiologi penyakit
harus koheren satu sama lain sehingga membentuk pemahaman yang serupa.
Kata kuncinya
adalah: “Hubungan sesuai dengan pengamatan empirik”
Contoh: Kesimpulan
merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru adalah berdasarkan proses perjalanan
penyakit (teori biologi) dan hasil penelitian epidemiologi.
8.
Experimental Evidence
Bantuan
kekuatan hubungan kausalitas dapat diperoleh dengan medical recordtrial,
intervensi dan studi pada hewan. Eksperimen terandoisasi dengan double
blinding (pembutaan pada subyek penelitian dan pemberian perlakuan agar
tidak mengetahui status perlakuan) memberikan bukti kuat hubungan kausal.
Kata
kuncinya adalah: “Sebab akibat dibuktikan lewat uji coba”
Contoh: Uji
coba paparan asap rokok terhadap tikus putih berakibat pada kemunculan kanker paru-paru.
9.
Analogy
Dapat
dianalogikan (disamakan) dengan penelitian sejenis. Namun tidak semua situasi
dapat menggunakan kriteria analogi sebagai pendukung hubungan kasual.
Kata
kuncinya adalah: “Sebab akibat dapat dijelaskan dengan pengandaian kasus lain”
Contoh:
Pemberian
tar pada percobaan lab dengan menggunakan tikus menunjukkan adanya hubunga
kausal (sebab akibat) namun demikian hal itu tidak dapat diujicobakan pada
manusia secara langsung.
Dari
kesembilan viewpoints tersebut ada kriteria yang banyak tidak diterima
oleh ilmuwan, yaitu pada kriteria spesifik. Padahal yang dimaksud oleh Hills,
jika kriteria spesifik terpenuhi, maka sebab akibat akan semakin mungkin.
- Hasil Analisa mengenai Bradford Hill
Criteria atau kriteria penyebab (sering disebut "kriteria") yang
membantu untuk memandu penilaian tentang kausalitas, adalah bahwa konsep
ini sangat tepat untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab suatu
penyakit. Beberapa faktor merupakan faktor esensial untuk terjadinya suatu
penyakit dan faktor-faktor lainnya hanya berperan dalam meningkatkan
resiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar